dc.description.abstract | Skripsi ini membahas tentang makna banzai dalam masyarakat Jepang
(kajian antropolinguistik). Tujuan dari dibuatnya Skripsi ini adalah untuk
mengtahui makna banzai dalam masyarakat Jepang. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah untuk menambah wawasan mengenai banzai. Terutama
banzai yang terjadi pada Perang Dunia II serta untuk menambah pengetahuan
mengenai latar belakang munculnya semboyan banzai dalam masyarakat Jepang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode pustaka. Aisatsu sangat penting dalam budaya masyarakat Jepang. Aisatsu
adalah media untuk menjaga hubungan baik sesama manusia, melalui aisatsu
komunikasi akan terbina sehingga hubungan sosial dengan sesama, baik dalam
lingkungan pribadi maupun hubungan pekerjaan akan terjalin dengan baik. Dalam
masyarakat Jepang, banyak sekali ungkapan-ungkapan salam yang dipergunakan
dalam kehidupan sehari-hari, memiliki banyak makna yang terkandung
didalamnya, baik sebagai ungkapan memuji, menghormati, memberi semangat,
dan lain-lain. Semakin banyaknya hubungan sosial, aisatsu pun semakin beragam,
dan tentu saja perbedaan aisatsu dari beberapa wilayah/daerah pun akan tampak.
Salah satu aisatsu yang sering digunakan dalam masyarakat Jepang adalah banzai,
baik digunakan dalam situasi formal atau informal.
Banzai merupakan istilah yang diterapka saat Perang Dunia II oleh
pasukan sekutu pada serangan gelombang manusia yang dipimpin oleh pasukan
Angkatan Darat kekaisaran Jepang. Dalam bahasa Jepang, banzai berasal dari kata “ban” dan “zai”. “ban” yang berarti „sepuluh ribu‟ dan “zai” yang berarti „umur
atau usia‟. Istilah banzai berasal dari seruan Tenno Heika Banzai yang memiliki
arti „semoga kaisar hidup 10.000 tahun‟. Tenno Heika adalah sebutan untuk kaisar
Jepang. Semboyan banzai mulai digunakan pada zaman era nara (710-794). Istilah
banzai berasal dari seruan Cina yaitu manzai, sebelum muncul istilah banzai di
Jepang ada kata houga dan fure-e, namun keduanya ditolak karena dianggap aneh.
Pada abad ke-8 banzai digunakan untuk mengungkapkan rasa hormat kepada
kaisar yang sama dengan Negara Cina. Setelah restorasi meiji ucapan banzei
diubah menjadi kata banzai dengan melantunkannya sebanyak tiga kali yang
diresmikan pada tahun 1889.
Pada Perang Dunia II banzai merupakan seruan perang (battle cry) pada
unit yang bertempur untuk maju, adalah sikap espirit de corp atau meningkatkan
semangat juang dan keberanian pasukan yang lain untuk mengikuti yang sudah
maju. Pada Perang Dunia II serangan banzai dianggap sebagai serangan bunuh
diri untuk menghindari kekalahan dan ketidakhormatan. Keterlibatan Jepang
dalam Perang Dunia II merupakan perang besar tang melibatkan banyak negara
dunia. Perang Dunia II berawal dari perang pasifik dipicu oleh serangan Jepang ke
Pearl Harbour. Adapun Jepang menyerang Pearl Harbour karena kekecewaannya
terhadap Amerika, dimana Jepang merasa diperlakukan tidak adil oleh bangsa
barat dan kedudukannya direndahkan. Dimulai ketika Jepang dipaksa membuka
negaranya saat Jepang melakukan politik Sakoku (menutup Negara dari bangsa
asing) pada masa pemerintahan Bakufu. Pada Perang Dunia II banzai charge atau
serangan banzai adalah istilah yang diciptakan oleh kalangan pasukan Sekutu
untuk menyebut taktik serangan Human Wave attack yang dilakukan oleh pasukan Jepang. Pada akhir Perang Dunia II, saat kekalahan sudah ada di depan mata
Kekaisaran Jepang, serangan massal ini menjadi uaha terakhir Jepang ketika
menyerah atau kematian menjadi pilihan terakhir, seperti saat pertempuran attu
pada 19 Mei 1943.
Bagi orang Amerika, banzai merupakan adegan serdadu Jepang yang
berteriak ketika mereka memenangkan pertempuran atau ketika mereka
melakukan bunuh diri dalam Kamikaze Attack. Sedangkan bagi orang Jepang
meyakini taktik serangan banzai adalah salah satu metode untuk melakukan
Gyoukusai (mati dengan terhormat). Taktik serangan bunuh diri seperti itu sudah
dilakukan sejak zaman Sengoku, yang mana para samurai Jepang mengikuti kode
etik yang diebut bushido. Prajurit Jepang harus memegang teguh ajaran bushido,
dalam ajaran bushido mati untuk Tenno adalah bentuk mati yang sempurna dan
termulia. Bagi mereka, kalah tidak harus mati. Kekalahan dapat ditebus kembali
dengan kemenangan, jika terpaksa kalah maka mereka mau kalah dengan penuh
harga diri.
Kebanyakan orang berpendapat bahwa taktik serangan banzai adalah hal
yang bodoh dan tidak rasional. Serangan banzai relatif gagal, karena pertahanan
sekutu di Pasifik lumayan kuat. Kunci kesuksesan taktik serangan banzai adalah
jika musuh mempunyai pertahanan yang lemah. Salah satu serangan banzai yang
sukses adalah yang dilakukan di pulau attu. Yang mana serangan itu menembus
sangat jauh ke dalam garis pertahanan Amerika. Serangan banzai yang terbesar
lainnya dilakukan pada saat-saat terakhir pertempuran Saipan pada 1944 yang
menewaskan 4.000 tentara Jepang. Saat ini, banzai memiliki arti sebagai tindakan yang mengekspresikan
kegembiraan dan perayaan dan dapat juga diartikan sebagai tindakan
menyerah.Banzai dilakukan pada saat-saat bahagia seperti dalam acara pernikahan,
pertandinga olahraga, dan dalam politik masyarakat Jepang. Dalam masyarakat
Jepang banzai memiliki arti cheers, selamat, dan hore. | en_US |