Analisis Kontrastif Proses Morfemis Verba Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia
Indonesiago To Nihongo No Doushi Keitaiso Katei Taihi No Bunseki
View/ Open
Date
2019Author
Lubis, Muhammad Irvandy
Advisor(s)
Hasibuan, Adriana
Metadata
Show full item recordAbstract
Analisis kontrastif merupakan sebuah studi sistematis dari dua bahasa
untuk mengidentifikasi perbedaan maupun persamaan struktural dan biasanya
digunakan untuk tujuan penerjemahan atau pengajaran. Linguistik kontrastif
menunjukkan bagaimana dua bahasa itu berbeda, untuk mendapatkan
penyelesaian untuk mengatasi masalah tersebut.
Membandingkan dua bahasa tersebutbertujuan untuk membantu
pembelajar bahasa asing dengan cara mengidentifikasi kemungkinan kesulitan
yang akan ditemui dalam pembelajaran bahasa asing tersebut. Verba juga dapat
dianalisis secara kontrastif. Verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu
tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.
Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat.
verbaberfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan
bentuk dan bisa berdiri sendiri. Bila kita membahas mengenai perubahan verba,
maka bahasan tersebut termasuk dalam morfologi.
Morfologi adalah cabang dari mikro linguistik yang
cakupanpembahasannya tentang kata dan kelompok kata. Morfologi merupakan
kajian yang mengkaji tentang kata danproses pembentukannya. Objek yang
dipelajarinya yaitu tentang kata dan morfem。
Morfem merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak
bisa dipecah lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Dalam
pembentukan kata tidak terlepas dari yang namanya proses morfemis. Proses
morfemis ialah proses pembentukan kata yaitu bagaimana kata-kata dibentuk
dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Morfem dalam bahasa Jepang dapat dibagi menjadi empat, yaitu morfem
dasar, morfem terikat, Morfem berubah, Morfem bebas. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia morfem terbagi menjadi dua, yaitu morfem dasar dan bebas. Proses
morfemis verba bahasa Jepang terdiri dari afiksasi melalui sufiks dan infiks.
Proses morfemis verba bahasa Indonesia terdiri dari afiksasi melalui prefiks,
sufiks dan konfiks.
Dilihat pada perubahannya, verba bahasa Jepang terdiri dari tiga
kelompok. Kelompok I disebut (godandoushi), kelompok II (ichidan doushi) dan
kelompok III (henkakuduoshi). Perubahan verba dalam bahasa Jepang ini disebut
konjugasi.
Konjugasi verba dalam bahasa Jepang secara umum dibagi menjadi enam,
yaitu Mizenkei (未然形), Renyoukei (連用形) , Shuushikei(終止形), Rentaikei (連
体形), Kateikei ( 仮定形), Meireikei ( 命令形) . Pembagian ini berfungsi sebagai
pembuat arti dalam bahasa Jepang.
Proses morfemis yang terjadi dalam konjugasi tersebut keseluruhannya
merupakan proses afiksasi dengan penambahan sufiks terhadap morfem dasarnya.
Sebagai contoh proses afiksasi dengan penambahan sufiks yang terjadi dalam
verba golongan I atau godandoushi yang terdapat pada kata ’yomu’ menjadi
’yome’ untuk bentuk menyuruh atau Meireikei (命令形) dan bila dilihat dari
proses morfemisnya maka ’yomu’ merupakan bentuk gabungan dari
morfem /yom-/ dan /-u/ dimana /-u/ merupakan sufiks, dan morfem /-u/ diganti
dengan morfem /-e/ sehingga menjadi kata ’yome’ yang merupakan bentuk
perintah dalam bahasa Jepang. Pada infiks, hanya terjadi pada dua verba saja, yaitu pada kata ’miru’ dan
’kiku’. pada verba ’miru’ ditambahkan infiks /–e- / maka akan menjadi ’mieru’.
Bahasa Indonesia tidak memiliki konjugasi pada perubahan bentuk
verbanya. Dalam bahasa Indonesia proses morfemis verba membentuk makna
gramatikal katanya. Pada proses afiksasi melalui prefiks pada kata ‘terangkat’.
kata ‘terangkat’ bermakna bentuk kemampuan, dan dilihat dari proses
morfemisnya, makna ‘terangkat’ gabungan dari morfem /ter-/ dan /angkat/ dimana
/ter-/ merupakan prefiks yang menunjukkan kemampuan.
Proses morfemis sufiks terdapat pada contoh kata ‘gulai’, yang terdiri dari
morfem /gula/ dan /-i/ yang memliki makna perintah untuk memasukkan gula.
Pada proses konfiks, terdapat pada kata ‘perbaiki’ dengan menambahkan imbuhan
didepan dan dibelakang kata dasar. Terdiri dari morfem /per-/ sebagai prefiks,
/baik/ dan /-i/ sebagai sufiks.
Dalam proses morfemis bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia keduanya
mealalui proses afiksasi, hanya saja bahasa Jepang tidak ada proses konfiksasi
tetapi bahasa Indonesia tidak ada proses infiksasi. Dan juga dalam bahasa
Indonesia tidak memiliki konjugasi seperti pada bahasa Jepang. はつののであり、のうこととじをし、、えることとかするをっている。は
どのように、つのをして、そのをするをする。
つのをすることで、をぶにするのあるをすることによってをけるである。
もですることができ、というのは、、、、またはのなをするである。
こののは、ーとにになる。は、のとしてだし、がだし、単独で動作できる。
というのは、やのーののをつミクロのである。はとそのをべる研究である。
その学んだオブジェクトは、単語と形態素に関するものである。
というは、をっていて、さなにできないのである。のでは、からすること
はできない。のは、をする過程、すなわち、あるをのにすることによってどのよ
うにがされるかである。
のはつにけることができ、すなわち、な、された、形態素が、形態素がであ
る。、では、はとのつのにかれている。のは、とをつけたからなる。インドネシ
アのは、で、で、およびによるでされている。
そのからると、は三つのグループでされています。ーは、とう、グループII
はで、グループIIIのとばれている。このののをコンジュゲーションとう。
のは、につにかれそれは、()、()、()、()、()、()であり。こ
のは、ののーーとしてしている。
でできるは、なにをえたえである。えば、グループI にれるをした、あるいは
「yomu」から「yome」というでつかったでからた、「yomu」は/yom-/と/-u/のにみ
わせであり、/-u/はであり、の/-u/はのe/にきえられ、これはののである。では、つの、すなわち、「miru」と「kiku」というにのみれて、で接中辞/-
e-/のすると 'mieru'になる。
インドネシアはののにをっていない。インドネシアでは、がのをする。り
けでは、をというにしている。「terangkat」というはのをし、からて、
「terangkat」かられば、「terangkat」というは、/terと/angkat/のみわせであり、こ
こで、/ter-/、をす接頭辞である。
の過程のにあり,をれるのがある/gula/のと/-i/からなる。では、のにをすることに
よって「perbaiki」というがある。それは/per-/ののとして、/baik/のと/-i/としてである。
とのはもをするが、だけをっていないが、はをっていない。そして、でも、のよ
うにがない。
Collections
- Undergraduate Theses [525]