dc.description.abstract | Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang sangat menarik untuk dikaji. Hal tersebut karena di dalam novel terdapat unsur-unsur intrinsik yang membawa pembaca berpetualang seolah-olah mengalami peristiwa yang ada di dalam cerita novel tersebut.
Salah satu karya sastra yang akan ditelaah dari segi sosiologis terdapat dalam novel dengan judul “Cahaya di Tirai Sakura” ditulis oleh Riza Perdana Kusuma. Di dalam novel “Cahaya di Tirai Sakura” dapat dilihat budaya dan kondisi sosial yang dihadapi oleh seorang pria dan bagaimana menghadapi interaksi sosial sebagai general manager di salah satu perusahaan penerbangan cabang Nagoya, Jepang.
Dalam menganalisis penulis menggunakan teori interaksi sosial dan culture shock yang ditulis Kingsley dan Dakhari (2006). Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selain buku, data juga dikumpulkan dari internet.
Kesimpulan dari novel “Cahaya di Tirai Sakura” karya Riza Perdana Kusuma adalah Tokoh Riza salah berkomunikasi saat berinteraksi sosial dengan individu yaitu orang Jepang. Riza salah mengucapkan kata maaf dalam bahasa Jepang. Riza mengucapkan sumimasen pada saat Riza menabrak mobil laki-laki Jepang, seharusnya Riza mengucapkan gomennasai pada laki-laki Jepang tersebut. Pada situasi ini seharusnya Riza mengucapkan gomennasai, karena gomennasai lebih sopan dari kata sumimasen. Dampaknya laki-laki Jepang tersebut tampak marah dan kesal pada Riza. Kemudian interaksi sosial Riza yaitu di undang untuk menghadiri pesta, yang membuat Riza terkejut. Seperti menghadiri pesta pernikahan sekretarisnya, pesta perpisahan dengan kolega kerjanya, dan acara wisuda salah satu universitas rekan bisnisnya. Di Jepang pihak pengundang yang menentukan biaya penyelenggaraan, termasuk sewa tempat dan lain-lain. Yang nilainya akan sangat bergantung pada posisi jabatan pihak yang diundang. Makin tinggi jabatan pihak yang di undang maka semakin tinggi pula biaya yang harus dibayar oleh tamu, inilah yang disebut dengan betsu-betsu, prinsip dimana biaya pesta harus ditanggung oleh tamu yang hadir. Dampaknya Riza harus mengeluarkan uang banyak setiap di undang ke pesta rekan bisnisnya.
Culture shock yang dialami Riza dalam lingkungan kerja, tokoh Riza terkejut dengan budaya kerja orang Jepang yang sangat disiplin. Pada saat bekerja di Jepang Riza terkejut dengan Budaya orang Jepang yang memulai kerja pukul 07.10. Pukul 07.10 semua orang di kantornya sudah sibuk dengan tugas masing-masing. Berbeda sekali dengan negara asalnya yaitu Indonesia yang memulai pekerjaan di kantor pukul 08.00 pagi. Oleh karena itu membuat diri Riza disiplin, Mulai dari datang tepat waktu dan mengerjakan tugas dengan lengkap.
Di lingkungan kerja, Riza mengalami interaksi sosial yang membuat tokoh Riza terkejut pada saat di undang menonton konser dirumah koleganya. Pada saat menonton konser, semua orang duduk dengan melipat kaki diatas tatami. Mulai dari yang tua hingga yang muda begitu tenang saat menonton konser. Dampaknya kaki Riza mengalami kesemutan dan pegal saat duduk diatas tatami, pada saat pertunjukan konser berlangsung. Karena Riza tidak tahan duduk berlama-lama diatas tikar apalagi kakinya berlipat seperti duduk orang Jepang. Pada saat Riza membawa oleh-oleh dari Indonesia untuk orang kantornya, Riza mengalami culture shock. Oleh-oleh yang diletakkannya diatas meja masih terbungkus rapih. Setelah bertanya kepada Yuta teman kantornya, Riza mendapat penjelasan bahwa di Jepang kalau membawa oleh-oleh akan lebih baik diserahkan kepada salah satu orang untuk membagikannya langsung. Jika diletak saja tidak ada yang mengambilnya karena itu kurang sopan. Dampaknya makanan Indonesia yang dibawa Riza tidak dimakan sama sekali oleh teman kantornya. Berbeda dengan negara asal Riza yaitu Indonesia, apabila ada oleh-oleh langsung disentuh bersama-sama untuk menikmati oleh-oleh yang diberikan. | en_US |