Perbandingan Genius Loci pada Arsitektur Tradisional dan Kontemporer Studi Kasus: Arsitektur Aceh
View/ Open
Date
2019Author
Asdiana
Advisor(s)
Loebis, M. Nawawiy
Fachrudin, Hilma Tamiami
Metadata
Show full item recordAbstract
New architecture emerged to become an alternative as the replacement of modern architecture. It is expected to be able to bring back the architectural process which puts priority in human being and environment that is made as the identity of a place called genius loci. The objective of this research is to discover and study four elements of genius loci namely space, character, spirit, and orientation identification of the spatial architecture in constructing houses for Acehnese people, either their traditional or recent contemporary houses.
Descriptive qualitative method is employed to describe space, character, spirit, identification, and orientation of the design and orientation, time and building materials, spatial organization, housing anthropology, and structure of Acehnese traditional as well as recent contemporary houses obtained from the samples collected from the research location.
The results of the research put emphasis on Islamic spirit of place and the regulations which is referred to in carrying out all activities of life cycle. The architecture of these people are reflected in: 1) the direction orientation of their traditional house is east-west parallel (toward Qibla), 2) The first foundation stone is placed accompanied with prayers, 3). The stairs are made in odd number, 4). A hall is prepared to welcome foreign guests or those who are not a mahram to female residents (mahram is an unmarriageable kin with whom marriage or sexual intercourse would be considered illegal in Islamis Laws), 5). The shape and size of the windows are made with relatively small size and heightto protect the residents from observers’ views, 6). Kama Manyang is prepared as a place where people bathe corpse, old people take rests, and women give births, 7). A mon is prepared as an area for cleansing and separated WC to prevent the mon from dirts and najis (some things considered unclean in Islam), 8). The location and position of mon is prepared behind their houses and not facing to Qibla which is the orientation for Muslims in praying, 9). Living room is prepared for men and back room is prepared for women when they hold religious or traditional ceremonies or rituals, and 10). Large yards are prepared to be used individually or communally when they dry their yields in the sun or when they hold an event or a party. In general, the rooms in a contemporary Acehnese house is made in accordance with Acehnese tradition which is in line with Islamic laws, beginning from the process of its construction to daily life of the residents such as ceremonies for their births and deaths. Munculnya gerakan arsitektur baru yang akan menjadi arsitektur alternatif sebagai pengganti arsitektur modern. Arsitektur alternatif yang muncul diharapkan untuk mampu mengembalikan proses disain yang lebih mengutamakan manusia dan lingkungan yang menjadi identitas suatu tempat yang disebut dengan genius loci. Provinsi Aceh merupakan provinsi paling barat Indonesia yang memiliki elemen genius locinya sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan mengkaji keempat elemen genius loci yaitu ruang, karakter, spirit dan identifikasi orientasi terhadap arsitektur ruangdalam membentuk rumah tinggal masyarakat Aceh, baik pada rumah tradisional maupaun rumah kontemporer Aceh saat ini.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan ruang, karakter, spirit, identifikasi dan orientasi terhadap pola dan orientasi, waktu dan material bangunan, organisasi ruang, ontropologi rumah dan struktur bangunan rumah Aceh tradisional dan rumah Aceh kontemporer yang diperoleh dari beberapa sampel yang diambil dari lokasi penelitian.
Hasil dari penelitian ini menekankan spirit of place Islam dan aturan-aturan di dalamnya yang menjadi acuan terhadap segala aktifitas siklus kehidupan dan arsitektur masyarakat tersebut seperti terlihat pada; 1). Orientasi rumah tradisional yang sejajar timur-barat (Kiblat), 3). Peletakan batu pertama yang diiringi dengan acara berdoa, 3). Jumlah anak tangga dengan bilangan ganjil, 4). Munculnya panteu sebagai tempat untuk menerima tamu asing atau yang bukan muhrim bagi penghuni rumah yang perempuan, 5). Bentuk dan ukuran jendela yang melindungi penghuni dari pandangan pengamat dengan ketinggian dan ukuran yang relatif kecil, 6). Kehadiran kama manyang sebagai tempat untuk memandikan jenazah, serta tempat beristirahatnya orang tua yang sudah uzur, serta orang yang sedang dalam masa persalinan, 7). Letak mon sebagai area bersuci dan wc yang terpisah guna menghindarkan mon dari kotoran dan najis, 8). Letak dan posisi mon yang berada di belakang rumah serta tidak menghadap ke arah Kiblat yang merupakan orientasi umat Islam ketika beribadah, 9). Keberadaan ruang tamu yang digunakan untuk kaum laki-laki dan ruang belakang untuk perempuan ketika mengadakan acara keagamaan dan upacara adat lainnya, serta 10). Pekarangan yang luas baik secara pribadi maupun kelompok yang digunakan bersama ketika menjemur hasil panen maupun untuk tempat mengadakan acara dan pesta. Secara keseluruhan ruang dalam rumah tinggal kontemporer Aceh Utara saat ini mengikuti adat Aceh yang sesuai dengan syariat Islam mulai dari proses pembangunannya, kehidupan sehari-hari dari acara kelahiran sampai acara kematian penghuninya.
Collections
- Master Theses [254]