dc.description.abstract | Negara Jepang adalah negara maju yang masih tetap menjaga dan berpegang teguh pada nilai-nilai kearifan lokal mereka. Jepang tetap mampu mempertahankan dan melestarikan kearifan lokalnya meski di tengah gegap gempita mereka sebagai sebuah negara maju dengan kekuatan industri yang luar biasa. Karena masyarakat Jepang dikenal sebagai negara yang sangat mencintai kebudayaanya. Salah satu kebudayaan atau kebiasaan yang masih terus dilaksanakan masyarakat Jepang yaitu festival setsubun. Banyak festival di Jepang tetapi festival setsubunlah festival di awal musim untuk mengusir roh jahat/setan agar di bulan kedepannya terbebas dari roh jahat/setan. Asal usul peringatan hari setsubun bahwa pada zaman dahulu, perayaan setsubun dilaksanakan dalam lingkungan di istana kaisar di mana acara ini berbagai macam boneka dari tanah liat yang sudah diberi warna dipajang di berbagai pintu gerbang dalam lingkungan istana.
Setsubun (節分) berarti "pembagian musim". Tanggal 3 dan 4 Februari adalah awal musim semi pada kalender tua. Jadi hari sebelum awal musim semi disebut "Setsubun". Pada hari Setsubun, orang menabur Mame, berupa kacang kedelai panggang, dan memakannya. Orang menggunakan biji-bijian karena kata "Mame" mirip dengan "Mametsu" yang berarti "mengusir kejahatan/atau setan".
Di antara 4 kali perayaan setsubun tersebut, saat ini yang tersisa hanya perayaan setsubun pada penyambutan datangnya musim semi saja. Alasannya adalah perubahaan musim dingin ke musim semi merupakan hal yang paling menyita perhatian semua orang dibandingkan perubahan musim semi ke musim panas, dari musim panas ke musim gugur dan seterusnya.
Matsuri berasal dari kata matsuru ( 祀る, menyembah, memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
Shinto dan buddha. Kedua agama ini memiliki penganut yang paling mendominasi di jepang sejak lebih dari 10 abad yang lalu. Shinto ( 神道) adalah kepercayaan yang mengacu pada animisme serta dipercayai merupakan agama asli bangsa jepang. Kata Shinto berasal dari tulisan cina shen tao yang berarti jalan ketuhanan (The Way Of Kami). Di dalam Hemp Culture In Japan (2007), disebutkan bahwa arti dari jalan ketuhanan ini merupakan sebuah ekspresi ritual dari sebuah rasa hormat kepada Kami (Wujud Tuhan dalam bentuk roh) dalam kehidupan sehari-hari. Kesucian dan kesuburan menjadi hal yang terpenting di dalam ajaran shinto. Kuil Shinto (神社) adalah struktur permanen dari kayu yang dibangun untuk pemujaan berdasarkan kepercayaan Shinto. Tidak semua kuil Shinto adalah bangunan permanen, sejumlah kuil memiliki jadwal pembangunan kembali. Bangunan di Ise Jingū misalnya, dibangun kembali setiap 20 tahun sekali.
Performansi merupakan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan sebagai perwujudan dari ungkapan pikiran dan perasaan dan menjadi bagian penting dalam kegiatan tradisi. Aktualisasi sebuah tradisi terlibat melalui komponen yaitu: tempat dan waktu (Di kuil Kushida di Fukuoka pada tanggal 3 dan 4 Februari), konteks/jalannya upacara setsubun ( koteks, audiens, dan teks).
Sedangkan kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menurus dalam kesadaran masyarakat. Berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat. Kearifan lokal di festival setsubun untuk mengusir roh jahat dan menciptakan ketetraman masyarakat Jepang dan seterusnya.
Kearifan lokal adalah nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana (Sibarani, 2014:115). Defenisi ini menekan nilai budaya luhur yang digunakan untuk kebijakan atau kearifan menata kehidupan sosial. | en_US |