Harai-Kiyome di Kuil Takekoma
Takekoma Jinja De No Harai-Kiyome
Abstract
Harae atau harai adalah istilah lama untuk banyak hal dari upacara
penyucian Shinto atau penebusan dosa yang datang dari kata kerja harau (祓う
atau 払う) yang artinya membersihkan, menyucikan, atau mengusir roh jahat..
Harae adalah salah satu upacara terpenting dalam Shinto dan berbagai bentuk
telah berkembang. Sedangkan Kiyome berasal dari kata kerja kiyomeru (清める
atau浄める ) yang artinya sama yaitu membersihkan, menyucikan, atau mengusir
roh jahat. Kiyome merupakan penyucian yang menggunakan air untuk
menyucikan diri yang dilakukan oleh penganut shinto maupun pendeta Shinto
sebelum melaksanakan suatu ritual upacara keagaman atau festival. Harai-kiyome
adalah istilah untuk penyucian diri yang dilakukan oleh penganut agama Shinto
baik pendeta kuil maupun masyarakat di Jepang.
Dalam ajaran Shinto, penyucian diri dianggap sesuatu yang sangat
penting, karena dapat menghilangkan semua kegare (kekotoran) dan tsumi (dosa),
maka kesucian jasmani dan rohani dapat dipulihkan kembali.
Menurut agama Shinto, kebersihan atau kesucian adalah hal yang utama,
hal-hal tanpa tipu daya adalah suci. Kesucian bisa dilakukan dengan cara
melakukan kegiatan ibadah ke kuil.
Kegiatan ibadah penganut kepercayaan Shinto dilakukan di kuil yang
disebut jinja, yaitu tempat peribadatan yang berfungsi untuk melakukan pemujaan
terhadap Dewa. Sepanjang tahun kuil dikunjungi oleh para penganut kepercayaan
Shinto pada perayaan atau festival yang diadakan berdasarkan kalender Shinto. Salah satu kuil Shinto yang ada di Jepang adalah Kuil Takekoma yang
terletak di kota Iwanuwa prefektur Miyagi. Kuil Takekoma terletak di daerah
datar sama dengan lokasi tempat tinggal masyarakat biasa.
Di kuil Takekoma sebelum melakukan ritual penyucian kepada para
peserta yang ingin melakukan penyucian diri maka para pendeta akan melakukan
ritual menyucikan diri terlebih dahulu seperti kessai (berpuasa), misogi (mandi).
Selain dari ritual bersuci (kiyome), harai, kessai, dan Misogi yang
dilakukan secara individu seperti tersebut di atas, masih terdapat ritual bersuci
lainnya yang dilaksanakan secara berjamaah dua kali dalam setahun yaitu pada
akhir Juni dan akhir Desember. Ritual bersuci pada akhir Juni disebut dengan
Nagoshi Oharai, sedangkan ritual bersuci pada akhir Desember disebut
Toshikoshi Oharai. Nagoshi Oharai dan Toshikoshi Oharai bertujuan untuk
menyucikan segala kekotoran (kegare) yang melekat pada setiap orang setiap
enam bulan.
Penulis menggunakan teori fungsional. Menurut Malinowski pandangan
fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola
kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang
merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa
fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Fungsi dari satu unsur budaya
adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa
kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para
warga suatu masyarakat. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode
Deskriptif. Metode Deskriptif adalah penelitian yang secermat mungkin mengenai
individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
Dalam Pelaksanaan harai-kiyome di kuil Takekoma bertujuan untuk
menghilangkan kekotoran dan dosa yang ada dalam setiap diri manusia yang
datang untuk menyucikan diri dengan bantuan para pendeta kuil. Dengan
menyucikan diri maka mereka percaya bahwa mereka telah menjadi suci dan
terhindar dari kekotoran maka dapat menyembah maupun berdoa kepada dewa.
Karena untuk bisa berdoa ataupun memuja dewa maka seseorang harus dalam
keadaan suci fisik maupun jiwanya.
Masyarakat Jepang percaya bahwa dewalah yang mewujudkan dan
memberkati seluruh alam, tetapi dewa bisa bertindak tanpa diprediksi
sebelumnya. Dewa juga bisa mengacaukan sistem alam sehingga kehidupan
akan menjadi tidak stabil (Hartz 2009, 84). Masyarakat menjadi takut akan
kemarahan dewa yang bisa merusak harmoni seluruh alam. Agar alam semesta
tetap berada dalam harmoni, maka manusia tetap memuja dewa dan terus
melakukan ibadah. Dalam shinto, sifat dewa adalah suci. Untuk dapat berkontak
dengan dewa, maka manusia dituntut untuk suci lahir dan batin. Kegare dan
tsumi adalah hal dari luar yang bisa membuat manusia tercemar dan bisa
menghalangi manusia untuk berkontak dengan dewa. Oleh karena itu, masyarakat
melakukan ritual penyucian diri untuk menyucikan diri dari kekotoran supaya bisa
berkontak dengan para dewa (dewa) karena pada dasarnya dewa itu suci dan
tidak menyukai kekotoran. 祓えあるいは祓いのことは祓うという動詞から清浄、浄化、悪魔を追い出
すことを持っている意味で、神道で行う自己浄化を指している古い用語で
ある。祓えは一番大切な祭りの一つであり、色々な形で進んでいる。一方
、清めは清めるという用語から生まれ、清浄、
浄化、悪魔を追い出すこと、祓えと同じ意味を持っている。清めは祭りか
宗教的な儀式を行う前に、水を使って自分浄化をする祓いであり、牧師が
行われている行為である。祓い清めは牧師も日本社会も神道信者が行われ
ている自分浄化の用語を言う神道宗教によると、清浄や純潔は主なもので
ある。無意味がない事は聖なる。自身浄化は寺へ崇拝活動をするだけで行
うことができる。
神社という神道信者が寺で行う崇拝活動は神様を崇拝するための礼拝所で
ある。一年中に神社は神道暦を基にして行っているお祝いやお祭りに神社
信者に訪問されている。日本にある神道神社の一つは宮城県、岩沼市に位
置する竹駒神社である。竹駒神社は、平凡な社会が住んでいると同じ平ら
な地域に位置する。竹駒神社では牧師が儀式浄化したい参加者に浄化して
あげるまえに、決済や禊のような自身浄化をしておく清めのほかに儀式浄
化【清め】はらい、、決済、禊、さっき言ったものは個別に行われている
。その他の浄化も会衆で一年に二回、六月と十二月に行われている。六月
に浄化することを夏越大祓と言う。または十二月に浄化することを年越大
祓と言う。夏越大祓と年越大祓の趣旨は六ヶ月【半年】ごとにあらゆるの
穢れをお祓い清める目的である。筆者は関数理論を使っている。Malinows
kiによると、文化に機能的な見方は習慣となっているあらゆるの行動、信 念、社会における文化の一部である態度、当該文化におけるいくつかの基
本的な機能を果たす。一つの文化要素の機能はいくつかの基本入用、ある
いは基本入用から生じする入用。つまり,ある社会における二次入用であ
る。この論文に使われている方法は記述方法である。記述方法は個人的、
状況、特定のグループに関する慎重な調査である。竹駒神社で祓い清めの
実施には牧師たちの助けで浄化したいあらゆる人々の心身から不浄や穢れ
を除く目的を持っている。自身を浄化することによって、自身が聖になり
、それで神前でお祈りできるようになったと信じている。なぜなら、
神様に祈ることか崇拝するためにには肉体的にも精神的にも聖なる状態に
ならなければならないからである。日本社会はすべての自然を発明したや
祝福しているのは神様だと信じている。でも、神様が予想以外に行為する
ことができる。神様も自然係を混雑することができ、それで、人生が不安
定になる可能性がある。社会は神様の怒りで全ての自然の調和を損なえる
ことに不安がある。自然は調和したままの状態であるように、人間は神様
を崇拝し続けており、ずっと祈りをする。神様と接触するために、人間は
肉体的にも精神にも聖になった必要がある。穢れと罪は人々を汚染させ、
神様と接触するのを妨げるから、非常に損害のものである。ですから、社
会が神様と接触できるように、自身浄化儀式をして、不浄を浄化する。な
ぜなら、基本的に神様は聖なるなものなので、不浄が好きではないからで
ある。
Collections
- Undergraduate Theses [525]