Perkawinan Batak Toba Setelah Masuknya Agama Katolik bagi Penganut Agama Katolik di Balige 1933 - 1985
Abstract
Peranan agama dalam perkawinan masyarakat adat Batak Toba merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Agama dinilai sebagai sarana untuk mensyahkan serta pelengkap dalam tradisi. Hal ini dilatarbelakangi oleh keberadaan agama itu sendiri yang diterima ditengah-tengah masyarakat Batak Toba sebagai suatu sistem sosial kemasyarakatan.
Dalam suatu perkawinan yang sah, agama menetapkan aturan dan ketentuan rinci mengenai hubungan sosial baik antara suami dengan istri, antara orangtua dengan saudara-saudara kandung dari masing-masing pihak pengantin, maupun dengan boru serta hula-hula dari masing-masing pihak.Dalihan natolu sebagai sistem kekerabatan dalam masyarakat juga hal yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Hubungan antara adat dan agama seperti dua sisi mata uang yang sama pentingnya. Buktinya, masyarakat hidup dalam aturan adat yang dijunjung tinggi serta perlahan mengikuti aturan agama seiring perkembangan agama itu sendiri.
Kajian ini menggunakan metode sejarah dalam proses penelitiannya. Pada proses heuristik, digunakan sumber-sumber berupa arsip milik gereja Paroki Balige, dan buku-buku sezaman sebagai data primer serta buku, artikel, skripsi, sebagai data sekunder. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan verifikasi yakni kritik intern dan ekstren untuk menemukan fakta-fakta. Selanjutnya fakta tersebut diinterpretasikan, sehingga diperoleh data yang objektif untuk diceritakan kembali dalam proses historiografi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perkawinan yang terjadi pada rentang tahun 1933-1985 pada wilayah kecamatan Balige. Namun sebelumnya dijelaskan pula latar belakang masuk dan berkembangnya Agama Katolik dengan melihat proses larangan dari pemerintah Hindia Belanda terkait double zending.
Collections
- Undergraduate Theses [353]