Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) dan Failure Mode and Effect Analysis (Fmea) Guna Mengurangi Produk Cacat pada PT.Toba Pulp Lestari

Abstract

PT. Toba Pulp Lestari is a company that produces pulp which is used as a raw material for the paper industry. Increasing market demand is a challenge for companies to maintain and even improve the quality of their products. But in reality, there are still many defective products that do not comply with company standards. The percentage of pulp product defects in the period May 2019 - April 2020 reached 7.05%, exceeding the company's product defect tolerance, which is 5%. The types of pulp product defects include slica, brightness, size and moisture content. This results in a loss of time, resources, costs and a decrease in customer trust. This study aims to identify defects and their causes and provide suggestions for improvements in order to improve product quality using the Statistical Quality Statistical Quality Control (SQC) and Failure Mode Effect Analysis (FMEA). SQC is used to analyze quality control and look for causes of product defects using check sheets, Pareto diagrams, control maps and cause and effect diagrams. The analysis on the Pareto diagram shows that the percentage of each type of product defect is almost even, so the overall analysis is carried out on the cause and effect diagram. The percentage order for the causes of pulp product defects from the largest to the smallest is slica (32%), Brightness, (27%), Moisture Content (23%) and Size (18%). The P map shows that all data are at the control limit, but there are 2 data almost on the control limit with a value of Cp = 92.95. The application of FMEA is to help determine the risk priority number value from failures that occur. Through the use of the FMEA method, companies can determine which processes should be prioritized for solutions in stages so as to minimize failures in the production process and improve product quality. Furthermore, the causal factors were identified using a cause and effect diagram. The risk of failure with the highest RPN was 336, namely that the pulp was unsuccessfully separated from sand, small stones and knots so that it would be a top priority in repair. The corrective action taken is to carry out periodic maintenance of the screening machine and always check the hole diameter at the screening so as not to interfere with the smooth operation during the production process.

PT. Toba Pulp Lestari merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi pulp yang digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas. Permintaan pasar yang semakin meningkat menjadi tantangan bagi perusahaan untuk menjaga bahkan meningkatkan mutu produknya. Namun dalam kenyataannya, masih terdapat banyak produk cacat yang tidak sesuai dengan standar perusahaan. Persentase kecacatan produk pulp pada periode Mei 2019 - April 2020 mencapai 7,05% melebihi toleransi kecacatan produk pada perusahaan yaitu sebesar 5%. Adapun jenis kecacatan produk pulp antara lain, slica, kecerahan, ukuran, dan kadar air. Hal tersebut menimbulkan kerugian waktu, sumber daya, biaya serta menurunnya kepercayaan pelanggaan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kecacatan dan penyebabnya serta memberikan usulan perbaikan agar meningkatkan kualitas produk dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA). SQC digunakan untuk menganalisis pengendalian kualitas dan mencari penyebab kecacatan produk menggunakan check sheet, pareto diagram, peta kontrol dan cause and effect diagram. Analisis pada diagram pareto menunjukkan bahwa persentase setiap jenis kecacatan produk hampir merata, sehingga dilakukan analisis secara keseluruhan pada cause and effect diagram. Adapun urutan persentase penyebab kecacatan produk pulp dari terbesar hinga terkecil yaitu slica (32%), Kecerahan, (27%), Kadar Air (23%) dan Ukuran (18%). Peta P menunjukkan seluruh data berada pada batas kontrol namun terdapat 2 data hampir mengenai batas kontrol dengan nilai Cp = 92,95. Penerapan FMEA adalah untuk membantu menentukan nilai risk priority number dari kegagalan yang terjadi. Melalui penggunaan metode FMEA ini, perusahaan dapat menentukan proses mana yang harus diprioritaskan untuk diberikan solusinya secara bertahap sehingga dapat meminimalkan terjadinya kegagalan dalam proses produksi dan meningkatkan kualitas produkSelanjutnya dilakukan identifikasi faktor penyebabnya dengan cause and effect diagram. Risiko kegagalan dengan RPN tertinggi 336 yaitu pulp tidak berhasil dipisahkan dari pasir, batu kecil dan mata kayu sehingga akan menjadi prioritas utama dalam perbaikan. Tindakan korektif yang diambil adalah melakukan maintenance secara berkala terhadap mesin screening dan selalu periksa diameter hole pada screening agar tidak mengganggu kelancaran selama proses produksi.