Kajian Linguistik Forensik Terhadap Gugatan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
View/ Open
Date
2019Author
Surbakti, Ernawati
Advisor(s)
Sinar, T. Silvana
Setia, Eddy
Suriyadi
Metadata
Show full item recordAbstract
This study analyzed the language patterns and forensic linguistic aspects in the lawsuit of ITE Law on an appraisal perspective, the meanings of forensic semiotics, and to describes the causing factors of the language patterns and the meaning of forensic semiotics on the lawsuit of the ITE Law. The research used qualitative method with interactive model of data analyze and collecting techniques.
Language pattern of the text of the ITE Law Attitude ^ Engagement ^ Graduation, in the court Graduation ^ Attitude ^ Engagement and the decision texts with patterns Engagement ^ Graduation ^ Attitude. The aspects of forensic linguistics related to conversation recordings have linguistic evidences that state the conversation contains consensus. From the ontological and epistemic relationships of language patterns and forensic linguistics aspects in article 5 section (1), (2), and article 44 letter b, the evidence is invalid because it is not applicable with the procedure of law in Indonesia. The meaning of forensic semiotics in article 5 and article 44 letter b refers to evidence and the expansion of evidence.
Factors that cause language patterns and forensic semiotic meanings in ITE Law are (1) attitude as a legal protection for society, material content of the ITE Law, and forms of violations contained in the regulation of information technology utilization (2) modality is the author's attitude towards something explained content material and forms of violation of law and showing establishment, explaining the value, and norms of the applicable law in Indonesia (3) time is used as a measure of criminal provisions.
Factors that cause the court because of (1) graduation is used as a measure of criminal provisions and references to laws (2) attitude as an assessment of the emotional state of the applicant who feels threatened (3) appreciation is a means to make silent facts to be able to speak to the judge in court through arguments submitted by the applicant, expert, and witness (4) affect as means of the applicant to convey the cause of action and to request protection from insecurity and displeasure of the problem (5) denial is to describe speakers in the court that position as opposing positions or against several articles.
Factors that cause language patterns in text decisions are (1) engagement, because the Constitutional Court judges position, adjust, and negotiate the power of propositions and their respective statements in deciding a claim as a constitutional institution that carries out its functions to realize a democratic legal state (2) time outlining criminal provisions and measurement (3) text containing suggestions, requests, objections, protests against several articles. The meaning factors of forensic semiotic because of the physical form of voice recordings of the applicant's conversation had been produced or obtained from the illegal tapping process or not with the applicable legal procedures in Indonesia. Penelitian ini menganalisis pola bahasa dan aspek linguistik forensik dalam gugatan UU ITE perspektif apraisal, makna semiotik forensik, dan mendeskripsikan faktor penyebab pola bahasa dan makna semiotik forensik dalam gugatan UU ITE. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan dan analisis data model interaktif.
Pola bahasa teks UU ITE Sikap ^ Pemosisian ^ Graduasi, sidang pengadilan Graduasi ^ Sikap ^ Pemosisian, dan teks putusan dengan pola Pemosisian ^ Graduasi ^ Sikap. Aspek linguistik forensik terkait dengan rekaman percakapan terdapat bukti linguistik yang menyatakan percakapan tersebut berisi permufakatan. Dari hubungan ontologis dan epistemik pola bahasa dan aspek linguistik forensik pada pasal 5 ayat (1), (2), dan pasal 44 huruf b, alat bukti tidak sah karena tidak sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Makna semiotik forensik pasal 5 dan pasal 44 huruf b merujuk kepada alat bukti dan perluasan alat bukti.
Faktor penyebab pola bahasa dan makna semiotik forensik dalam UU ITE (1) sikap sebagai payung hukum bagi masyarakat, materi muatan UU ITE, dan bentuk-bentuk pelanggaran yang terdapat dalam regulasi pemanfaatan teknologi informasi (2) modalitas merupakan sikap penulis terhadap sesuatu yang dijelaskan mengenai materi muatan dan bentuk-bentuk pelanggaran hukum dan menunjukkan pendirian, menjelaskan nilai, dan norma aturan hukum yang berlaku di Indonesia (3) waktu digunakan sebagai pengukuran ketentuan pidana.
Faktor penyebab sidang pengadilan karena (1) graduasi digunakan sebagai pengukuran ketentuan pidana dan rujukan terhadap undang-undang (2) sikap sebagai penilaian keadaan emosi pemohon yang merasa terancam (3) apresiasi merupakan sarana untuk menjadikan fakta yang membisu menjadi berbicara kepada hakim di sidang pengadilan melalui argumentasi yang disampaikan pemohon, ahli, dan saksi (4) afek sarana pemohon menyampaikan dasar hukum dan meminta perlindungan dari ketidakamanan dan ketidaksenangan dari masalah yang sedang terjadi (5) penyangkalan menggambarkan penutur di sidang pengadilan memposiskan dirinya sebagai posisi berlawanan atau penolakan terhadap beberapa pasal.
Faktor penyebab pola bahasa dalam putusan (1) pemosisian, karena majelis hakim MK memposisikan, menyesuaikan, dan menegosiasikan kekuatan proposisi dan pernyataan masing-masing dalam memutuskan gugatan sebagai lembaga konstitusi yang menjalankan fungsinya untuk mewujudkan negara hukum yang demokratis (2) waktu menguraikan ketentuan pidana dan pengukuran (3) teks berisi usul, permintaan, sanggahan, protes terhadap beberapa pasal. Faktor makna semiotik forensik karena bentuk fisik rekaman suara percakapan pemohon dihasilkan atau diperoleh dari proses penyadapan yang tidak sah atau tidak dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.