Show simple item record

dc.contributor.advisorZulnaidi
dc.contributor.advisorPujiono, Mhd
dc.contributor.authorRiana, Friska Ratzan
dc.date.accessioned2019-10-04T04:27:15Z
dc.date.available2019-10-04T04:27:15Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19258
dc.description.abstractDalam bahasa Jepang, Tahun Baru disebut shougatsu. Bagi orang Jepang, Tahun Baru adalah upacara penyembahan terhadap roh leluhur. Tahun Baru di Jepang berbeda dengan Tahun Baru di negara-negara pada umumnya. Tahun Baru di Jepang dirayakan dengan suasana yang hening dan sepi. Orang Jepang melakukan tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka. Perusahaan-perusahaan ataupun perkumpulan organisasi di Jepang akan mengadakan pesta tutup tahun di restoran atau hotel yang disebut bonenkai. Kebiasaan ini dilakukan untuk melepaskan hal-hal yang tidak menyenangkan selama setahun. Pesta ini biasanya diawali dengan minum bersama, makan bersama, berkaraoke bahkan sampai mabuk hingga larut malam. Untuk menyambut Tahun Baru, orang Jepang membersihkan seluruh isi rumah bersama keluarga mereka. Kegiatan bersih-bersih ini disebut oosouji. Benda berat seperti lemari dan tempat tidur pun digeser untuk dibersihkan bagian bawah dan belakangnya. Kemudian, mereka juga memasang hiasan Tahun Baru. Ada beberapa hiasan Tahun Baru ala Jepang. Shimenawa, kadomatsu, kagamimochi, dan lain-lain. Pada malam tahun baru, orang Jepang biasanya berkumpul bersama keluarga mereka sambil memakan soba sebagai hidangan akhir tahun. Mereka juga melewatkan malam tahun baru dengan menonton acara televisi spesial malam tahun baru yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi Jepang. Pada jam 12 malam pada malam Tahun Baru,, kuil-kuil Buddha yang ada di seluruh Jepang akan memukul genta sebanyak 108 kali. Pada pagi pertama awal Tahun, orang Jepang pergi ke gunung dan laut untuk melihat hatsu hinode. Menurut kepercayaan orang Jepang, Dewa Toshigami datang bersamaan dengan hatsuhinode. Pada hari pertama tahun baru, orang Jepang biasanya berkunjung dan berdoa ke kuil Buddha atau kuil Shinto. Tradisi ini disebut hatsumoude. Pada saat hatsumoude, wanita Jepang mengenakan kimono untuk pergi ke kuil. Selain itu, orang Jepang juga mengambil omikuji yang terdapat di kuil untuk melihat ramalan nasib mereka di tahun yang baru dan membeli jimat omamori dan ofuda yang baru sebagai pelindung dan jimat keberuntungan bagi mereka. Masakan Tahun Baru Jepang disebut osechi. Secara tradisional, di dalam osechi ada o-toso, iwaizakana, o-zouni, dan nishime. Tetapi, bahan-bahan dan cara membuatnya berbeda menurut daerahnya. Saat Tahun Baru, Anak-anak akan menerima otoshidama dari para orang dewasa. Otoshidama adalah sebuah amplop yang berisi uang. Di Jepang ada beberapa permainan tradisional yang dimainkan saat perayaan tahun baru,, yaitu takoage, karuta-tori, hanetsuki, koma-mawashi, dan lain-lain. Anak-anak dan orang dewasa akan bermain bersama. Di Jepang, perayaan Tahun Baru berakhir pada tanggal 7 Januari. Biasanya, orang Jepang memakan bubur nanakusa untuk mengakhiri perayaan Tahun Baru. Bubur ini terbuat dari beras dan dicampur dengan 7 jenis sayuran. Daerah-daerah di Jepang sering mengadakan makan bubur bersama pada tanggal 7 Januari.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPerayaan Tahun Baru di Jepangen_US
dc.titlePerayaan Tahun Baru di Jepangen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM132203066
dc.description.pages45 Halamanen_US
dc.description.typeKertas Karya Diplomaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record