Show simple item record

dc.contributor.advisorBangun, Sabariah
dc.contributor.authorSari, Putri Indah
dc.date.accessioned2019-12-19T08:10:58Z
dc.date.available2019-12-19T08:10:58Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/21912
dc.description.abstractSkripsi ini mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai keramahtamahan (Hospitality) di dalam suku Batak Toba khususnya di Desa Tomok Parsaoran kecamatan Simanindo kabupaten Samosir yakni dengan membahas bagaimana keramahtamahan yang selama ini telah membudaya di dalam masyarakat suku Batak Toba dan bagaimana keramahtamahan yang dinilai wisatawan selama ini dalam pelaksanaan kegiatan berwisata ke lokasi penelitian dan interaksi di antara masyarakat suku Batak Toba sebagai masyarakat lokal dengan wisatawan-wisatawan yang berkunjung ke Tomok serta memberi pengaruh terhadap kemajuan pariwisata. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif di mana pengumpulan datanya adalah dengan observasi dan wawancara mendalam dengan menggunakan interview guide. Peneliti mengamati bagaimana interaksi yang terjalin di antara wisatawan yang berkunjung ke Tomok dengan masyarakat lokal di desa Tomok Parsaoran dalam dunia pariwisata dengan melakukan wawancara kepada Natua-tua ni Huta, masyarakat suku batak toba, wisatawan, pedagang souvenir, dan pelaku wisata lainnya. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan selama di lapangan menunjukkan bahwa Sihal-sihal dalam budaya Batak Toba mengatur bagaimana hubungan sistem kekerabatan Batak Toba dengan kelompoknya dan di luar kelompoknya. Masyarakat Batak Toba mengenal ungkapan yang berkaitan dengan Dalihan Natolu, “Somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu”. Ungkapan tersebut bila dihubungkan dengan sihalsihal berbunyi demikian, “Somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu, sorta marale-ale”. Sihal-sihal bukan hanya berkenaan dengan Dalihan Natolu, namun ada yang disebut sebagai Ale-ale yang berarti golongan orang-orang di luar suku Batak Toba dan ini dianggap sebagai relasi atau sahabat karib di luar Dalihan Natolu, Ale-ale dalam hal ini disebut relasi budaya di luar kelompoknya yaitu di luar suku Batak Toba. Yang mana di dalam kelompoknya, itu berarti relasi kultural sesama pemilik; sedangkan di luar kelompoknya itu berarti relasi kulturalnya terhadap orang yang bukan kelompoknya. Oleh karena itu wisatawan mendapat perlakukan selayaknya seorang relasi atau sahabat karib yang harus mendapatkan kenyamanan dan sikap ramah dari masyarakat lokal suku Batak Toba. Keramahtamahan di Tomok sebagai daerah pariwisata sudah cukup baik karena masyarakat lokal juga sudah sadar pariwisata, mereka merasakan ada hubungan yang dalam antara mereka dengan wisatawan dimana dalam proses pariwisata mereka merasa saling membutuhkan satu sama lain dan harus menjalin hubungan yang baik.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectHospitality (Keramahtamahan)en_US
dc.subjectSihal-Sihalen_US
dc.subjectPariwisataen_US
dc.subjectWisatawanen_US
dc.subjectMasyarakat Suku Batak Tobaen_US
dc.titleBudaya Keramahtamahan (Hospitality) Suku Batak Toba Terhadap Wisatawan di Desa Tomok Parsaoran Kabupaten Samosiren_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM150905044
dc.description.pages125 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record