dc.description.abstract | Skripsi ini membahas tentang ‘’Polisemi Adjektiva Warui dalam Film Great Teacher Onizuka’’. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna warui yang terdapat dalam film Great Teacher Onizuka. Sehingga para pendengar atau pembaca tidak salah dalam mengartikannya.
Penulis memilih judul ini karena di dalam film Great Teacher Onizuka terdapat banyak kalimat yang menggunakan kata warui. Beberapa kata tersebut dalam situasi tertentu ada yang bisa diartikan secara leksikal. Tetapi, ada juga yang tidak bisa diartikan secara leksikal karena apabila di artikan secara leksikal akan kedengaran aneh dan rancu.
Warui memiliki arti dasar jelek atau buruk dan merupakan adjektiva-i dalam bahasa Jepang. Namun banyak dari pembelajar bahasa Jepang yang tidak tahu bahwa warui adalah kata yang berpolisemi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai polisemi warui. Penulis hanya mengambil 11 dalam percakapan yang menggunnakan kata warui karena selain itu kata warui tersedia dalam bentuk idiom. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang dihasilkan dalam skripsi ini adalah data deksriptif karena analisis fokus pada penunjukan makna.
Polisemi merupakan salah satu bagian dari semantik yang membahas tentang perbedaan makna dalam satu kosa kata. Karena kegandan makna itulah maka pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna kata yang didengar atau dibacanya. Walaupun mempunyai makna berbeda beda tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara makna-makna yang berlainan tersebut. Perbedaan makna ini tergantung kondisi dan tempat saat itu diucapkan.
Secara umum, semantik merupakan ilmu tentang makna. Dalam bahasa Jepang semantik disebut dengan imiron (意味論). Di dalam makna terdapat jenis-jenis makna. Jenis- jenis makna terbagi menjadi (1) makna leksikal, (2) makna gramatikal, (3) makna referensial dan non referensial, (4) makna denotatif dan konotatif, (5) makna kata dan makna istilah, (6) makna konseptual dan asosiatif dan (7) makna idiomatikal dan peribahasa. Untuk mendukung pembahasan pada Bab III, penulis mengggunakan makna kontekstual karena data yang diambil adalah dari film.
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Makna kontekstual merupakan hal yang paling penting dalam suatu bahasa. Karena, jika kita tidak melihat makna sebuah kata dari hubungan situasional maka akan terjadi kesalahpahaman antar si pembicara.Makna konseptual dapat diketahui setelah kita menghubungkan atau membandingkannya pada tataran bahasa. Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang mengungkapkan situasi atau sifat pada suatu benda. Dalam bahasa Jepang adjektiva disebut dengan keiyoshi. Keiyoushi (形容詞) dapat mengalami perubahan, berdiri sendiri di dalam kalimat berfungsi sebagai predikat. Kata sifat (Keiyoushi) dalam bahasa Jepang dibagi menjadi dua yaitu i-keiyoushi dan na-keiyoushi Setiap kata yang termasuk i-keiyoushi selalu diakhiri silabel /i/ dalam bentuk kamusnya, dapat menjadi predikat, dan dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain dalam suatu kalimat. sedangkan na-keiyoushi sering disebut dengan keiyoudoshi karena bentuk shuushikei-nya berakhir dengan da atau desu. Dalam skripsi ini, digunakan teori Kindaichi dan Ikeda beserta Hayashi Okii
Dari hasil yang diperoleh mengenai polisemi adjektiva warui、warui mempunyai 5 makna yang berbeda-beda. Lima bermakna „maaf‟, tiga bermakna „melakukan kesalahan‟, dan satu bermakna „jelek‟,‟rendahan‟, „waktunya tidak tepat‟. Namun, makna warui yang dominan adalah bermakna „maaf‟. Selain itu makna warui memiliki makna dasar dan makna perluasan. Makna dasar terdapat dalam satu cuplikan bermakna „jelek‟. Sedangkan makna perluasan terdapat dalam sepuluh cuplikan yaitu lima bermakna „maaf‟, tiga cuplikan bermakna „melakukan kesalahan‟, satu cuplikan bermakna „rendahan‟, dan satu cuplikan bermakna „waktunya tidak tepat‟. | en_US |