Show simple item record

dc.contributor.advisorMuliadi, Yuddi Adrian
dc.contributor.authorRizky, Fatih
dc.date.accessioned2019-01-25T02:07:21Z
dc.date.available2019-01-25T02:07:21Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10848
dc.description.abstractGeisha merupakan orang yang memiliki keahlian dalam seni, atau lebih sering diartikan sebagai artis. Mereka juga sering dipanggil dengan sebutan Geiki ( Geisha di Tokyo ) atau Geiko ( Geisha di Kyoto ), yaitu orang yang bekerja sebagai artis dalam seni tradisional yang menampilkan tarian, nyanyian, permainan serta obrolan dengan para tamu di beberapa restoran atau tempat - tempat tertentu seperti dalam perayaan sebuah pesta. Selain menjadi ikon negara Jepang, profesi ini banyak menarik peminat kebudayaan Jepang dari negara selain Jepang. Profesi Geisha yang sering dikaitkan sebagai profesi yang berhubungan dengan dunia prostitusi, membuat banyak orang bingung akan profesi Geisha yang sebenarnya. Hal ini menjadi fokus utamapeneliti untuk mengangkat tema Karakteristik Kehidupan GeishaPada Masa Pasca Perang Dunia Ke-II. Adapun teori yang digunakan ialah teori perubahan kebudayaan menurut Samuel Koenig, teori fenomena menurut Edmund Husserl, dan teori Historical Research menurut Suryabrata. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan kehidupan dan Karakteristik Geisha di masa pasca perang dunia ke-II. Profesi Geisha memiliki karakteristik yang berbeda - beda disetiap zamannya. Sehingga, pada penelitain ini, peneliti memaparkan sejarah singkat bagaimana karakteristik kehidupan Geisha dari masa awal munculnya Geisha sampai kehidupannya di masa pasca perang dunia ke-II agar dapat memahami perubahan kehidupan yang terjadi dan karakteristik Geisha di masa pasca perang dunia ke-II. Geisha pertama kali muncul di awal rezim Tokugawa, yaitu sekitar pertengahan Zaman Edo. Tepatnya sekitar tahun 1600, Geisha pertama merupakan seorang pria. Mereka juga disebut dengan pelawak ( Hōkan ) atau pembawa gendang kecil tradisional Jepang ( Taiko-mochi ). Mereka memasuki pesta - pesta yang diadakan para pelacur ( Yūjo ) dan menghibur tamu - tamu yang ada disana. Saat memasuki masa restorasi Meiji, perkembangan Fashion mulai bergeser ke pakaian ala barat, Geisha menjadi benteng untuk pakaian tradisional dan adat istiadat. Karakter Geisha yang tetap menjaga budaya Jepang, membuat Geisha berada dalam dukungan penuh. Beberapa Geisha menjadi bintang yang fotonya dikumpulkan oleh pemujanya, banyak lukisan gambar Geishayang paling terkenal. Sumber penghasilan yang tidak terduga seperti kartu pos, iklan, dan kalender menjadi sangat populer. Terutama dengan adanya turis asing yang terus bertambah. Geisha menjadi lambang patriot yang kuat pada masa itu. Selama masa perang dunia ke-II,terjadi peristiwa penutupan rumah Geisha, profesi Geisha terancam. Hal ini dikarenakan, Geisha diwajibkan untuk mengikuti wajib militer dengan bekerja sebagai buruh pabrik untuk memproduksi peralatan perang. Selain itu, para wanita asing dipaksa melakukan perbudakan seksual ( Jugun Ianfu ) oleh tentara Jepang dan dipaksa untuk melayani personel militer. Untuk menghilangkan Jugun ianfu yang dilakukan oleh tentara Jepang, kekaisaran mendirikan program perempuan penghibur yang terdiri dari para Geisha di dalamnya. Selama masa pendudukan Amerika, Upaya terorganisir ini terus berlangsung untuk memberi kenyamanan prajurit Amerika Serikat, Kejatuhan ekonomi dari perang dunia ke-II memaksa banyak wanita Jepang bergabung dalam organisasi itu. Banyak wanita dalam organisasi itu mengenakan pakaian tradisional dan riasan wajah yang mirip dengan Geisha bahkan mengaku sebagai Geisha hanya untuk menarik perhatian tentara Amerika. Hal ini menyebabkan kesalahpahaman tentara Amerika dalam pengelompokan semua wanita sebagai “ Geesha-girls ” yang menyebabkan profesi Geisha kemudian dikaitkan dengan dunia prostitusi. Dikarenakan citra buruk yang diciptakan oleh wanita - wanita yang menyamar menjadi Geisha tersebut, dimasa pasca perang dunia ke-II, Geisha bekerja keras untuk mengembalikan citra Geisha yang sesungguhnya, yaitu sebagai seorang seniman yang bertalenta. Mereka juga berusaha mempertahankan eksistensi profesinya yang sempat dilarang pada masa perang dunia ke-II. Karakteristik Geisha pada masa pasca perang dunia ke-II, memiliki perbedaan yang sangat kontras dengan karakteristik Geisha di masa sebelumnya, dimana mereka memiliki karakter yang jauh lebih modern dan memiliki tingkat kebebasan pribadi yang lebih besar. Meskipun kehidupan Geisha pada masa pasca perang dunia ke-II mengalami banyak kesulitan akibat dari peristiwa perang dunia ke-II, mereka berhasil ikut berkontribusisecara signifikan terhadap kesehatan ekonomi Jepang secara keseluruhan dan menjaga budaya tradisional Jepang di garis depan dunia modern.en_US
dc.description.abstract芸者とは、芸術の専門知識を持っている人であり、それとも芸術家としてである。彼女達は 「芸妓」か「芸子」とよく呼ばれており、料亭のパーティーなどで踊ったり,歌を歌ったり、遊んだりするなどでお客を持て成す伝統芸術者として働いて人である。日本のアイコンの他、この職業は日本の文化に興味を持つ日本以外の国にも魅了くがある。 芸者の職業は売春の世界に関連する職業としてよく関連されて、多くの人々が芸者の本当の職業に対して混乱になっている。このことは、第二次世界大戦後における芸者の生活の特徴のテーマを選ぶために研究者の主な焦点になった。この研究に使っている理論はSamuel Koenigの文化の変化の理論とEdmund Husserlの現象の理論とSuryabrataの歴史的研究の理論である。使われている方法は記述的な方法である。この研究の目的は第二次世界大戦後における芸者の特徴と生活の変化を説明するのためである。 芸者の職業は各時代によって異なる特徴を持っている。そのため、この研究を通して研究者は第二次世界大戦後における芸者の特徴的な生活を理解できるために、どんな芸者の生活の特徴が芸者の始めの時代から第二次世界大戦後の生活までの簡略な歴史を提示するか。 芸者は徳川政権の江戸時代の中頃からはじめに現れており、1600年頃に、最初の芸者は男性であった。彼らは「幇間」または「太鼓持ち」とも呼ばれた。彼らは遊女が保有するパーティーに入って、そこで客を楽しませた。 明治維新に入るとき、ファッションは洋服に変わり始め、芸者は伝統的な衣服や風習の要塞になった。日本の文化を守っている特徴を持つ芸者のおかげで、芸者が完全に支持されている。多くのファンが芸者たちの写真を集めており、人気芸者の絵もたくさんあった。はがき、広告、カレンダーの予想外の収入源も人気になった。 特に外国人観光客が増加しているいることである。その時、芸者は強い愛国者の象徴になった。 第二次世界大戦中に、置屋の閉鎖を起こって、芸者の職業は脅されていた。 このことは、芸者が戦争装備を作るために、工場労働者として働いて、兵役を受けなければならなかったからである。それに、外国人の女性を強制的に従軍慰安婦になり、軍人を奉仕せざるを得なかった。日本軍によって作られた従軍慰安婦をなくすために、帝国は芸者が含まれる新たな慰安婦のプログラムを立案する。 アメリカの在住の時、アメリカの兵士への快適さを提供できるように、計画的に努力を続けている。第二次世界大戦の景気悪化の影響によって、多くの日本人の女性がその組織に入るようになった。 アメリカの兵士の注目を集めるだけであって、組織の中の多くの女性たちが伝統的な衣装やメイクをして、芸者だと主張している。これは、アメリカの兵士がすべての女性を「Geesha-Girl」と分類したという誤解になった。芸者の職業が売春の世界に結びつくようになった。芸者として偽装された女性が作られた悪いイメージによって、第二次世界大戦後に、芸者は才能のある芸術家として芸者の真のイメージを修復するために努力した。彼女たちはまた、第二次世界大戦中に禁止された職業の存在を維持しようとした。 第二次大戦後の芸者の特徴は、過去の芸者の特徴とは対照的な違いを持っており、現代的な性格と、個性的な自由を強く持っている。 第二次大戦後の芸者の生活は第二次世界大戦の影響により、多くの困難を経験したのに、彼女たちは日本経済を全体的に大きく貢献し、現代の世界の最先端に日本の伝統文化を守ることに成功した。en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKarakteristik Kehidupan Geishaen_US
dc.titleAnalisis Karakteristik Kehidupan Geisha pada Masa Pasca Perang Dunia Ke-IIen_US
dc.title.alternativeDainijisekaitaisengo Ni Okeru Geisha No Seikatsu No Tokuchō No Bunsekien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM140708025en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record