Perayaan Bagi Anak Anak Jepang
Nihon De Kodomo No Matsuri
Abstract
Negara Jepang merupakan salah satu Negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi, kebudayaan yang dimiliki tetap dipertahankan dan dilestarikan sampai sekarang. Di Jepang, festival tradisional dan gaya hidupsudah berurat akar di setiap daerah tetapi masih tetap melekat sebagai ciri khas daerah yang bersangkutan.
Di antara banyak tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri Jepang.Istilah matsuri terdiri dari dua pengertian yaitu upacara keagamaan dan perayaan yang dipraktekkan dalam agama Shinto. Matsuri pada dasarnya adalah sebuah tindakan simbolik dimana seseorang atau sekelompok orang berada dalam keadaan komunikasi aktif dengan dewa atau yang didewakan. Tindakan yang berkomunikasi aktif dengan dewa atau yang didewakan Disertai dengan hubungan erat antar peserta matsuri dalam bentuk pesta dan perayaan. Matsuri( 祭り) memiliki empat unsur dasar yaitu: penyucian, persembahan, doa dan pestasuci (Sokyodan William P. Woodard, 1962: 512).
Dapat dikatakan bahwa matsuri mengandung unsur yang sacral atausuci, ditandai dengan kegiatan yang berkaitan erat dengan kami (神) atau dewa Shinto. Matsuri dapat dibagi menjadi tiga ritual yaitu: tsukagirei(通過儀礼), nenchuugyooji(年中行事), danningirei( にん儀礼). Tsukagirei adalahupacara yang berhubungan dengan lingkaran hidup seseorang, dimulai dari sijabang bayi dalam kandungan sampai seseorang menjadi arwah atau mulai dari obiiwai(帯祝い) sampai dengan nenkihoyoo(年忌法要). Contoh daritsukagirei adalahobiiwai, omiyamairi, hatsuzekku, Shichi Go San matsuri dan lain-lain. Obiiwa idilakukan oleh orang Jepang saat sijabang bayi berusia lima bulan di dalam Rahim ibunya. Omiyamairi(お宮参り) merupakanupacaramembawabayikejinja(神社) untuk pertama kalinya ketika ia berusia 31 hari untuk anak laki-laki dan 32 hari untuk anak perempuan. Hatsuzekku adalah upacara selamatan bagi anaklaki-laki ketika ia pertama kali melewati tanggal 5 bulan Mei, dan untuk anak perempuan ketika ia pertama kali melewati tanggal 3 bulan Maret. Shichi Go San adalah matsuri yang diadakan khusus untuk anakanak yang berusiatiga, lima, dan tujuh tahun setiap tanggal 15 November. Sementara nenkihoyoo adalah upacara keselamatan arwah. Nenchuugyooj iadalah matsuri yang diselenggarakan setiap tahun dan waktunya sudah ditetapkan menurut penanggalanm mereka. Salah satu contoh dari nenchuugyooji adalah Hinamatsuri .Hina Matsuri adalah perayaan setiap tanggal 3 Maret di Jepang yang diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka yang disebut hinaningyō (雛人形, ひなにんぎょboneka festival).Satu set boneka terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, puteri istana (dayang-dayang), dan pemusik istana yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya zaman Heian. Perayaan ini sering disebut Festival Bonekaatau Festival Anak Perempuan karena berawal dari permainan boneka di kalangan putri bangsawan yang disebut hiinaasobi (bermain boneka puteri).
Perayaan anak-anak di Jepang salah satunya adalah perayaan Shichi Go San.Perayaan Shichi Go San telah dimulai pada periode Heian (794-1185), di mana para bangsa wan merayakan pertumbuh anak-anak mereka pada bulan november. Hal ini dilatar belakang iolehke percayaan orang Jepang bahwa usia anak yang memasuki umur tujuh tahun, lima tahun, tiga tahun dianggap kristis dalam kehidupananak-anak dan dapat mendatangkan kesialan, yaituanak-anak tersebut rentan terkena penyakit dan berujung pada kematian anak.
Shichi-Go-San (七五三Shichigosan, 3, 5, 7) adalah nama upacara di Jepang yang merayakan pertumbuhan anak berusia 3, 5, dan 7 tahun. Perayaan di lakukan setiap tahun sekitar tanggal 15 November dan bukan merupakan hari libur.
Orang tua yang memiliki anak laki-laki mengibarkan Koinobori hingga hari Tango no Sekku untuk mendoakan agar anak laki-lakinya menjadi orang dewasa yang sukses. Setelah Jepang memakai kalender masehi, koinobori dikibarkan hingga HariAnak-anak (5 Mei).Koinobori yang tertiup angina telah menjadi simbol perayaan Hari Anak-anak. Kalau zaman dulu koinobori berkibar di tengah musim hujan, koinobori biasanya sekarang mengingatkan orang Jepang tentang langit biru yang cerah di akhir musim semi.Satu set koinobori terdiri dari ryūdama, yaguruma, fukinagashi, dan bendera-bendera ikan koi.
Dari semua pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Keanekaragaman budaya jepang memiliki nilai esensi yang tinggi dengan karakteristik yang berbeda-beda di Indonesia perlu mengaplikasikan program-program masyarakat jepang dalam mempertahankan budayanya. Kebudayaan jepang memiliki nilai budaya yang tinggi, yang sampai sekarang masih mengkombinasikan budaya Tradisional di tengah zaman modern saat ini.
Collections
- Diploma Papers [164]