dc.description.abstract | This study employed spiritual and social fact approach. The result of this study
showed that spiritual role model found in this novel is in the form of economic
materialism, specifically the loss and profit which was then translated into the ideological
resistance and class conflict. The form of resistance found in this novel is “melawan
sedarah” (against those of the same blood), against tradition, and against tyranny. Class
conflict found in this novel is between the Bourgeois and the Proletarian, between the
Natives/Indigenous and the Dutch, between the Natives/Indigenous and the Europeans,
between the Natives/Indigenous and the other Natives/Indigenous, and the fight of the
Proletarian against the Bourgeois. The thoughts of economic materialism found in this
novel is the loss and profit.
The social facts (which are) used are fifty elements and eight categories
The relationship between social facts and spiritual role model is that Pramoedya
Ananta Toer used the social facts to socialize and describe his spiritual role model. The
social facts used are zodiac and intelligence through Herman Mellema, Robert Mellema,
Nyai Ontosoroh, Minke, Javanese Tradition, the marriage between Minke and Annelies,
the legal behavior of Dutch Colonial Era, and criticism against the Church.
After being seen from the reality based on the story in the novel 'Bumi Manusia'
and then related and compared to the reality of New Order regime, the banning of this
novel is because the author - PAT - is the member of Lekra which affiliated to
Communist Party. The story of the novel is nothing to do with the rejection to the New
Order regime.
The meaning of Bumi Manusia as the title of this novel that what portrayed in this
novel is the same as the real life comprising various problems. Meaning, the problems
found in this novel belong to the human being who live in a real world, for example,
problems of humanity, want to be free, problems of beauty, death threat, family conflict,
tragic fate, pride, women degradation, friendship, romance, sense of humanity,
oppression, racism, fighting, obedience, principle of life, defense like the one given to
Darsam, sense of awe, sense of longing, sophisticated technology product, relativism and
missed prediction. | en_US |
dc.description.abstract | Latar belakang peneliti mengkaji karya PAT pernah mendapat larangan dari
Pemerintah, dengan alasan mengandung ideologi realisme sosial, kemudian ingin
mengidentifikasi fakta sosial dan anutan rohani yang terdapat di dalam Novel Bumi
Manusia, serta ingin mengetahui bagaimana PAT menjabarkan anutan rohaninya dengan
menggunakan fakta-fakta sosial.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), objek atau korpus
penelitian yaitu teks karya sastra berupa novel Bumi Manusia. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik
yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Inilah data primer,
sedangkan sumber data sekunder yaitu data-data yang bersumber dari buku-buku acuan
yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data sekunder
ini dicari melalui dokumen di perpustakaan dan internet.
Teori yang digunakan teori anutan rohani dan fakta sosial. Teori anutan rohani
menjelaskan bahwa gagasan, ide, kepentingan selalu bersembunyi di balik teks, dan teori
fakta sosial menjelaskan kenyataan merupakan sesuatu yang benar-benar ada atau
terjadi. Fakta sosial itu merupakan milik bersama. Fakta sosial merupakan barang sesuatu
yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi dan fakta sosial adalah bagian dari dunia
nyata (external world).
Hasil penelitian ini menunjukkan anutan rohani yang terdapat dalam Novel Bumi
Manusia ini berbentuk materialisme ekonomi yaitu untung rugi. Kemudian dijabarkan ke
dalam bentuk ideologi perlawanan dan pertentangan klas. Perlawanan yang terdapat di
dalam Novel Bumi Manusia ini “melawan sedarah”, melawan tradisi, melawan
kezaliman. Pertentangan klas yang terdapat di dalam Novel Bumi Manusia ini: antara
klas Borjuis dan klas Proletar, antara Pribumi dan Belanda, bangsa Pribumi dan bangsa
Eropa, perbedaan klas antara orang pribumi dan orang Eropa, pertentangan klas antar
Pribumi, perlawanan kaum Proletar kepada Borjuis. Kemudian pemikiran materialisme
ekonomi yang terdapat dalam novel ini adalah untung rugi. Fakta sosial yang digunakan
terdiri dari lima puluh unsur delapan kategori
Adapun hubungan fakta sosial dengan anutan rohani, Pramoedya Ananta Toer
menggunakan fakta sosial untuk menyalurkan, menjabarkan anutan rohaninya. Faktafakta
sosial yang digunakan adalah perzodiakan, kepintaran, melalui Herman Mellema
dan Robert Mellema, melalui Nyai Ontorosoh, melalui nama Minke, melalui tradisi
Jawa, melalui kasus perkawinan Minke dengan Annelies, melalui perilaku hukum zaman
kolonial Belanda, dan kritik terhadap gereja. Kemudian setelah dilihat dari realitas yang
terbayang dari cerita novel Bumi Manusia dan dihubungkan, dibandingkan dengan
realitas Ordebaru, pelarangan Novel ini hanya karena pengarangnya (PAT) sebagai
anggota Lekra yang berafiliasi kepada komunis. Isi Cerita sama sekali tidak berisi
perlawanan kepada Orde Baru.
Adapun makna Bumi Manusia sebagai judul novel ini, bahwa apa yang dilukiskan
dalam novel ini sama dengan kehidupan nyata yang juga terdiri dari berbagai persoalan hidup. Artinya masalah di dalam novel Bumi Manusia adalah masalah manusia, seperti
di dunia nyata. Misalnya masalah kemanusiaan, ingin bebas, masalah kecantikan,
ancaman pembunuhan, konflik dalam keluarga, nasib tragis, bangga, merendahkan
wanita, persahabatan, percintaan, rasa kemanusiaan, ada penindasan, ada rasisme, ada
pertengkaran, ada kepatuhan, ada prasangka, ada prinisip hidup, ada pembelaan seperti
pembelaan Darsam, ada rasa kagum, ada kerinduan ada produk teknologi mutahir, ada
relativisme, ramalan yang meleset. | en_US |