Konstruksi Wacana Pemeriksaan Tersangka: Kajian Linguistik Forensik
View/ Open
Date
2019Author
Panggabean, Sarma
Advisor(s)
Sinar, T. Silvana
Setia, Eddy
Susanto
Metadata
Show full item recordAbstract
This research is qualitative research to investigate and describe a factual
and accurate phenomenon. In describing the phenomenon, descriptive qualitative
is used as a major reference in the discourse context, not only interpretative
oriented and able in reading textual intterogative, logical discourse, behavioural
discourse, and theoretical fact to reveal a truth in the adaquate range of
objectivity (see Miles, 2014; bd Sudaryanto, 2015). The research problems are (1)
what are the types of questions used by the investigator in investigating the
suspect; (2) how is the investigator’s presupposition in investigating the suspect;
(3) how is the evaluation of investigator’s language in investigating the suspect;
(4) why do the forensic discourse profilisation constructed so in investigating the
suspect. The source of data in this research is the patterns of utterance /sentence
in questioning the investigation process. The source of the utterance is the 2
investigators with each of their investigated suspect. The source of the data was
collected used by observed and interviewed. (see Sudaryanto 2015). In observing,
the tapped technique is used by using a recorder, known by the investigator and
suspect. In interviewing, provocation and stimulation technique is used that
pottentially present the lingual phenomenon that has been observed based on the
parameter. This research was supported with the application of SCP (Simple
Concordance Program) version 4,09. The data analisis in this research used the
identity method and distributional method (Sudaryanto, 2015: 15). The result of
an analysis from KPKS data found that the 33 lexical presuppositions (33,6%)
are used dominantly, then followed by the exsistential presupposition (25,5) and
factual presupposition (23,4). In the KPy data, existential presupposition is the
dominant types used in the investigation (26,4 %), then followed by lexical
presupposition (20,8%) and temporal presupposition (19,4). The attitude
appraisal analysis in KPKS data- the judgement subcatagory is 61,4% is in the
first position; the second position was dominated by the appreciation for 26,6%;
the last position was affect for 12%; then the from of appraisal in : judgement >
Appreciation > affect. Next, the KPy data, the investigator utterance
characterized by attitude appraisal, the sub category of appreciation was in the
first place for 49,5%. The second place was dominated by judgement for 39,1%;
and the last was affect for 11,4% then, the attitude appraisal in KPy:
appreciation>judgement> affect. Based in the network system, found there were
42 discourse construction potension; from that result it was found 40 profile
potention; 2 potentions was not found. Through the construction proporsion for
44 times (6%) was found in the proses of investigating the suspect. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menginvestigasi dan
mendeskripsikan suatu fenomena yang faktual dan akurat. Dalam pendeskripsian
fenomena, kualitatif deskriptif digunakan sebagai acuan utama dalam konteks
kasus wacana, bukan hanya beriorientasi interpretatif tetapi juga mampu membaca
interogasi teks (textual interrogation), logika wacana, perilaku wacana, dan fakta
teoretis untuk mengungkap sebuah kebenaran dalam rentang objektivitas yang
memadai (lihat Miles, 2014; bd Sudaryanto, 2015).Masalah yang diteliti ialah (1)
tipe pertanyaan apa sajakah yang diterapkan penyidik dalam interogasi tersangka;
(2) bagaimanakah praanggapan penyidik dalam interogasi tersangka; (3)
bagaimanakah evaluasi bahasa penyidik dalam interogasi tersangka; (4) mengapa
profilisasi wacana forensik dikonstruksikan demikian dalam pemeriksaan
tersangka. Data utama dalam penelitian ini berupa pola-pola tuturan/kalimat
dalam pertanyaan pada proses interogasi penyidik. Tuturan bersumber dari dua
orang penyidik dengan masing-masing perangkat terperiksa tersangka.
Ketersediaan data tersebut dihimpun menggunakan metode Simak dan metode
Cakap (lihat Sudaryanto 2015). Dalam metode Simak, digunakan teknik Sadap
dengan menggunakan alat rekam, yang diketahui oleh penyidik dan terperiksa.
Dalam metode Cakap, digunakan teknik Pancing atau teknik stimulasi yang
berpotensi menghadirkan fenomena lingual yang sedang diamati yang
berkesesuain dengan parameter yang diusung. Penelitian ini juga didukung
dengan aplikasi program perangkat SCP (Simple Concordance Program) versi
4,09. Analisis data dalam kajian ini melibatkan metode Padan dan metode Agih
(Sudaryanto, 2015: 15). Hasil analisis pada data KPKS praanggapan leksikal
sebanyak 33 buah (33,6%) lebih mendominasi digunakan, kemudian praanggapan
eksistensial (25,5) dan praanggapan faktual (23,4). Data KPy, praanggapan
eksistensial merupakan jenis praanggapan yang paling dominan sebanyak 26,4 %,
kemudian praanggapan leksikal (20,8%) dan praanggapan temporal (19,4).
Analisis Apraisal Sikap dalam data KPKS- subkategori Penilaian sebanyak 61,4%
menempati posisi pertama; posisi kedua didominasi oleh Apresiasi sebanyak
26,6%; yang terakhir diikuti oleh Afek sebanyak 12%; maka bentuk Apraisal
Sikap KPKS: Penilaian > Apresiasi > Afek. Selanjutnya, Data KPy, tuturan
penyidik dicirikan oleh Apraisal Sikap subkategori Apresiasi sebanyak 49,5%
menempati posisi pertama. Posisi kedua didominasi oleh Penilaian sebanyak
39,1%; yang terakhir diikuti oleh Afek sebanyak 11,4% maka, bentuk Apraisal
Sikap KPy: Apresiasi>Penilaian> Afek. Berdasarkan jejaring sistem, diperoleh 42
potensi konstruksi wacana forensik; dari potensi konstruksi wacana forensik
tersebut, ditemukan 40 potensi profil yang muncul; 2 potensi tidak muncul.
Melalui proporsi konstruksi sebanyak 44 kemunculan (6%) ditemukan
kecenderungan dalam proses pemeriksaan tersangka, yakni Tbk˄L˄Afk; penyidik
dominan menggunakan konstruksi tersebut.