dc.contributor.advisor | Rauf, Abdul | |
dc.contributor.advisor | Sabrina, T. | |
dc.contributor.advisor | Sutarta, Edy Sigit | |
dc.contributor.author | Surianto | |
dc.date.accessioned | 2018-04-09T06:02:10Z | |
dc.date.available | 2018-04-09T06:02:10Z | |
dc.date.issued | 2015 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1870 | |
dc.description.abstract | The oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) gives the highest yields of all oil crops at present. Oil palm has a better adaptability than the other plantation crops and it could spread widely from America, Africa and South East Asia such as Indonesia and Malaysia where the climate was acceptable. Currently, Indonesia is the biggest producer of palm oil with the largest planting area in the world. The adaptability of palms allows the palms to be planted at Spodosol soil which has several limiting factors such as spodic horizon with very sandy texture.
The Spodosol soil of East Barito District in the trial area was a Spodosol soil that has A-horizon, E-albic, B-Spodic and C-horizons and classified as Typic Placorthod sub-group with low physical and chemical soil fertility. The limiting factors of palms growth on Spodosol soil may have been due to low suitability for development.
The effect of the existing Spodic material (placic/Ortstein) at illuviation horizon (hardpan layer) which is very hard and unpenetrable by water and roots should be reduced throughout the properly implemented technology mainly at field planting preparation. To minimize the negative effect of the hardpan layer for palm growth is to disturb the hardpan layer at both big hole system and 2:1 field drain construction.
The decomposed organic material of placic/ortstein which was produced from big hole and 2:1 field drain construction could be used as ameliorant ingredient for enhancing the soil fertility of Spodosol of Typic Placorthod sub group soil in East Barito District. The decomposed placic/ortstein shortage could be replaced by empty bunches which is provided as long as bunches processed in palm oil mill.
The trial was consisted in 3 (three) sub trials where the land survey carried to observe the placic/ortstein layer depth in trial site and identifying the palms were planted directly without big hole method (normal planting) but provided with the 2:1 field drain. The FFB yield was recorded for 3 years to compare the productivity of two planting methods. The recording of FFB yield consist of the annual ffb production per ha (tonnes/ha/year), the total of ffb production (tonnes), the total of bunch number and the mean of bunch weight (kg) for the 1st three years of palm matured period in both big hole and normal planting methods. Physical and chemical analysis of spodic and ortstein materials are required in the qualitative trial of number 2. The aim of the analysis was to ensure that spodic and orstein materials contain organic-C as a new ameliorant substance. The 2nd trial used palm oil seedlings in main nursery phase. The low fertility of Spodosol sandy soil requires amelioration to increase the chemical and physical soil fertility. The soil permeability parameter of the 1st trial showed slightly faster to faster. In 3rd trial, this result to be used to consider the response the EFB (empty fruit bunches) application on the sandy soil of Spodosol which has the light texture remaining soil moisture. The land survey was required in the 3rd quantitative trial site wich was an oil palm planting field without big hole method and provided with the 2:1 field drain.
The 1st trial show the results of the big hole method that the method resulted more uniform soil chemical properties distribution up to 100 cm depth and also showed the deeper growth of oil palm roots up to more than 100 cm. It means that the increase in the effective soil dept associated with the response of oil palm effective roots. The big hole method (hardpan layer disturbance) which was found in various soil depths of 40-70 cm reduced the negative effect of oil palm growth limiting factors on Spodosol soil. The FFB production of oil palm field without big hole method with field drain 2:1 showed the higher volume (tonage) at the 3rd year of FFB production i.e. 2012, 2013 and 2014 for the parameters of FFB yield per ha, total FFB poduction (tonnes) and except for average bunch weight (kg).
The 2nd trial showed that spodic materials (placic and ortstein) that came from big hole and field drain of 2:1 process resulted a significant difference among the oil palm seedlings growth parameters. The using of spodic material of 100% showed the highest mean value of various parameters such as palm height (cm), petiole x section (cm2), leaf area (cm2), wet and dry root weight (kg), wet and dry palm seedling weight (kg) compared to the other treatments (S2, S3, S4 and S5). The lowest mean value of wet and dry palm seedling weight (kg), leaf area (cm2), petiole x section (cm2), palm bole diameter (cm), total leaf number and palm height (cm) showed by 100% of quartz material (0% of spodic material). The vegetative palm seedlings growth significantly influenced by organic-C on the sandy soil (Spodosol).
The 3rd trial that used EFB (empty fruit bunches) on the sandy soil 3 (three) months after application statistically showed significant difference where the E4 treatment (40 mt/ha of EFB applied) resulted the highest mean value of wet and dry root weight (kg) parameters meanwhile the soil chemical analysis parameters (organic-C, N and C/N ratio) of all treatments showed no significant difference included of leaf nutrient analysis parameters i.e. N, P, K and Mg, and except for B. | en_US |
dc.description.abstract | Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan dengan produktifitas tertinggi per ha diantara tanaman penghasil minyak lainnya saat ini. Dengan kemampuan adaptasinya yang lebih baik dibandingkan dengan komoditas tanaman perkebunan lainnya, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada berbagai jenis tanah dan tipologi lahan sehingga penyebarannya dapat ditemukan mulai dari benua Amerika, Afrika hingga Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia yang saat ini tercatat sebagai negara dengan areal penanaman kelapa sawit terluas di dunia. Dengan memanfaatkan kemampuan adaptasinya yang tinggi, perkebunan kelapa sawit sangat berpeluang dapat dikembangkan pada tanah Spodosol yang memiliki faktor-faktor pembatas pertumbuhan diantaranya keberadaan horizon Spodik dengan teksturnya yang sangat berpasir.
Tanah Spodosol Kab. Barito Timur yang berada dalam lokasi penelitian memiliki horizon A, E-albik, B-Spodik dan C dan digolongkan ke dalam sub group Typic Placorthod dengan kesuburan fisika dan kimia yang rendah sehingga kesesuaiannya untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit juga rendah. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit yang ditanam di tanah Spodosol, pengaruh dari faktor pembatas pertumbuhan berupa horizon Spodik yang keras dan tidak dapat dipenetrasi air maupun perakaran (plakik dan/atau ortstein) serta kandungan pasir yang tinggi harus diminimalisasi melalui penerapan teknologi yang sesuai terutama pada persiapan penanaman. Teknologi yang dapat diterapkan untuk meminimalisasi pengaruh dari keberadaan lapisan kedap air berupa plakik dan ortstein adalah melalui rekayasa horizon Spodik dengan memecah lapisan plakik dan ortstein baik pada proses pembuatan lubang besar (big hole) di rhizosfir tanaman maupun parit drainase 2:1.
Tingkat kesuburan fisika dan kimia tanah Spodosol sub group Typic Placorthod Kab. Barito Timur yang rendah dapat ditingkatkan melalui tindakan ameliorasi berupa pemberian amelioran bahan organik. Bahan organik yang digunakan dapat diperoleh dari material Spodik berupa lapisan plakik dan/atau ortstein yang sudah melapuk (terdegradasi) yang berasal dari proses pembuatan lubang besar maupun parit drainase 2:1. Ketersediaan material Spodik terdegradasi yang terbatas dalam mengameliorasi tanah berpasir Spodosol dapat digantikan oleh sumber bahan organik lain yang berasal dari proses produksi minyak kelapa sawit yaitu tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang tersedia dalam jangka waktu yang panjang selama proses produksi minyak kelapa sawit (CPO) di pabrik berlangsung.
Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) pengujian dimana pada Pengujian ke 1 dilakukan dengan didahului survei lapangan untuk menentukan kedalaman lapisan plakik dan/atau ortstein di areal penelitian dan identifikasi tanaman yang ditanam secara langsung tanpa teknologi lubang besar namun dilengkapi dengan parit drainase 2:1. Untuk melihat pengaruh dan membandingkan pencapaian produksi dari kedua sistim penanaman ini maka dilakukan pengambilan data produksi tandan buah segar (TBS) pada periode tiga tahun pertama menghasilkan. Data produksi kelapa sawit yang dicatat meliputi rataan produksi tandan per satuan luas (ton/ha/tahun), total bobot tandan (ton), total tandan dan rataan bobot tandan (kg) selama 3 tahun pertama dari periode menghasilkan pada areal lubang besar dan tanpa lubang besar dengan dilengkapi parit drainase 2:1. Pada Pengujian ke 2 yang bersifat kualitatif, didahului dengan analisis fisika dan kimia dari material Spodik berupa plakik dan orstein untuk memastikan bahwa material tersebut mengandung C-organik sehingga dapat digunakan sebagai bahan amelioran baru. Pengujian ke 2 dilakukan pada bibit kelapa sawit di fase pembibitan utama (main nursery). Rendahnya kandungan hara tanah dan bahan organik tanah pada tanah berpasir Spodosol membutuhkan tindakan ameliorasi untuk meningkatkan kesuburan kimia maupun fisika tanah. Pengujian permeabilitas dari tiga profil tanah terwakili pada Pengujian ke 1 menunjukkan kategori agak cepat hingga cepat, hasil pengujian ini mendasari Pengujian ke 3 untuk melihat respon pemberian TKKS pada tanah berpasir Spodosol yang bertekstur sangat ringan dalam mempertahankan kelembaban tanah. Pengujian ke 3 dilakukan pada areal tanaman kelapa sawit yang ditanam langsung tanpa memecah horizon spodik namun dilengkapi parit drainase 2:1. Untuk Pengujian ke 3 yang bersifat kuantitatif, dilakukan terlebih dahulu survei lapangan untuk memperoleh areal penanaman kelapa sawit yang metode penanamannya tanpa memecah horizon spodik pada zona rhizosfir tanaman namun sudah di drainase dengan parit drainase 2:1 yang akan diaplikasi TKKS dengan empat taraf dosis perlakuan.
Hasil Pengujian ke 1 menunjukkan bahwa teknologi lubang besar menghasilkan distribusi parameter kimia tanah yang lebih seragam pada kedalaman hingga 100 cm, teknologi lubang besar memberikan pertumbuhan perakaran kelapa sawit yang lebih dalam hingga >100 cm yang berarti menambah kedalaman perakaran efektif tanaman yang juga disebabkan adanya penambahan kedalaman efektif tanah. Teknologi lubang besar yang memecah (disturbance) lapisan kedap air (plakik dan/atau ortstein) yang ditemukan pada kedalaman bervariasi 40-70 cm dapat mengurangi efek negatip dari keberadaan faktor pembatas pertumbuhan tanaman kelapa sawit di tanah Spodosol sub group Typic Placorthod. Hasil produksi TBS pada areal tanaman tanpa lubang besar yang dilengkapi parit drainase 2:1 menunjukkan rataan produksi yang lebih tinggi pada periode tiga tahun pertama menghasilkan ditahun produksi 2012, 2013 dan 2014 untuk peubah amatan produksi tandan per ha (ton), total bobot tandan (ton) dan total tandan kecuali rataan bobot tandan (kg).
Pada Pengujian ke 2 yang menguji material spodik (pkakik dan orstein) yang dihasilkan dari proses pembuatan lubang besar dan parit drainase 2:1 sebagai sumber bahan organik tanah sekaligus bahan amelioran baru pada tanah berpasir menghasilkan perbedaan yang nyata diantara parameter pertumbuhan bibit kelapa sawit yang dijadikan peubah amatan. Perlakuan 100% material spodik menunjukkan nilai rataan tertinggi untuk peubah amatan tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), petiole x section (cm2), luas daun (cm2), bobot basah dan bobot kering akar (kg), serta bobot basah dan bobot kering tanaman (kg) dibanding perlakuan media tanam yang lain (S2, S3, S4 dan S5). Nilai rataan terendah untuk peubah amatan bobot basah dan bobot kering tanaman (kg), luas daun (cm2), petiole x section (cm2), diameter batang (cm), jumlah daun (helai), dan tinggi tanaman (cm) ditunjukkan perlakuan 100% pasir kuarsa (0% material spodik). Kandungan C-organik yang tinggi dari material spodik ternyata dapat mendorong peningkatan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit di lahan berpasir khususnya Spodosol.
Hasil Pengujian ke 3 menunjukkan perlakuan aplikasi TKKS pada tanah berpasir tiga bulan setelah aplikasi secara statistik berbeda nyata dimana perlakuan E4 (dosis 40 ton/ha) menghasilkan nilai rataan tertinggi pada peubah amatan bobot basah dan bobot kering akar (kg). Sedangkan pada peubah amatan kimia tanah (C-organik, N dan rasio C/N) semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik termasuk untuk peubah amatan kadar hara daun N, P, K dan Mg kecuali pada unsur hara Boron (B). | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | Rekayasa | en_US |
dc.subject | Horizon Spodik | en_US |
dc.subject | Kelapa Sawit | en_US |
dc.subject | Elaeis guineensis Jacq. | en_US |
dc.title | Rekayasa Horizon Spodik Tanah Spodosol Sub Group Typic Placorthod pada Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM118104011 | en_US |
dc.identifier.submitter | Indra | |
dc.description.type | Disertasi Doktor | en_US |