• Login
    View Item 
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Diploma Papers
    • View Item
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Diploma Papers
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Perkembangan Bunraku di Jepang

    Nihon Ni Okeru Bunraku No Hatten

    View/Open
    fulltext (1.016Mb)
    Date
    2016
    Author
    Muliadi, Yuddi Adrian
    Advisor(s)
    Muliadi, Yuddi Adrian
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Bunraku awalnya merupakan nama untuk satu rombongan jōruri, dianggap sebagai boneka paling canggih teater hidup saat ini, dimainkan oleh tiga dalang memiliki penonton di seluruh dunia, mendorong perkembangan teater barat. Bunraku baik untuk epik cerita wayang keliling dan teater. Sekitar 1600 tahun yang lalu mulai melakukan di sekitar kota-kota di Jepang. Berbeda dengan noh, bunraku ( seperti kabuki ) adalah sebuah teater komersial kota. Istilah bunraku belum lama diciptakan. Dari sedemikian banyak perkumpulan teater boneka yang ada pada periode Edo, hanya yang terkenal sebagai bunraku-za saja. Teater tersebut didirikan oleh Uemura Bunrakuken pada abad ke – 19 di Osaka.. Pertunjukan ini memiliki empat unsur. Boneka-boneka yang berukuran setengah ukuran manusia biasa, seni gerak yang dilakukan oleh pemainnya, seni suara yang dibawakan oleh para tayū ( “penyanyi” mantra ), dan pengantar musik dibawakan oleh para pemain alat musik shamisen. Untuk menambah kemenarikan dalam suatu pertunjukan, bagi setiap boneka pemeran utama diperlukan tiga orang penggerak boneka, yaitu seorang penggerak utama dan dua orang asisten. Berdasarkan peninggalan catatan tertua, seni pertunjukan boneka di Jepang berasal dari abad ke-11. Sudah tentu keberadaannya sudah lebih lama dari itu, yakni pertunjukan keliling di kota-kota untuk memperoleh nafkah tambahan. Para pemburu pria mengadakan pertunjukan boneka-boneka kecil yang mereka gerakan dengan tangan-tangan mereka. Kemudian banyak diantaranya yang menetap di Sanjō, di pulau Awaji ( Awajishima ). Tempat ini kemudian dianggap sebagai daerah asal seni pertunjukan boneka secara professional. Kementerian Pendidikan Jepang menetapkan bunraku sebagai Warisan Agung Budaya Nonbendawi. Pada tahun 2003, UNICEF menetapkan bunraku sebagai salah satu warisan aset budaya dunia sebagai. kelompok teater “Otome bunraku” pernah mengadakan pertunjukan di Japan Foundation Jakarta. Disebut Otome Bunraku karena dalang yang memainkan adalah perempuan bernama Manami Sakamoto. Arti kata otome itu sendiri adalah perempuan muda. Ide pertunjukan ini lahir untuk membentuk teater yang terdiri dari gadis-gadis muda. Usaha ini dilakukan untuk mempertahankan kelestarian kesenian bunraku di kalangan anak muda.
    URI
    http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1956
    Collections
    • Diploma Papers [164]

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    All of USU-IRCommunities & CollectionsBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit DateThis CollectionBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit Date

    My Account

    LoginRegister

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV