Efektivitas Hemodialisis Terhadap Fungsi Penghidu Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir Sebelum dan Setelah Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan

Abstract

Latar Belakang : Persepsi bau adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan, untuk membedakan berbagai jenis makanan, deteksi kemungkinan adanya bahan berbahaya dan kualitas hidup secara keseluruhan. Gangguan fungsi penghidu dapat menjadi sebuah tanda adanya suatu penyakit. Salah satu penyebab gangguan penghidu adalah penyakit ginjal kronis. Tujuan :Untuk mengetahui efektivitas hemodialisis terhadap fungsi penghidu pada pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA). Metode :Studi observasi dalam bentuk analitik dengan desain penelitian potong lintang (Cross sectional study). Subjek penelitian sebanyak 21 orang pasien PGTA yang telah memenuhi kriteria inklusi, untuk menilai fungsi penghidu menggunakan Sniffin Sticks Test (Skor ADI). Hasil : Fungsi penghidu pada pasien PGTA sebelum hemodialisis adalah Hiposmia 61,9%; normosmia 33,3% dan anosmia 4,8% dan setelah hemodialisis adalah Normosmia 52,4%; hiposmia 42,9% dan anosmia 4,8%.

Background : Smell perception is one of the most important aspects of life, to differentiate different types of food, detection of possible elements dangerous and overall quality of life. Dysfunction Olfactory can be a sign of disease. One of the causes of dysfunction Olfactory is a Chronic Kidney Disease. Objective : To investigate the effectiveness of hemodialysis to Olfactory function in End Stage Renal Disease (ESRD) patients. Methods : Observational studies in analytic with cross sectional study design. A total of 21 patients ESRD were included in the study. Olfactory function was assessed for Treshold, Discrimanation and Identification (TDI) using Sniffin Sticks Test. Result : Olactory function in PGTA patients before hemodialysis is Hyposmia 61.9%; normosmia 33.3%; anosmia 4.8% and after hemodialysis becomes Normosmia 52.4%; hyposmia 42.9% and anosmia 4.8%.