Perayaan Seijin Shiki di Jepang
View/ Open
Date
2016Author
Riyanda, Annisa
Advisor(s)
Pujiono, M.
Kusdiyana, Eman
Metadata
Show full item recordAbstract
Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang memiliki beragam budaya yang unik dan menarik. Salah satu budaya Jepang yang menarik yaitu perayaan Seijin Shiki atau perayaan kedewasaan di Jepang. Seijin Shiki telah ada di Jepang sejak 714 Masehi. Seijin Shiki berasal dari upacaar teradisional agama Shinto yang di sebut Genpuku. Pada masa itu anak perempuan tidak mengikuti acara Genpuku. Upacara kedewasaan untuk anak perempuan itu disebut upacara Mogi.
Sejak Zaman Moromachiupacara Genpuku ke rakyat biasa, hingga Zaman Edo perempuan juga boleh mengikuti acara Genpuku. Sekitar abat ke-19 perayaan Genpuku tidak terlalu sering dilakukan. Ini akibat dari perubahan struktur pemerintahan Jepang. Pada tahun 1876 orang jepang dikatakan dewasa pada umur 20 tahun, namun saat itu perayaan kedewasaan belum dilaksanakan secara normal. Sejak di tetapkan tahun 1948 hingga tahun 1999 hari kedewasaan yang disebut dengan Seijin Shiki selalu diadakan tanggal 15 Januari bertetapan dengan hari tahun baru kecil untuk meneruskan tradisi Genpuku yang selalu diadakan pada hari yang sama. Pada tahun 2000, Seijin Shiki dipindah ke hari Senin minggu kedua bulan Januari sesuai dengan sistem Happy Monday yang memindahkan sebagian hari libur ke hari Senin agar libur akhir pekan bertambah panjang.
Di Jepang makna dewasa mendapat perhatian yang serius. Makna kedewasaan di Jepang yaitu seseorang yang telah mandiri, telah memiliki konsep diri, dan mampu menerima resiko atas keputusannya sendiri. Kemudian seseorang dinyatakan berhak barpartisipasi dalam pemilihan umum dan telah diperbolehkan mengemudi, merokok, serta meminum alkohol.
Tata cara pelaksanaan kedewasaan dari Zaman Moromachi hingga sekarang berbeda-beda. Pada Zaman Moromachi upacara yang disebut Genpuku dilakukan dnegan cara menggunakan mahkota atau hiasan yang digunakan diatas kepala yang disebut Kanmuri. Kemudian datang ke kuil Shinto milik keluarga, kemudian untuk pakaian yang digunakan saat upacara Genpuku dianggap sebagai pakaian orang dewasa, rambut ditata dengan model belah tenggah tang sebagian diikat menutupi daun telinga. Rambut laki-laki yang menjalani Genpuku disebut Kanmuri Shita no Motori (digulung diatas kepala). Kemudian syarat lainnya harus ada ebishi-oya wali dan wali ini harus orang dewasa. Sejak Zaman Edo anak perempuan juga mengikuti upacara Genpuku. Wanita yang menjalani Genpuku menggunakan kimono sederhana dengan model sederhana dengan model rambut Marumage. Pada tahun 1948 perayaan kedewasaan disebut dengan perayaan Seijin Shiki hingga sekarang.
Perayaan Seijin Shiki dilaksanakan oleh kaum laki-laki dan perempuan. Tata cara pelaksanaan Seijin Shiki bagi laki-laki dan perempuan sama, hanya cara berpakaiannya saja yng berbeda. Para partisipan laki-laki akan memakai setelan kimono model Hakama, sedangkan perempuan menggunakan Furisode. Pada Zaman moderen ini telah berkuranf dikarenakan beberapa faktor. Orang jepang zaman moderen ini menggap Seijin Shiki itu adalah hal yang membosankan dan menghabiskan banyak biaya. Kemudian peranan orang tua dalam perayaan Seijin Shiki umumnya berperan dalam penyediaan peralatan upacara serta membantu seorang anak berdandan seorang anak selayaknya seorang yang telah dewasa. Orang tua biasanya menyediakan pakaian upacara. Setelah selesai mengikuti upacara biasanya para orang tua mengajak anaknya untuk makan bersama dan minum Sake bersama anaknya.
Collections
- Diploma Papers [164]