Show simple item record

dc.contributor.advisorHandayani, Diah Syafitri
dc.contributor.authorPraptiningsih, Mira
dc.date.accessioned2019-02-25T01:20:10Z
dc.date.available2019-02-25T01:20:10Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11826
dc.description.abstractPakaian adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain tempat tinggal dan makanan. Setiap bangsa di dunia umumnya memiliki pakaian nasional yang disesuaikan dengan adat istiadat, kondisi geografis dan cuaca atau iklim setempat. Jepang memiliki pakaian nasional bernama Kimono. Kata kimono berasal dari kata “ki” berarti memakai dan “mono” berarti barang, sehingga secara harfiah kimono berarti sesuatu yang dipakai atau pakaian. Menurut Japan Encylopedia, kimono merupakan pakaian nasional Negara Jepang yang dipakai oleh perempuan dan laki-laki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kimono telah ada sejak ratusan tahun atau lebih ribuan dan merefleksikan pengaruh yang datang dari kebudayaan India, China, Korea dan Asia Tenggara. Pada awal sejarah Jepang yakni pada masa prasejarah, kimono sudah ada tetapi bentuknya jauh berbeda dengan kimono masa kini. Pada zaman monarki, feodal hingga modern, bentuk kimono terus mengalami perubahan hingga akhirnya menjadi bentuknya yang sekarang ini. Dari setiap zaman, kimono mengalami banyak perubahan salah satunya zaman Heian. Zaman Heian berlangsung tahun 794-1185 masehi dan merupakan sejarah klasik Jepang yang terakhir. Zaman Heian adalah suatu periode dimana interaksi dengan China telah berkurang drastis dan budaya serta pakaian tradisional Jepang mulai berkembang menurut caranya sendiri. Pengaruh budaya yang hanya berupa imitasi murahan dari budaya zaman T’ang China semakin berkurang dan hanya sebagian kecil yang sudah mengakar dalam kehidupan Jepang yang bertahan, kemudian menjadi pondasi kebudayaan Jepang sampai masa kini. Karenanya, pada zaman Heian terjadi perubahan gaya arsitektur, standar kecantikan, hingga seni, bahasa dan terciptalah budaya baru yang mulai memiliki karakteristiknya sendiri. Pada zaman Heian terkenal dengan Jyuunihitoe. Jyuunihitoe adalah kimono yang sangat elegan dan sangat kompleks yang hanya dipakai para wanita di Jepang. Secara harfiah jyuunihitoe berarti “jubah 12 lapis” yang dikenakan oleh perempuan yang berkedudukan tinggi dari istana kekaisaran dan merupakan pakaian yang paling terkenal di zaman Heian. Jyuunihitoe terdiri dari berbagai lapisan yang merupakan pakaian sutra, dengan garmen terdalam terbuat dari sutra putih. Berat total jyuunihitoe bisa bertambah 20 kg. Aksesori penting adalah kipas rumit, yang bisa diikat dengan tali saat dilipat. Dan saat ini, jyuunihitoe dapat dilihat di museum, film, demonstrasi kustom, tempat wisata atai pada festival tertentu. Jyuunihitoe adalah salah satu barang yang paling mahal di Jepang. Dan juga untuk kimono pria, dalam mengenakan kimono yang dibedakan warna dan desainnya. Pria dengan kedudukan tertinggi akan menggunakan pakaian ungu dan kedudukannya di bawahnya akan menggunakan merah, diikuti dengan warna hijau, dan kemudian biru. Pria yang lebih tinggi kedudukannya akan mengenakan kimono dengan nuansa gelap.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKimonoen_US
dc.titleKimono pada Zaman Heianen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM152203023en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeKertas Karya Diplomaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record