Interaksi Simbolik dalam Proses Komunikasi Jual Beli Ternak “Marosok” di Payakumbuh Sumatera Barat
View/ Open
Date
2017Author
Umassari, Ade Rikka
Advisor(s)
Lubis, Lusiana Andriani
Zuska, Fikarwin
Metadata
Show full item recordAbstract
This research tried to answer the question about how the process of symbolic interaction in marosok livestock trading communication and construction of the meaning contained in the symbolic interaction in the process of buying and selling marosok livestock in Payakumbuh West Sumatra. In accordance with the problems studied, the research method used is descriptive method with a qualitative approach. The research data was collected by in-depth interview, observation and documentation. Informants in this study were 5 (five) people consisting of 2 (two) livestock sellers, 2 (two) buyers and 1 (one) public figure. From interviews and observations by researchers in the field, it is concluded that the process of marosok tradition is done by livestock traders, buyers / toke and brokers / intermediaries using fingers symbols covered with sarongs, hats and gloves and other specific cues where communication Non-verbal occurs when they bargain for the price of farm animals. While for other things they can communicate verbally. Where the meaning of this marosok tradition is (1) maintaining the tradition itself, (2) respecting fellow traders, (3) tourism attraction as local wisdom that must be maintained and preserved Minangkabau society. Symbol symbol of the finger in bargaining, each finger symbolizes the nominal price, for example the index finger symbolizes Rp. 100,000 - Rp 10,000,000. Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan tentang bagaimanakah proses interaksi simbolik dalam komunikasi jual beli ternak marosok serta konstruksi makna yang terkandung dalam interaksi simbolik pada proses jual beli ternak marosok di Payakumbuh Sumatera Barat. Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang penjual hewan ternak, 2 (dua) orang pembeli dan 1 (satu) orang tokoh masyarakat. Dari hasil wawancara dan observasi peneliti di lapangan didapatkan kesimpulan bahwa bahwa proses tradisi marosok ini dilakukan oleh pedagang ternak, pembeli/toke serta calo/perantara dengan menggunakan simbol-simbol jari jemari yang ditutupi kain sarung, topi dan sarung tangan serta isyarat tertentu lainnya dimana komunikasi non verbal terjadi ketika mereka melakukan tawar menawar harga hewan ternak. Sementara untuk hal lainnya mereka bisa berkomunikasi secara verbal. Dimana makna dari tradisi marosok ini adalah (1) mempertahankan tradisi itu sendiri, (2) menghargai sesama pedagang, (3) daya tarik pariwisata sebagai kearifan lokal yang harus dipertahankan dan dilestarikan masyarakat Minangkabau. Simbol simbol jari dalam tawar menawar, tiap tiap jari melambangkan nominal harga, misalnya jari telunjuk melambangkan Rp. 100.000 - Rp 10.000.000.
Collections
- Master Theses [358]