Show simple item record

dc.contributor.advisorSihombing, Amin
dc.contributor.authorPanggabean, Regina Claudia M.
dc.date.accessioned2019-09-04T05:41:09Z
dc.date.available2019-09-04T05:41:09Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17670
dc.description.abstractUpacara kelahiran adalah tahapan upacara yang dilakukan oleh suatu etnis agar ibu serta anak yang dilahirkan dapat selamat. Upacara ini dilakukan sesuai dengan keyakinan masyarakat. Upacara kelahiran sangat erat kaitannya dengan sistem kepercayaan. Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang menyembah banyak dewa. Dewa-dewa tersebut adalah roh tokoh-tokoh negara, tokoh-tokoh masyarakat dan juga nenek moyang. Dalam hal ini dilakukan peenyembahan dan adanya sesajen yang disiapkan. Secara garis besar kelahiran masyarakat Jepang dan mayarakat Batak Toba dibagi atas tiga tahapan, yaitu: ritus-ritus ketika hamil, ritus-ritus pada saat kelahiran, ritus-ritus setelah kelahiran. Ada beberapa persamaan dan perbedaan pada ritus-ritus kelahiran ini. Dalam hal ini, Batak Toba sudah terdapat beberapa agama, Islam dan Kristen (Katolik dan Protestan). Orang Batak sendiri secara tradisional memiliki konsepsi bahwa alam ini beserta isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon. Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kekuasaan diatas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu, yaitu Siloan Nabolon (Toba). Adapun persamaannya adalah Jepang dan Batak Toba memiliki marga dan menganut sistem kekerabatan patrilineal. Jepang dan Batak Toba setelah si bayi lahir maka akan diberikan nama dan penambalan bayi setelah si bayi dimandikan. Kelahiran sama-sama memiliki ciri khas yang tidak pernah lepas dari proses jalannya acara tersebut. Yaitu pada saat kehamilan 5 bulan diadakan obi iwai (acara memakai stagen) pada tradisi masyarakat Jepang dan Mangirdak, Mangganje atau Mambosuri (adat tujuh bulanan)pada tradisi masyarakat Batak Toba. Adapun perbandingan pada ritus-ritus kelahiran masyarakat Jepang dan masyarakat Batak Toba dalam waktu dan proses kelahirannya. Upacara setelah kelahiran yang dilaksanakan oleh masyarakat Jepang ialah: upacara shussan iwai, upacara nazuke iwai, upacara okuizome, dan upacara hattonjou. Sedangkan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba ialah: upacara mangirdak, upacara pemberian ulos tondi, upacara mengharoani, upacara martutu aek, upacara manggalang esek-esek, dan upacara mengambit atau marambit. Dalam upacara setelah kelahiran pada kedua masyarakat itu terlihat ada persamaan-persamaan yang dibagi menurut jenis-jenis upacara berdasarkan hal-hal yang diperingati atau dirayakan, unsur-unsur yang mendukung upacara, serta tujuan diadakannya upacara. Selain itu juga terdapat perbedaan-perbedaan dalam setiap jenis-jenis upacaranya, misalnya perbedaan waktu pelaksanaan, tata cara, dsb. Persamaan-persamaan itu terjadi karena adanya sistem pemikiran yang bersifat universal antara masyarakat Jepang dan Batak Toba. Pemikiran tersebut adalah bahwa dalam lingkaran kehidupan manusia terdapat tingkat-tingkat kehidupan. Peralihan dari tingkat satu ke tingkat lainnya ditandai dengan diadakan suatu upacara. Karena masa peralihan tersebut dianggap masa yang penuh bahaya atau masa krisis, maka upacaranya disebut crisis-rites (upacara waktu krisis).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectRitus-Ritus Kelahiranen_US
dc.titlePerbandingan Ritus-Ritus Kelahiran dalam Masyarakat Jepang dan Masyarakat Batak Tobaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM130708104
dc.description.pages51 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record