Torii (Gerbang) dalam Kepercayaan Shinto
Shintou Ni Okeru Torii
View/ Open
Date
2018Author
Maghfira, Shiti
Advisor(s)
Situmorang, Hamzon
Metadata
Show full item recordAbstract
Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain seperti adat istiadat, teknologi, dan bentuk budaya lainnya. Budaya-budaya yang diperkenalkan dari daratan Asia maupun Eropa ini, diserap oleh bangsa Jepang kemudian diciptakan kembali menjadi budaya sendiri. Dewasa ini, kita dapat melihat bahwa gaya hidup masyarakat Jepang merupakan perpaduan antara budaya tradisional di bawah pengaruh Asia dan budaya modern barat.
Tetapi diantara keanekaragaman tersebut, kepercayaan Shinto telah menjadi fondasi bagi kehidupan masyarakat Jepang. Kepercayaan ini beranggapan bahwa alam semesta didiami oleh banyak dewa atau Kami. Shinto bukan sekedar keyakinan beragama, tetapi gabungan dari sikap, pola pikir, dan metode melakukan sesuatu yang sudah ada sejak 2000 tahun lalu dan sudah menjadi bagian dari cara hidup orang Jepang.
Diperkirakan bahwa Shinto berkembang karena adanya hubungan dengan budidaya padi yang sangat dipengaruhi oleh cuaca, sehingga ritual dan festival untuk berdoa dan mengungkapkan rasa syukur atas panen yang berlimpah sangat penting bagi masyarakat petani. Masyarakat Jepang kuno juga merasakan dan menyadari adanya kekuatan alam yang melebihi kekuatan manusia, kekuatan magis dan kesakralan dalam fenomena alam, seperti angina, hujan, guntur, dan juga benda-benda alam seperti pohon, gunung, batu, air terjun, serta hewan. Mereka percaya bahwa hal tersebut memiliki kekuatan spiritual, sehingga mereka menghormati dan menyembah hal tersebut sebagai Kami. Selain itu, masyarakat juga menyembah nenek moyang mereka sebagai Kami.
Dalam Shinto, kegiatan ibadah dilakukan di kuil yang disebut jinja, yaitu tempat peribadatan yang berfungsi untuk melakukan pemujaan terhadap Kami atau juga dapat digunakan sebagai tempat upacara lainnya. Umumnya, di setiap pintu masuk kuil Shinto, terdapat gerbang yang biasanya dicat dengan warna merah menyala. Gerbang ini disebut dengan torii. Torii merupakan gerbang pembatas antara areal suci yaitu tempat tinggal Kami dengan tempat tinggal manusia atau duniawi. Torii umumnya dibangun di wilayah dimana Kami dipercayai bersemayam. Dalam Shinto, wilayah kuil dipercayai menjadi wilayah kekuasaan tempat Kami yang disembah bersemayam. Memasuki kuil berarti memasuki wilayah Kami.
Torii ini merupakan sumbangan dari para pengikut kuil sebagai bentuk persembahan kepada Kami dan untuk menunjukkan rasa terimakasih atas dikabulkannya permintaan yang mereka pinta. Selain itu, pembangunan torii juga berarti permintaan mereka akan dikabulkan atau permintaan mereka sudah dikabulkan oleh Kami.
Saat ini, seluruh torii yang ada di kuil Shinto merupakan sumbangan dari perorangan, atau keluarga, atau perusahaan-perusahaan yang ada di Jepang. Nama penyumbang torii, tanggal, bulan, dan tahun ditulis di bagian belakang torii. Karena umumnya torii yang ada di kuil ini terbuat dari kayu, rentang waktu yang dimiliki sekitar dua puluh tahun, dan kemudian harus diganti dengan torii yang baru.
Pada umumnya bangunan torii terdiri dari dua batang tiang yang menopang dua batang palang yang berada di bagian atas bangunan. Palang bagian atas bisa terdiri dua buah palang yang bersusun, yakni palang Kasagi dan palang Shimaki, sedangkan palang bagian bawah disebut Nuki. Torii terbagi atas dua bentuk, yaitu bentuk shinmei dan bentuk myojin. Bentuk shinmei adalah bentuk yang paling sederhana dengan bagian yang lurus seperti kasagi, hashira, dan nuki. Sedangkan bentuk myojin, memiliki bentuk kasagi dan shimaki yang melengkung ke atas.
Torii di kuil Shinto memiliki makna yang berbeda, yaitu dari segi warna yang digunakan, arah dan tempat torii didirikan, serta harga torii tersebut. Sebagian besar torii dicat menggunakan warna merah menyala. Warna ini mengindikasikan untuk menolak pengaruh dari roh jahat serta menunjukkan berlimpahnya hasil panen yang diberikan Inari Okami kepada masyarakat Jepang. Torii dibangun di gunung, laut, air terjun, atau pohon yang dianggap sebagai tempat yang suci dan menghadap ke arah timur, dan tidak pernah menghadap utara. Karena bagian utara dianggap berhubungan dengan kematian dan juga dianggap membawa kesialan. Begitu juga dengan torii yang menghadap ke timur maupun barat. Karena matahari akan terlihat seperti memasuki torii untuk menuju ke dalam kuil. Ukuran dan harga torii yang disumbangkan oleh pengikut kuil menandakan jumlah uang yang diserahkan kepada Kami berdasarkan dengan apa dan jumlah kekayaan atau kelimpahan harta yang telah diberikan Kami pada mereka.
Selain memiliki makna, torii juga memiliki fungsi yaitu menandai batas antara kawasan Kami dengan manusia, mengingatkan orang-orang akan kehadiran Kami, sebagai penanda masuk kuil Shinto, bentuk persembahan dari para pengikut kuil, serta melindungi kuil dari Kegare. アジアやヨーロッパ諸国の習慣や技術、その他の文化様式といったような数多くのアイディアや価値観は日本人によって吸収されてきた。その吸収された文化は、次第に彼らの文化に変化していった。現代における日本人の生活様式は、アジアの文化と近代ヨーロッパの生活様式から影響を受けた、伝統的な文化と融合する。しかし、これらの多様性の中で、神道は日本人の生活の基盤になった。その信仰は宇宙にはたくさんの神がいると想定している。神道は単に宗教としてだけでなく、200年以上前から存在している態度や考え方、何かを行う際の方法の組み合わである。その習慣は日本人の生活様式の一部になっている。 神道は、天候の影響を強く受ける稲作との関係の中で進化してきたと信じられている。その結果、豊作を祈り、またそれを表現するための儀式や祭りは、日本人、特に農民にとって不可欠なものだった。古代の日本人は自然 の力を感じ、それを具現化した。竜巻、嵐、雷のような自然現象の中にある魔法や神聖さは、人間の力を超えていた。神秘的な力は、木、山、石、滝、動物などの自然物にも顕れると考えられていた。彼らはそれらの「もの」には霊的な力が宿ると信じていた。それゆえ、彼らは神としてそれらを尊敬し、崇拝した。また、日本人は彼らの先祖も神だと信じて崇拝した。神道では、神社と呼ばれる神殿で礼拝が行われる。それは礼拝の場として機能する。神社は他のセレモニーの場としても利用できる。通常、神社の入り口には、鳥居と呼ばれる鮮やかな赤色の門がある。それは、神が住む神聖な世界と人間の世界を分けるものだ。鳥居は神が横たわる場所にはよく建てられる。神道では、神社の領域は神の領域だと信じられている。神社に入るということは、神の領域に入ることを意味する。これらの鳥居は神社の信者から神への献納として寄付される。その門は、神から聞き入れられた彼らの願い事に対する感謝の意も意味する。また、鳥 居の建設は信者の願い事が神によって聞き入れられたか、まだ聞き入れられてないかを意味する。
神社にあるすべての鳥居は、日本に住む個人や家族、企業から寄付されたものだ。鳥居の裏には、寄付者の名前と寄付した日付が彫られている。神社にあるほとんどの鳥居は木でできており、20年間良好な状態を保つことができる。古いものは新しい鳥居に置き換えられる。
一般的に、鳥居は門の上部を横切る二本の柱と、それを支える二本の支柱を配置することによって構築される。その支柱は「はしら」と呼ばれる。上部の柱は二層の柱から、つまり笠木と島木から構成されており、下部の柱は貫と呼ばれる。鳥居には神明、明神と明神の二つのスタイルがある。前者はまっすぐな柱、笠木、貫を持つシンプルな形をしている。逆に、後者は笠木と島木のために湾曲した楣を持っている。
一方、使用面、方向、位置、価格の面では、神社の鳥居はすべて意味が異なる。神社にあるほとんど鳥居は、悪霊の影響を受けにくいあざやかな赤 色で塗装されている。それは稲荷大神が日本人に与えた豊作の象徴でもある。さらに、山、海、滝、神聖な木々の上に建つ鳥居は東に向いている。北向きの鳥居はなく、それは死や不運と関係している。逆に、東と西に向く鳥居は、鳥居を超えて神社へ向かう太陽の軌道を表現している。また、神社の信者から寄付された鳥居の大きさや価格は、彼らに与えられた富に基づいて神に渡された金額の量を意味する。
そのような意味を持つことに加えて、鳥居は神の住居と人間の境目を表す機能を持ち、人々に神の存在を思い起こさせる機能もある。また、鳥居は神社の信者が提供した奉納物に変わり、神社の入り口に置かれるようになった。したがって、鳥居は神社を穢れから守る能力があると信じられている。
Collections
- Undergraduate Theses [525]