Kuil Kashima Sebagai Tempat Penyembahan Dewa Kashima
Kashima Kami O Suuhai Suru Tokoro To Shite Kasima Jinja
View/ Open
Date
2019Author
Marpaung, Laris Fransiska
Advisor(s)
Arfianty, Rani
Alimansyar
Metadata
Show full item recordAbstract
Skripsi ini berjudul kuil Kashima sebagai tempat penyembahan Namazu (dewa ikan lele). Skripsi ini membahas tentang kuil Kashima sebagai tempat penyembahan dewa Kashima dan ikan lele raksasa. Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang modern sekaligus tradisonal.
Kuil adalah tempat tinggal para kami. Kuil juga memiliki fungsi sebagai tempat melaksanakan ritual dan festival. Begitu juga dengan kuil Kashima. Kuil Kashima adalah salah satu kuil di Jepang yang menyembah hewan sebagai Kami. Yaitu ikan lele raksasa atau Namazu yang dapat menyebabkan gempa bumi. Namazu disembah sebagai yanaoshi daimyojin atau dewa rektifikasi dunia. Dewa Kashima pun juga disembah di kuil ini. Yaitu dewa yang menjaga ikan lele raksasa supaya tidak bergerak dan menyebabkan gempa bumi. Di kuil ini dewa Kashima disembah dengan ritual, dengan memberikan sesaji untuk dewa Kashima seperti sake, beras, air dan lain sebagainya. Adapun, festival yang dilakukan di kuil Kashima ini adalah festival saito-sai, festival jinko-sai, dan mifune-matsuri. Selain tempat untuk festival kuil Kashima juga memiliki fungsi sebagai tempat pelaksanaan ritual.
Jepang juga digambarkan sebagai bangsa yang sangat menjaga tradisinya dengan baik. Hingga saat ini masyarakat Jepang masih melestarikan budaya-budaya mereka, kepercayaan terhadap hewan, mitos dan sebagainya. Salah satu kepercayaan masyarakat Jepang adalah kepercayaan terhadap mitos. Salah satunya adalah mitos ikan lele raksasa yang dipercaya masyarakat Jepang dapat menyebabkan gempa bumi yang dasyat karena pergerakannya. Karena hal ini lah ikan lele menjadi keramat di Jepang. Sehingga masyarakat Jepang membuat sebuah patung di salah satu kuil di Jepang yaitu kuil Kashima. Di Jepang tumbuh mitos bahwa gempa disebabkan oleh seekor ikan lele raksasa Namazu. Mitos menyebutkan Namazu hidup dalam lumpur di perut bumi dan di kendalikan oleh Dewa Kashima melalui batu bertuah. Suatu ketika, Namazu lepas dari penjagaan Dewa Kashima dan bergerak-gerak menyebabkan bumi berguncang.
Oleh sebab itu, untuk melihat bagaimana sejarah kuil Kashima, penulis menggunakan teori kesejarahan. Selain teori di atas, penulis menggunakan teori bentuk konsepsi Plato mengenai bentuk sebenarnya berbeda dari dialog ke dialog, dan dalam hal tertentu hal ini tidak pernah dijelaskan sepenuhnya, sehingga banyak aspek dari teori ini terbuka untuk diinterpretasi.
Jepang adalah negara yang sangat memelihara dan menjaga, budaya mereka sehingga, pada saat ini dapat kita lihat negara Jepang yang maju adalah negara yang sangat kental dengan budaya nya ditengah kemajuan negara Jepang, masyarakat nya juga sangat perduli dengan tradisi yang rutin di lakukan di kuil-kuil di Jepang. Dengan ada nya hal ini, alangkah baik nya jika masyarakat Indonesia dapat meniru hal ini dari negara Jepang, supaya negara kita dapat menghargai keberagaman budaya yang ada di Indonesia dan dapat menjaga budaya kita dan melestarikannya.
Collections
- Undergraduate Theses [525]