Analisis Wujud Kesetiaan Samurai Jepang Dilihat dari Para Tokoh Cerita dalam Novel 47 Ronin Terjemahan John Allyn
View/ Open
Date
2019Author
Sihotang, Sulastri Eli Sabet
Advisor(s)
Situmorang, Hamzon
Hasibuan, Adriana
Metadata
Show full item recordAbstract
Budaya adalah hasil ciptaan dari sekelompok masyarakat atau orang-orang tertentu. Bisa dikatakan seperti itu karena, konsep kebudayaan itu meliputi hampir seluruh aktifitas manusia. Dengan adanya kebudayaan di lingkungan maka timbulah bentuk kesetiaan yang ada di dalam kehidupan kita. Kesetiaan menjadi bagian dari sejarah peradaban bangsa Jepang sejak zaman samurai sampai zaman modern. Kesetiaan merupakan sifat yang dimiliki oleh bangsa Jepang yang telah membudaya, yang muncul dari adanya rasa solidaritas sehingga menimbulkan rasa kebersamaan dalam kehidupan sosial. Namun ajaran tersebut menambah nilai kesetiaan, pengorbanan diri, keadilan rasa malu, bertata krama sopan, kesucian, rendah hati (kesederhanaan), kehematan, semangat berperan, kehormatan dan kasih sayang.
Karya Sastra adalah salah satu karya seni yang mengungkapkan nilai-nilai seni yang bermanfaat bagi manusia. Karya Sastra juga merupakan suatu pemikiran yang berdasarkan pada pengalaman seseorang. Salah satu jenis karya adalah novel. Novel adalah Karya Sastra yang ditulis dalam bentuk cerita yang mudah dimengerti dan memiliki berbagai unsur sastra.
Skripsi ini menganalisis dan menjelaskan wujud kesetiaan samurai Jepang dilihat dari para tokoh cerita dalam novel 47 ronin karya john allyn. Analisis wujud kesetiaan samurai Jepang diketahui mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan konteks ceritanya.
Namun Pada zaman Edo munculah kebijaksanaan zaman Keshogunan Tokugawa yang bertujuan untuk memperkokoh kekuasaan. Namun pada zaman itu Jepang dibagi menjadi beberapa golongan yang dikenal dengan sebutan. Shi-No-Ko-Shi. Shi berasal dari kata Bushi/Samurai, No dari Nomin/petani, Ko dari Shokunin/pengrajin, Sho dari Shonin/pedagang.
Novel 47 Ronin Karya John Allyn adalah novel tentang kesetiaan Bushi yang diwujudkan dalam bentuk balas dendam 47 yang berdasarkan pada ajaran Kaum samurai sebagai golongan yang disegani adalah kaum prajurit yang mengabdikan hidupnya untuk majikan. Ajaran Bushido yang merupakan pedoman bagi samurai banyak mengajarkan mengenai kepatuhan, pengabdian serta kesetiaan dalam mengabdi. Bushido adalah ajaran yang terdapat pada Budha Zen, yang dapat diartikan sebagai kode etik para samurai. Cara hidup samurai merupakan istilah yang muncul dalam masyarakat selama abad Feodalisme untuk menunjukkan prilaku tradisional Jepang yang mempunyai aturan.
Sistem pemerintahan pada masa Tokugawa Ieyasu di mulai pada zaman Edo (1630-1867), ini merupakan masa yang disebut dengan masa feodal akhir zaman yang di mana didalamnya adanya sejarah Jepang. Namun setelah itu munculah kaisar yang tidak berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan, tetapi hanya berfungsi sebagai lembaga suchi yang harus dihormati oleh seluruh rakyat Jepang. Oleh karena itu, pada tahun 1185 munculah zaman Kamakura yang dimana adanya masa feodal di Jepang sehingga pada tahun 1867 pada zaman Edo tidak dilaksanakan pemerintahaan yang ada didalam kaisar. Untuk mempertahankan keamanan pemerintahan keshogunan, maka dibentuklah kangakusha untuk mengajarkan kesetiaan yang bertingkat di mana pusat kesetiaan adalah pemerintahan keshogunan yang didasarkan pada pemikiran Konfusionsis.
Namun bagi para manusia samurai memiliki nilai tekad yang besar dan kesetiaan yang tinggi dan ini sudah teruji dan mereka ditakdirkan untuk melayani satu tuan atau setidaknya hingga sang tuan meninggal. Dan ketika itu, Balas dendam Ronin merupakan pengabdian kepatuhan mereka terhadap Asano Takumi Naganori. Ini dikarenakan Asano adalah majikan para Ronin. Balas dendam Ronin dipimpin oleh Oishi Kuranosuke Yoshitaka adalah kepala samurai klan Asano. Maka balas dendam Ronin dipimpin oleh Oishi. Oishi dan anak buahnya memenggal kepala Kira dan meletakkan kepala musuh majikan mereka di atas makam Asano. Balas dendam yang dilakukan mereka telah berhasil. Setelah berhasil melakukan balas dendam para Ronin melakukan Junshi. Hal ini dilakukan untuk mengikuti kematian Asano. Perilaku Junshi yang dilakukan ke 47 Ronin adalah sikap pertanggung jawaban dan keberanian untuk membuktikan kesetiaan para Ronin kepada Asano. Batas antara samurai dan ronin menjadi semakin jelas dengan kesetiaannya, namun kestiaan itu tidak akan hilang sampai dikubur bersama jasad sang tuan. Kisah cerita kesetiaan 47 Ronin di Jepang patut di tiru dan ini menjadi teladan buat manusia, namun bagi orang Jepang kesetiaan memiliki arti dan harga yang sangat mahal.
Sekitar awal abad ke-18 dan sekitar awal tahun 1700, para ronin dari daerah yang bernama Ako di Jepang, menyerang kediaman salah seorang pejabat Negara. Mereka menghabisinya, dan dendam mereka terbalaskan. Namun majikan mereka dikhianati sebelumnya, dengan adanya kesetiaan yang tanpa batas, mereka bergerak, mereka membalas, dan mereka membantai itu semua dilakukan atas nama kesetiaan. Adanya tradisi dalam kerjaan yang mereka buat bersasama-sama, namun tradisi pada saat itu melarang para samurai membalas dendam atas kematian tuannya. Namun tradisi tersebut dihancurkan dan mereka melanggar sumpah, dengan adanya melarang sumpah tersebut timbullah kematian.
Mereka menebus pembantaian atas nama kesetiaan. Mati dengan terhormat, ke-47 Ronin melakukan tradisi seppuku, membunuh diri sendiri atas nama kehormatan dan nama baik. Tak ada penyesalan, nama kesetiaan lebih berharga dari harta atau jabatan. Dan 47 batu nisan yang hingga kini terus diziarahi orang setiap bulan Desember, adalah satu-satunya bukti yang tersisa tentang bagaimana kesetiaan yang seharusnya ditempatkan, dengan segala kemungkinan melanggar batas tradisi atau menukar nyawa. Kisah 47 ronin di Jepang tidak sekadar kisah tentang keberanian, lebih dari itu, mereka adalah kesetiaan yang tak pernah terbungkam.
Kesetiaan dalam Kisah 47 Ronin digambarkan melalui balas dendam yang dilakukan oleh para samurai untuk membalas kematiaan majikannya yang disebut Adauchi. Adauchi dapat diartikan dengan adanya bentuk tanda- tanpa pantang menyerah dengan mengatur strategi dalam keadaan sesulit apapun tetap berusaha dalam meraih keberhasilan untuk membalas dendam atas kematiaan tuanya. Hal ini dimaksudkan agar arwah majikannya dapat tenang didalam keabadian. Junshi dapat diartikan sebagai jalan kematian atau bunuh diri yang dilakukan karena unsur kesetiaan. Junshi adalah tradisi sejarah pada zaman Chinese Wei (Weizhi) pada abad 646. Pada zaman ini banyak samurai dan pelayan yang membunuh dirinya ketika majikan mereka meninggal.
Collections
- Undergraduate Theses [525]