Pemikiran Kebudayaan Tengku Luckman Sinar (1933-2011)
View/ Open
Date
2015Author
Sinar, Tengku Mira Rozanna
Advisor(s)
Agustono, Budi
Gustanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini menganalisis tentang kehidupan dan pemikiran kebudayaan seorang tokoh yang bernama Tengku Luckman Sinar, bangsawan Melayu dari Kesultanan Serdang, Sumatera Utara. Beliau adalah salah satu putra Sultan Sulaiman Shariful Alamshah (Sultan Serdang kelima). Selain pelaku sejarah dan budayawan Melayu, Tengku Luckman mengemban tugas sebagai Kepala Adat Kesultanan Serdang, Sumatera Utara, 2002-2011. Tujuan penelitian ini adalah utk mengetahui pemikiran-pemikiran apakah yang dihasilkan dalam kehidupan Tengku Luckman; Untuk mengetahui gerak langkah Tengku Luckman merealisasi dan mengaktualisasi pemikiran tentang Melayu kepada masyarakat; Untuk menjelaskan realisasi dan aktualisasi pemikiran Tengku Luckman tentang kebudayaan Melayu dapat berterima dalam masyarakat. Dalam menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metodologi sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, historiografi dan juga menggunakan metode sejarah lisan yang memberikan sarana untuk rekonstruksi masa lalu yang lebih realistik dan berimbang dengan memungkinkan munculnya sosok-sosok pahlawan tidak saja dari kalangan pemimpin, tetapi juga dari rakyat kebanyakan yang tak dikenal. Dari hasil penelitian ditemukan: Pertama, Pergulatan pemikiran Tengku Luckman sepanjang nafas hidupnya bertumpu kepada 4 (empat) hal. 1. Pentingnya jatidiri Melayu sebagai sebuah identitas. 2. Pentingnya institusi Beraja dan tanah ulayatnya. 3. Kehidupan sosial sehari-hari mestilah tetap dibimbing oleh nilai-nilai adat yang tidak bertentangan dengan aqidah. Modernisasi dan perkembangan peradaban tak harus membuat hilangnya praktek-praktek adat (adatistiadat) dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun temurun. 4. Melayu, bagi Tengku Luckman bukan hanya konsep etnisitas, melainkan sebuah identitas kultural yang dipenuhi dengan ciri-ciri yang majemuk. Kedua, Dalam mangaktualisasikan pemikirannya, Tengku Luckman tidak saja menggunakan media tulis-menulis sebagai ujung tombaknya, melainkan juga terlibat dalam aktivitas budaya (membangun sanggar seni, mengembangkan Forkala, mementaskan pagelaran seni) dan aktivitas akademis (mengajar/mendidik serta menjadi narasumber dalam berbagai forum lokal, nasional dan internasional). Ketiga, Pemikiran dan kiprah kebudayaan yang dilakukan Tengku Luckman secara luas diapresiasi oleh publik. Hal ini dibuktikan dari banyaknya karyanya yang dikutip oleh para peneliti sejarah dan budaya tentang Melayu dan komentar/respon positif yang ditunjukkan oleh kaum cendekiawan, pekerja seni dan budaya serta pemerintah. This research analyzed the life and cultural thought of a figure, Tengku Luckman Sinar, a Melayu aristocratic of Kesultanan Serdang, North Sumatera. He was one of the children of Sultan Sulaiman Shariful Alamsyah (the fifth Sultan Serdang).
Besides a Melayu historian and culture-bearer, he was also acted as the Head of Adat of Kesultanan Serdang, North Sumatera, from 2002 until 2011. The objective of the research was to find out his ideas, his comportment in realizing and actualizing the idea of what was Melayu in people, and to explain the realization and the actualization of Melayunese culture which was accepted by the people.
The research used historical methodology such as heuristik, kritik, interpretasi, historiografi and also used oral historical method which facilitated more realistic and balanced reconstruction of the old days which made it possible to make the heroes to come to surface, not only from the social circle of leaders but also from the unknown common people. The result of the research showed that first, the whole ideas of Tengku Luckman, in all his life, were focused on 4 (four) things: 1. The importance of Melayunese identity, 2. The importance of sovereignty and its village adat land, 3. Daily social life should be guided by the adat values which were not contrary to the Islamic faith. Modernization and civilization should not eliminate customary practices and customs existed from generation to generation, and 4. Melayu, for Tengku Luckman, was not only a concept of ethnicity but also a cultural identity which contained pluralistic characteristics. Secondly, in actualizing his ideas, Tengku Luckman not only used written media as their spearheads, but also involved himself in various cultural activities (establishing art galleries, developing Forkala, and performing art shows) and academic activities (teaching/educating and becoming the resource person in various local, national, and international forums. Thirdly, Tengku Luckman's ideas and participation in cultural events were widely appreciated by all people. It could be seen from his many works which were quoted by various researchers in the history and culture of Melayu. Besides that, various comments/responses were also showed by the intellectuals, artists, culture-bearers, and the government.
Collections
- Master Theses [29]