Dampak Swa-Koreksi pada Proses Terjemahan Mandarin-Indonesia Seni Pertunjukan Komedi Tiongkok Xiangsheng
自校正对中国相声的汉印翻译过程的影响 (Zì Jiàozhèng Duì Zhōngguó Xiàngsheng De Hàn Yìn Fānyì Guòchéng De Yǐngxiǎng)
View/ Open
Date
2017Author
Kevin
Advisor(s)
Sofyan, Rudy
Nasution, Vivi Adryani
Metadata
Show full item recordAbstract
This thesis’ purpose is to describe types of self-corrections done by professional translator during the translation process of Xiangsheng text occurs. The data in this research is the record of translation process done by the translator with Translog. The method that is used in this research is descriptive qualitative method. The theory that is used in this research is self-correction theory by Malkiel. The result of this research shows that : (1) Word Substitution is the most common self-correction done by the translator with the frequency of 34% followed by Meaning Correction with the frequency of 21%; (2) Return Correction dan Spelling Correction is the least self-correction done by the translator with the frequency of 0% which means never been done by the translator. (3) The translation result done by GoogleTranslation doesn’t seem to make any spelling mistakes but there are a lot of meaning mistakes and diction mistakes. Therefore, self-correction is needed when a translator is doing a revision of Google Translation’s translation result. Penelitian skripsi yang berjudul“Dampak Swa-koreksi pada Proses Terjemahan Mandarin-Indonesia Seni Pertunjukan Komedi Tiongkok Xiangsheng” bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis swa-koreksi yang terdapat dalam proses terjemahan seni pertunjukan komedi tiongkok xiangsheng. Data dalam penelitian ini berupa hasil rekaman proses penerjemahan oleh penerjemah profesional menggunakan program Translog. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori swa-koreksi oleh Malkiel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Word Substitution adalah jenis swa-koreksi yang paling sering dilakukan oleh penerjemah dengan frekuensi 34% dari total swa koreksi yang dilakukan diikuti oleh Meaning Correction dengan frekuensi sebanyak 21%; (2) Return Correction dan Spelling Correction adalah jenis swa-koreksi yang paling jarang dilakukan dengan frekuensi 0% atau tidak dilakukan sama sekali; (3) Hasil terjemahan Google Translation tidak terdapat kesalahan ejaan tetapi terdapat banyak kesalahan makna dan penggunaan kosakata sehingga sangat perlu dilakukan swa-koreksi selama proses penerjemahan.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwaswa-koreksi sangat penting untuk dilakukan khususnya ketika merevisi hasil terjemahan Google Translation.
Collections
- Undergraduate Theses [323]
