Strategi Penanggulangan DRPs, Peningkatan Otcome Klinis dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi

Abstract

Kejadian Drug related problems (DRPs) pada pengobatan DM Tipe 2 mempengaruhi outcome klinis, pengendalian Kadar glukosa darah (KGD), morbiditas, mortalitas dan cost of illness (COI). Edukasi farmasi merupakan strategi yang tepat dalam penanggulangan kejadian DRPs pada pasien DM tipe 2 untuk meningkatkan kualitas hidup (QOL), mencegah terjadinya komplikasi, menurunkan jumlah kematian dini serta menurunkan biaya pengobatan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kejadian DRPs, mengetahui karakteristik pasien DM Tipe 2, mengetahui penggunaan obat DM Tipe 2, mengetahui pengaruh edukasi terhadap jumlah kejadian DRPs, outcome klinis KGD, QOL, COI dan kepatuhan pasien DM tipe 2 di RSUD Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode analitik cohort-studi prospektif sebelum dan sesudah edukasi terhadap pasien rawat jalan yang menderita DM tipe 2 di RSUD Tebing Tinggi periode Maret-Agustus 2018. Identifikasi kejadian DRPs menggunakan instrumen pharmaceutical care network europe (PCNE) V8. Kualitas hidup (QOL) pasien diukur menggunakan kuesioner short form (SF)-36 dan kepatuhan pasien minum obat menggunakan kuesioner Morisky. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah edukasi, kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan menggunakan chi square paired t-test dan uji wilcoxon dalam program SPSS V22.0. Hasil penelitian menunjukkan usia rata-rata pasien DM Tipe 2 tersebut adalah 61,96 ± 6,45 (tahun), jenis kelamin perempuan lebih banyak (66,7%) dibandingkan dengan pasien laki-laki. Penggunaan antidiabetes yang paling banyak sebelum dan sesudah dilakukan edukasi adalah metformin 500 mg yaitu sebanyak 1444 tablet (47,3%) dan 1672 tablet (46,1%). Kejadian DRPs rata-rata sebelum dan sesudah edukasi terjadi penurunan secara signifikan dari 2,87 ± 0,76 menjadi 0,89 ± 0,96 (p = 0,001). Kualitas hidup rata-rata pasien sebelum edukasi adalah 61,08 ± 15,13, sesudah edukasi terjadi peningkatan yang signifikan menjadi 70,15 ± 14,23 (p = 0,001). Kadar glukosa darah adrandom rata-rata terjadi penurunan yang sigfnifikan sesudah dilakukan edukasi sebanyak 37 pasien (82,20%) (p = 0,001). Hasil penelitian ini juga menunjukkan terjadi peningkatan kepatuhan minum obat yang signifikan dari 23 pasien (51%) sebelum edukasi menjadi 44 pasien (98%) sesudah dilakukan edukasi (p = 0,001). Jumlah biaya/pasien/kunjungan rata-rata sesudah edukasi terjadi penurunan sebesar Rp. 43,- (1,24%) (p = 0,14). Hasil ini membuktikan bahwa edukasi farmasi yang dilakukan menurunkan secara bermakna kejadian DRPs dan KGD ad random dan meningkatkan kepatuhan pasien dan QOL

Drug related problems (DRPs) in the therapy of patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) affect the clinical outcome, control of blood glucose levels (BGL), morbidity, mortality and cost of illness (COI). Pharmaceutical educations is the right strategy in overcoming the incidennce of DRPs in T2DM patients to improve the quality of life (QOL), prevent complications, reduce the number of premature deaths and health care costs. The purpose of this study was to identify and evaluate the incidence of DRPs, determine the characteristics of T2DM patients, find out the use of antihyperglycemic drugs, determine the effect of education on the number of DRPs, clinical outcomes BGL, QOL, COI and adherence of the T2DM patients to their medicatons in Secondary Hospital in Tebing Tinggi. This research was conducted by prospective analytical cohort-study pre and post educations to outpatients with T2DM in Secondary Hospital in Tebing Tinggi period March-August 2018. Occurence of DRPs was identified using pharmaceutical care network europe (PCNE) V8. The patients’ QOL was measured using short form (SF)-36 questionnare and patients’ adherence was assessed applying morisky questionnare. The measurements were made before and after education, then the obtained data were compared using chi square, paired t-test and wilcoxon test in the program of SPSS V22.0. The study showed that the mean age of the T2DM patients was 61.96 ± 6.45 (years), females were more (66.7%) than males. The most widely provided antidiabetic to the patients before and after education was metformin 500 mg as many 1444 tablets (47.3%) and 1672 tablets (46.1%). The mean value of DRPs before educations were 2.87 ± 0.76 and after the educations decreased significantly to 0.89 ± 0.96 (p = 0.001). The mean QOL of the patients before and after educations were increased significantly from 61.08 ± 15.13 to 70.15 ± 14.23 (p = 0.001). The mean value of ad random BGLs decreased significantly after educations as many 37 patients (82.20%) (p = 0.001). This results also showed that the patients’ adherence before education were 23 patiens (51%), increased significantly to 44 patiens (98%) after educations (p = 0.001). The mean of cost/patient/admitted before and after education were not decreased significantly in the amount of Rp.43,- (1.24%) (p = 0.14). These results concluded that the pharmacy education strategy reduced significantly the incidence of DRPs and ad random BGL and increased patients’ compliance and QOL.