dc.description.abstract | Dalam skripsi ini dibahas tentang cerita novel "Shinsu Tenma Kyo" dengan menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya dari unsur-unsur yang membangun karya sastra itu dari dalam. Pendekatan objektif adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganilisis unsur-unsur struktur dalam karya sastra, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut untuk mencapai kebulatan makna. Unsur-unsur tersebut adalah tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Dalam skripsi ini pembahasan difokuskan pada tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat.
Melalui pendekatan objektif dapat dilihat tema dari novel “Shinsu Tenma Kyo” yang bercerita tentang kisah perjalanan seorang anak keturunan terakhir untuk menaikkan kembali nama dari sebuah klan yang runtuh akibat penghianatan dari orang terdekat dalam klan tersebut. Klan tersebut bernama Klan Takeda. Dalam novel ini juga dijelaskan bagai mana kesetiaan juga penghianatan yang terjadi pada masa peperangan di Jepang. Berdasarkan tema tersebut dapat dilihat konflik yang terjadi dan dialami antara para tokoh dengan keputusan-keputusan yang diambil. Terdapat cukup banyak tokoh dalam cerita novel ini namun hanya beberapa tokoh yang penting yang dapat dibahas yaitu tokoh Inamaru yang berperan sebagai seorang anak berumur 14 tahun keturunan terakhir keluarga Takeda yang memiliki jiwa kesatria dan darah serta wibawa seorang bangsawan. Ia memiliki keberanian melebihi anak seusianya, cerdas juga memiliki kehormatan untuk menghormatiorang lain. Kagami Niken, seorang pendeta yang setia dan ditugaskan untuk menjaga Inamaru. Kogakure Ryutaro, seorang Pendeta Penulis Doa Sutra yang memiliki kemampuan tinggi, memiliki sifat yang seenaknya, serta juga orang yang setia kepada Inamaru. Putri Sakuyako digambarkan sebagai seorang wanita cantik anak dari Daimyo Gunung Fuji yang memiliki jiwa serta kehormatan seorang kesatria, ia juga merupakan seorang yang setia pada Inamaru. Tokugawa Ieyasu dalam novel ini digambarkan sebagai seorang tokoh antagonis yang berwatak licik dan memanfaatkan apapun dan siapapun demi kepentingannya. Anayama Baisetsu digambarkan sebagai seorang tokoh penyebab hancurnya klan Takeda akibat penghianatannya. Baisetsu memiliki sifat yang tidak bisa dipercaya, hanya memikirkan keuntungannya sendiri dan juga serakah. Yang terakhir Wada Rusonbei yang merupakan seorang Blasteran Eropa yang menganut agama Kristen dan memiliki kemampuan serta ilmu sihir. Rusonbei merupakan orang yang licik dan juga tidak dapat dipercaya karena juga telah berhianat kepada daimyo Gunung Fuji demi mengambil alih kekuasaan.
Alur dalam novel ini “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ini dibangun dengan baik dan sesuai dengan cerita di dalamnya yang memenuhi tahapan-tahapan peristiwa yang mendukung cerita. Dimulai dari tahap awal, saat awal mula Inamaru pergi bersama Niken menyelamatkan diri dari kejaran musuhnya hingga mereka terpisah saat hendak menyembunyikan kotak pusaka keluarga Takeda. Pada tahap tengah, dimana Inamaru bersama Ryutaro mencoba membunuh Tokugawa Ieyasu namun gagal. Kemudian Inamaru pun terpisah dengan Ryutaro dan ditangkap oleh Anayama Baisetsu, namun atas bantuan Kobata Minbu dan datangnya bantuan dari Ryutaro dan Niken Inamaru berhasil selamat dan Anayama sang penghianat klan Takeda mendapati kematiannya. Kemudian terjadinya peningkatan konflik dimana ternyata kotak pusaka yang mereka simpan di danau isinya telah diambil oleh Wada Rusonbei yang juga seorang penghianat bagi Daimyo Gunung Fuji. Oleh karena itu mereka pun berperang menghadapi Rusonbei. Sampai kepada tahap akhir, mereka berhasil mengalahkan Rusonbei setelah mengalami dua kali peperangan.
Novel ini menggunakan Latar tempat yang cukup banyak namun dari setiap tempat ada juga yang digunakan dalam beberapa tahap ataupun bagian cerita. Latar tempat yang digunakan yaitu Kuil E Rin, Kuil Shirohata, Benteng Hitoana, Puri Hamamatsu, Gunung Shenzan, Gunung Shakagatake, Pulau Bentejima, Gunung Kurama, dan kota Sakai. Waktu yang digunakan dijelaskan secara detil pada tahun 10 Tenshou (1581) pada musim semi. Cerita yang terjadi juga tidak lebih dari tahun tersebut. Latar sosial dalam novel ini menggambarkan kebiasaan serta tradisi dan prilaku yang terjadi pada masa peperangan di Jepang, seperti halnya Harakiri yang merupakan cara kematian yang terhormat pada masa tersebut.
Sudut pandang di dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu dimana pengarang mengerti dan mengetahui perilaku serta apapun yang dipikirkan san tokoh. Sudut pandang ini memperjelas serta mempermudah pembaca untuk menerima cerita dari novel ini. Dengan penjelasan tentang perilaku dan pikiran dari tokoh membuat imajinasi pembaca maupun penikmat novel ini terbantu untuk menggambarkan situasi yang digambarkan di dalam novel ini.
Amanat yang terdapat pada novel ini menyampaikan kepada pembaca tentang kesetiaan dan penghianatan pada masa peperangan di Jepang. Pengarang bertujuan menyampaikan serta memperlihatkan arti dari kesetiaan samurai pada masa tersebut. Juga dijelaskan bahwa siapapun bisa berhianat, termasuk keluarga sendiri, umtuk itu haruslah membaca setiap orang yang akan kita percaya. Karena, yang menyebabkan kehancuran diri sendiri berawal dari orang terdekat.
Keterkaitan serta hubungan antara unsur intrinsik tersebut yang berupa tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, serta amanat dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” ini juga terhubung dengan baik sehingga menghasilkan suatu karya sastra yang terstruktur. Keterkaitan tersebut menjadikan novel “Shinsu Tenma Kyo” ini menciptakan struktur cerita yang utuh. Dapat dilihat keterkaitan antara tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat dengan memperhatikan dengan cermat unsur-unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Tema dalam novel ini bercerita tentang kisah sejarah perjuangan seorang anak sisa dari klan yang telah jatuh untuk membangkitkan kembali kejayaan keluarganya. Tentu tanpa adanya tokoh serta penokohan yang baik, cerita ini tidak akan dapat dicerna dengan baik pula. Kemudian, novel ini memiliki cerita yang baik yang didukung alur dan latar yang sesuai sehingga menjadikan novel ini dapat dicerna oleh pembaca dengan baik pula.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan pendekatan objektif novel “Shinsu Tenma Kyo” karya Eiji Yoshikawa ini dapat diambil kesimpulan bahwa novel ini mempunyai keterkaitan antara unsur tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat sehingga novel ini memiliki struktur cerita yang utuh. Karena itu, untuk mengetahui struktur cerita yang utuh kita harus cermat dalam memperhatikan keterkaitan antara unsur-unsur yang dibangun di dalam cerita tersebut. | en_US |