dc.description.abstract | Sebagai guru bahasa, penerjemah, pengarang, penyusun kamus, dan wartawan, dan lain-lain perlu mengetahui linguistik. Tanpa pengetahuan yang baik tentang linguistik mungkin akan mengalami kesulitan. Tetapi kalau memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan linguistik, maka akan mendapat kemudahan. Mengapa?. Karena linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan bahasa, ide, pikiran, hasrat, dan keinginan dapat disampaikan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan, lawan bicara tersebut dapat menangkap apa yang kita maksud. Mempelajari makna merupakan kajian semantik. Keanekaragaman bahasa di dunia ini menyebabkan manusia mengenal berbagai bahasa. Dalam mempelajari bahasa, diperlukan pemahaman tentang aturan dan kaidah-kaidah yang ada untuk menghasilkan suatu bahasa yang baik. Bahasa terdiri dari kalimat yang mengandung makna dan tersusun menurut pola dan bentuk kalimatnya. Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani sema (nomina). Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna.
Semantik memegang peranan penting dalam suatu komunikasi karena digunakan untuk menyampaikan suatu makna. Misalnya seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara kemudian dipahami oleh lawan bicaranya. Dikatakan, bahwa setiap jenis penelitian yang berhubungan dengan bahasa, apakah itu struktur kalimat, kosakata, atau pun bunyi-bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak terlepas dari makna. Kajian semantik antara lain makna kata (go no imi) dan makna kalimat (bun no imi). Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena komunikasi dengan suatu bahasa seperti bahasa Jepang akan berlangsung dengan baik jika maknanya dipahami oleh kedua belah pihak. Makna dapat dibagi menjadi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus (jisho teki imi) atau makna kata (goi teki imi), sedangkan makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat (bunpou teki imi). Dalam skripsi ini, Penulis ingin menjelaskan makna kalimat dugaan yō dan sō yang mempunyai makna hampir sama tetapi berbeda cara penggunaannya. Contoh kalimatnya diambil dari novel “Noruwei No Mori” karya Haruki Murakami. Dalam novel “Noruwei No Mori” karya Haruki Murakami, terdapat contoh bentuk yō dan sō yang dikelompokkan sebagai kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Yō dan sō memiliki makna yang sama yaitu menjelaskan suatu dugaan atau prasangka (kelihatannya, sepertinya, tampaknya) tetapi sedikit berbeda dalam susunan kalimatnya. Pada kata benda bentuk yō desu menjadi [kata benda (no/datta) + yō desu], pada kata sifat menjadi [kata sifat i/na + yō desu] dan pada kata kerja menjadi [kata kerja + yō desu]. Yō digunakan pada saat pembicara menyatakan perkiraan berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Adapun informasi yang ia terima adalah informasi secara langsung. Yō juga digunakan untuk menyatakan suatu dugaan yang berasal dari apa yang dilihat dan dirasakan, dan diterima oleh akal. Sō digunakan untuk menyatakan dugaan berdasarkan informasi yang dilihat oleh pembicara pada saat kejadian dan dugaan pembicara yang tampak dari luar, seperti suara atau sifat seseorang. Pada bentuk sō1 kata benda menjadi [kata benda + kopula da + sō desu], pada kata sifat menjadi [kata sifat i/na + sō desu] dan pada kata kerja menjadi [kata kerja + sō desu]. Pada sō2 kata benda sama seperti sō1 [kata benda + kopula da + sō desu], pada kata sifat menjadi [kata sifat i/na + sō desu], dan pada kata kerja menjadi [kata kerja masu + sō desu]. Perbedaan antara yō dan sō yang mengungkapkan suatu hal atau keadaan terletak pada tingkat kepastian atau perasaan yakin akan kebenaran hal tersebut. Apabila diurutkan maka akan menjadi; pertama bentuk yō kemudian sō. Agar tidak terjadi “kesamaran pengertian” para pelajar perlu memahami kata-kata yang mempunyai kemiripan arti dan dibedakan secara semantis. Sebab, dalam bahasa Jepang banyak sekali terdapat kata-kata seperti ini. Untuk menggunakan bentuk yō dan sō, hendaknya memahami teori dan aturan yang ada. | en_US |