Show simple item record

dc.contributor.advisorMuliadi, Yuddi Adrian
dc.date.accessioned2018-04-13T08:26:06Z
dc.date.available2018-04-13T08:26:06Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1956
dc.description.abstractBunraku awalnya merupakan nama untuk satu rombongan jōruri, dianggap sebagai boneka paling canggih teater hidup saat ini, dimainkan oleh tiga dalang memiliki penonton di seluruh dunia, mendorong perkembangan teater barat. Bunraku baik untuk epik cerita wayang keliling dan teater. Sekitar 1600 tahun yang lalu mulai melakukan di sekitar kota-kota di Jepang. Berbeda dengan noh, bunraku ( seperti kabuki ) adalah sebuah teater komersial kota. Istilah bunraku belum lama diciptakan. Dari sedemikian banyak perkumpulan teater boneka yang ada pada periode Edo, hanya yang terkenal sebagai bunraku-za saja. Teater tersebut didirikan oleh Uemura Bunrakuken pada abad ke – 19 di Osaka.. Pertunjukan ini memiliki empat unsur. Boneka-boneka yang berukuran setengah ukuran manusia biasa, seni gerak yang dilakukan oleh pemainnya, seni suara yang dibawakan oleh para tayū ( “penyanyi” mantra ), dan pengantar musik dibawakan oleh para pemain alat musik shamisen. Untuk menambah kemenarikan dalam suatu pertunjukan, bagi setiap boneka pemeran utama diperlukan tiga orang penggerak boneka, yaitu seorang penggerak utama dan dua orang asisten. Berdasarkan peninggalan catatan tertua, seni pertunjukan boneka di Jepang berasal dari abad ke-11. Sudah tentu keberadaannya sudah lebih lama dari itu, yakni pertunjukan keliling di kota-kota untuk memperoleh nafkah tambahan. Para pemburu pria mengadakan pertunjukan boneka-boneka kecil yang mereka gerakan dengan tangan-tangan mereka. Kemudian banyak diantaranya yang menetap di Sanjō, di pulau Awaji ( Awajishima ). Tempat ini kemudian dianggap sebagai daerah asal seni pertunjukan boneka secara professional. Kementerian Pendidikan Jepang menetapkan bunraku sebagai Warisan Agung Budaya Nonbendawi. Pada tahun 2003, UNICEF menetapkan bunraku sebagai salah satu warisan aset budaya dunia sebagai. kelompok teater “Otome bunraku” pernah mengadakan pertunjukan di Japan Foundation Jakarta. Disebut Otome Bunraku karena dalang yang memainkan adalah perempuan bernama Manami Sakamoto. Arti kata otome itu sendiri adalah perempuan muda. Ide pertunjukan ini lahir untuk membentuk teater yang terdiri dari gadis-gadis muda. Usaha ini dilakukan untuk mempertahankan kelestarian kesenian bunraku di kalangan anak muda.en_US
dc.language.isoBahasa Indonesiaen_US
dc.subjectKesenianen_US
dc.titlePerkembangan Bunraku di Jepangen_US
dc.title.alternativeNihon Ni Okeru Bunraku No Hatten
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM132203020en_US
dc.identifier.submitterAkhmad Danil
dc.description.typeKertas Karya Diplomaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record