Show simple item record

dc.contributor.advisorAlimansyar
dc.contributor.authorHaq, Muchlennisa
dc.date.accessioned2019-04-10T01:07:29Z
dc.date.available2019-04-10T01:07:29Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13242
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana perayaan hinamatsuri dilakukan yang merupakan tradisi untuk mendoakan keselamatan pertumbuhan anak-anak perempuan setiap tahunnya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan yaitu metode deskriptif analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku-buku relevan dan juga data-data dari internet. Hasil penelitian menujukan bahwa perayaan hinamatsuri dilakukan pada tanggal 3 maret dengan memajang hina ningyou dan menyantap bersama-sama beberapa makanan yang wajib dihidangkan saat hinamatsuri. Para orang tua dan anak perempuannya berdoa bersama-sama untuk keselamatan dan terhindar dari roh-roh jahat yang mengganggu anak perempuan mereka didepan hina ningyou. Dalam upacara hinamatsuri, anak perempuan juga dapat mengundang teman-temannya untuk merayakan hinamatsuri. Perayaan hinamatsuri dilakukan dengan meriah sehingga sebagian masyarakat mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam hinamatsuri. Awal mula nya hinamatsuri diperkirakan berasal dari sebuah kepercayaan Cina yang kemudian diadaptasi oleh Jepang. Istilah hinamatsuri pun telah mengalami perubahan istilah menurut zamannya hingga istilah hinamatsuri yang kita kenal sekarang ini. Pada zaman Heian, hinamatsuri dikenal dengan istilah hina asobi. Sejak abad ke-9 zaman Edo, Hina asobi berubah menjadi Hinamatsuri dan perayaannya meluas dikalangan rakyat. Masyarakat pada zaman Edo terus mengadakan tradisi hinamatsuri disetiap tahunnya dengan memajang boneka yang kemudian boneka tersebut ditepukkan keseluruh tubuh anak perempuan dengan tujuan agar boneka dapat menyerap roh-roh jahat yang ada didalam tubuh anak perempuan tersebut. Selanjutnya, boneka tersebut diletakkan kedalam wadah yang berbentuk sampan dan kemudian dihanyutkan kesungai. Sejalan dengan perkembangan zaman, bentuk boneka yang awalnya terbuat dari kertas menjadi boneka yang berbentuk rumit dan mewah. Tidak hanya dari segi boneka saja yang berubah, namun perayaan yang dilakukan dengan menghanyutkan boneka ke sungai pun mulai ditinggalkan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPerayaan Hinamatsurien_US
dc.titlePerayaan Hinamatsuri di Jepangen_US
dc.title.alternativeNihon De No Hinamatsuri Oiwaien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM142203042en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeKertas Karya Diplomaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record