Variasi Fonologi dan Leksikon Bahasa Aceh di Aceh Pidie dan Aceh Utara
View/ Open
Date
2018Author
Nazar, M
Advisor(s)
Sibarani, Robert
Muliadi
Hanafiah, Ridwan
Metadata
Show full item recordAbstract
This study examined the dialect or language variations based on the different regions with a regional focus of research was in Aceh Pidie and North Aceh, particularly in the area of Pidie and North Aceh. This study focused on the study of dialect variations is caused by users of different languages were located geographically. The purpose of this study was to describe the variation of phonological and lexicon; mapping the distribution and isogloss lines on the two elements; and classify dialect based on the dialectometry methods; and explain the factors that influence the development of isogloss variation of dialects in AP and AU. This research was qualitative field research. A number of one hundred (100) informants of 10 observation points (TP) selected to participate in this study. The research instrument used to explore the data was in the form of observation, study documentation, and interviews. There were two methods used in the provision of data, namely a conversed and heard methods. The data analysis used descriptive analytic language and comparative descriptive methods. From the results was obtained that the Acehnese had 25 variated sounds of language [a], [i], [u], [o], [ᴐ] [e], [ə], ɛ] [p], [b], [t ], [d], [c], [j] [k], [g], [h], [s], [m], [n], [η], [1], [R] , [w] and [y].DAP dan DAU vowel phonemes was found in this study were eight phonemes /i, a, e, u, o, ᴐ, ə, and ɛ/ distributed at the beginning, the middle, and the end. Meanwhile, the contoid sound of Acehnese were found in this study were seventeen consonant phonemes namely / p, b, t, d, c, j, k, g,, h, s, m, n, η , 1, r, w and y/ are also distributed at the beginning, the middle, and the end. AP and AU areas of vocabulary usage was a large area compared to the area-usage of vocabulary and both of Achenese. Area-usage of vocabulary Pidie and North Acheh spread in coastal areas. Area-usage of vocabulary Aceh Pidie language more dominant in Pidie and Pidie Jaya, while the language is more dominant in the Regency of Jeumpa and Lhokseumawe is used by the part of North Acheh. Based on the results of a calculation map dialectometri phonologically (of existing maps), it did not seem different dialects and the language differences significantly in AP and AU. There are two subdialects contained in the area between TP: 1, 3, 6, 8 and 10 which covers Pidie and Pidie Jaya, namely, Kecamatan Pekan Pidie, Kecamatan Gelumpang Tiga, Kecamatan Pante Raja and Trieng Gading. Meanwhile, Aceh Utara, Lhokseumawe and Bireun contained in the inter-TP 1: 2, 4, 5, 7 and 9. There are Kecamatan Matang Kuli, Kecamatan Baktiya, Muara Dua, Muara Satu, Kecamatan Simpang Mamplam . By studying dialectometri of phonological and lexical (whole field of meaning), it appears that there is no difference of subdialect and language differences significantly in the area of inter-TP. Penelitian ini mengkaji dialek atau variasi bahasa berdasarkan perbedaan wilayah dengan fokus daerah penelitiannya adalah di Aceh Pidie dan Aceh Utara, khususnya di daerah Kabupaten Pidie dan Aceh Utara. Fokus kajian pada variasi dialek yang disebabkan oleh lokasi pemakai dialek yang berbeda secara geografis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan variasi fonologis dan leksikal ; memetakan penyebaran dan garis isoglos pada dua unsur tersebut; dan mengelompokkan dialek berdasarkan metode dealektometri; serta menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan variasi Fonologis dan Leksikal DAP dan DAU. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Jumlah informan sebanyak seratus (100) orang dari 10 titik pengamatan (TP) yang dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah berupa observasi, studi dokumentasi, dan wawancara. Ada dua metode yang digunakan dalam penyediaan data, yaitu metode cakap dan metode simak. Analisis data dalam penelitian bahasa menggunakan metode deskritif analitik dan metode deskriptif komparatif. Dari hasil temuan diperoleh bahwa Dialek Aceh Pidie dan Aceh Utara memiliki 25 variasi bunyi [a], [i], [u], [o],[ᴐ] [e],[ə],ɛ] [p], [b], [t], [d], [c], [j], [k], [g], [h], [s], [m], [n], [η], [1], [R], [w], dan [y]. Fonem vokal DAP dan DAU yang ditemukan dalam penelitian ini ada delapan fonem yakni /i, a, e, u, o, ᴐ, ə, dan ε/ yang terdistribusi di awal, tengah, dan akhir. Sementara itu, bunyi kontoid Dialek Aceh Pidie dan Aceh Utara yang ditemukan dalam penelitian ini ada tujuh belas variasi konsonan yakni /p, b, t, d, c, j, k, g, , h, s, m, n, η, 1, R, w dan y/ yang juga terdistribusi di awal, tengah, dan akhir. Daerah-pakai kosakata DAP dan DAU merupakan wilayah yang luas dibandingkan dengan daerah-pemakai kosakata dialek Aceh Pidie dan Aceh Utara. Daerah-penutur kosakata Bahasa Aceh tersebar di wilayah pesisir, Utara, Timur Laut dari Kabupaten Aceh Pidie dan Aceh Utara. Daerah-pemakai kosakata Aceh Pidie lebih dominan di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, sedangkan dialek Aceh Utara lebih dominan di Kabupaten Jeumpa, Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara disebabkan daerah-daerah tersebut yang banyak penutur dialek Aceh Utara. Hasil kajian menunjukkan tidak tampak perbedaan dialek dan perbedaan bahasa yang signifikan di AP dan AU. Ada dua subdialek yang didapati di daerah pengamatan 1, 3, 6, 8 dan 10 yang meliputi Pidie dan Pidie Jaya, yaitu; Kecamatan Pekan Pidie, Kecamatan Geulumpang Tiga, Kecamatan Pante Raja dan Kecamatan Trieng Gading. Sementara, Kabupaten Aceh Utara, Lhokseumawe dan Bireun terdapat di titik pengamatan, 1, 2, 4, 5, 7 dan 9, yaitu; Kecamatan Matang Kuli, Baktiya, Muara Dua, Muara Satu, Simpang Kuala Batee. Dengan kajian dialektometri di lapangan yang muncul bahwa tidak ada perbedaan subdialek dan bahasa di daerah pengamatan tersebut.