Show simple item record

dc.contributor.advisorHasibuan, Adriana
dc.contributor.authorLubis, Muhammad Irvandy
dc.date.accessioned2019-04-02T01:39:23Z
dc.date.available2019-04-02T01:39:23Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13009
dc.description.abstractAnalisis kontrastif merupakan sebuah studi sistematis dari dua bahasa untuk mengidentifikasi perbedaan maupun persamaan struktural dan biasanya digunakan untuk tujuan penerjemahan atau pengajaran. Linguistik kontrastif menunjukkan bagaimana dua bahasa itu berbeda, untuk mendapatkan penyelesaian untuk mengatasi masalah tersebut. Membandingkan dua bahasa tersebutbertujuan untuk membantu pembelajar bahasa asing dengan cara mengidentifikasi kemungkinan kesulitan yang akan ditemui dalam pembelajaran bahasa asing tersebut. Verba juga dapat dianalisis secara kontrastif. Verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. verbaberfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk dan bisa berdiri sendiri. Bila kita membahas mengenai perubahan verba, maka bahasan tersebut termasuk dalam morfologi. Morfologi adalah cabang dari mikro linguistik yang cakupanpembahasannya tentang kata dan kelompok kata. Morfologi merupakan kajian yang mengkaji tentang kata danproses pembentukannya. Objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata dan morfem。 Morfem merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecah lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Dalam pembentukan kata tidak terlepas dari yang namanya proses morfemis. Proses morfemis ialah proses pembentukan kata yaitu bagaimana kata-kata dibentuk dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Morfem dalam bahasa Jepang dapat dibagi menjadi empat, yaitu morfem dasar, morfem terikat, Morfem berubah, Morfem bebas. Sedangkan dalam bahasa Indonesia morfem terbagi menjadi dua, yaitu morfem dasar dan bebas. Proses morfemis verba bahasa Jepang terdiri dari afiksasi melalui sufiks dan infiks. Proses morfemis verba bahasa Indonesia terdiri dari afiksasi melalui prefiks, sufiks dan konfiks. Dilihat pada perubahannya, verba bahasa Jepang terdiri dari tiga kelompok. Kelompok I disebut (godandoushi), kelompok II (ichidan doushi) dan kelompok III (henkakuduoshi). Perubahan verba dalam bahasa Jepang ini disebut konjugasi. Konjugasi verba dalam bahasa Jepang secara umum dibagi menjadi enam, yaitu Mizenkei (未然形), Renyoukei (連用形) , Shuushikei(終止形), Rentaikei (連 体形), Kateikei ( 仮定形), Meireikei ( 命令形) . Pembagian ini berfungsi sebagai pembuat arti dalam bahasa Jepang. Proses morfemis yang terjadi dalam konjugasi tersebut keseluruhannya merupakan proses afiksasi dengan penambahan sufiks terhadap morfem dasarnya. Sebagai contoh proses afiksasi dengan penambahan sufiks yang terjadi dalam verba golongan I atau godandoushi yang terdapat pada kata ’yomu’ menjadi ’yome’ untuk bentuk menyuruh atau Meireikei (命令形) dan bila dilihat dari proses morfemisnya maka ’yomu’ merupakan bentuk gabungan dari morfem /yom-/ dan /-u/ dimana /-u/ merupakan sufiks, dan morfem /-u/ diganti dengan morfem /-e/ sehingga menjadi kata ’yome’ yang merupakan bentuk perintah dalam bahasa Jepang. Pada infiks, hanya terjadi pada dua verba saja, yaitu pada kata ’miru’ dan ’kiku’. pada verba ’miru’ ditambahkan infiks /–e- / maka akan menjadi ’mieru’. Bahasa Indonesia tidak memiliki konjugasi pada perubahan bentuk verbanya. Dalam bahasa Indonesia proses morfemis verba membentuk makna gramatikal katanya. Pada proses afiksasi melalui prefiks pada kata ‘terangkat’. kata ‘terangkat’ bermakna bentuk kemampuan, dan dilihat dari proses morfemisnya, makna ‘terangkat’ gabungan dari morfem /ter-/ dan /angkat/ dimana /ter-/ merupakan prefiks yang menunjukkan kemampuan. Proses morfemis sufiks terdapat pada contoh kata ‘gulai’, yang terdiri dari morfem /gula/ dan /-i/ yang memliki makna perintah untuk memasukkan gula. Pada proses konfiks, terdapat pada kata ‘perbaiki’ dengan menambahkan imbuhan didepan dan dibelakang kata dasar. Terdiri dari morfem /per-/ sebagai prefiks, /baik/ dan /-i/ sebagai sufiks. Dalam proses morfemis bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia keduanya mealalui proses afiksasi, hanya saja bahasa Jepang tidak ada proses konfiksasi tetapi bahasa Indonesia tidak ada proses infiksasi. Dan juga dalam bahasa Indonesia tidak memiliki konjugasi seperti pada bahasa Jepang.en_US
dc.description.abstractはつののであり、のうこととじをし、、えることとかするをっている。は どのように、つのをして、そのをするをする。 つのをすることで、をぶにするのあるをすることによってをけるである。 もですることができ、というのは、、、、またはのなをするである。 こののは、ーとにになる。は、のとしてだし、がだし、単独で動作できる。 というのは、やのーののをつミクロのである。はとそのをべる研究である。 その学んだオブジェクトは、単語と形態素に関するものである。 というは、をっていて、さなにできないのである。のでは、からすること はできない。のは、をする過程、すなわち、あるをのにすることによってどのよ うにがされるかである。 のはつにけることができ、すなわち、な、された、形態素が、形態素がであ る。、では、はとのつのにかれている。のは、とをつけたからなる。インドネシ アのは、で、で、およびによるでされている。 そのからると、は三つのグループでされています。ーは、とう、グループII はで、グループIIIのとばれている。このののをコンジュゲーションとう。 のは、につにかれそれは、()、()、()、()、()、()であり。こ のは、ののーーとしてしている。 でできるは、なにをえたえである。えば、グループI にれるをした、あるいは 「yomu」から「yome」というでつかったでからた、「yomu」は/yom-/と/-u/のにみ わせであり、/-u/はであり、の/-u/はのe/にきえられ、これはののである。では、つの、すなわち、「miru」と「kiku」というにのみれて、で接中辞/- e-/のすると 'mieru'になる。 インドネシアはののにをっていない。インドネシアでは、がのをする。り けでは、をというにしている。「terangkat」というはのをし、からて、 「terangkat」かられば、「terangkat」というは、/terと/angkat/のみわせであり、こ こで、/ter-/、をす接頭辞である。 の過程のにあり,をれるのがある/gula/のと/-i/からなる。では、のにをすることに よって「perbaiki」というがある。それは/per-/ののとして、/baik/のと/-i/としてである。 とのはもをするが、だけをっていないが、はをっていない。そして、でも、のよ うにがない。en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectAnalisis Kontrastifen_US
dc.subjectMorfemis Verba Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesiaen_US
dc.titleAnalisis Kontrastif Proses Morfemis Verba Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesiaen_US
dc.title.alternativeIndonesiago To Nihongo No Doushi Keitaiso Katei Taihi No Bunsekien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM140708113en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record