Show simple item record

dc.contributor.advisorHeniwaty, Yusnizar
dc.contributor.advisorTarigan, Kumalo
dc.contributor.authorFernandus
dc.date.accessioned2019-12-30T02:45:35Z
dc.date.available2019-12-30T02:45:35Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/22014
dc.description.abstractTortor for the Toba Batak tribe is presented to express feelings in any situation, including in the marriage ceremony activities. In doing so, it is necessary to have binding rules in accordance with the custom system they agree on. At present the presentation of tortor has changed in various aspects in tortor. For this reason, research is conducted in response to changes. This study uses the theory of Continuity and Change According to Herskovitz who sees changes from two points of view, namely how it happened in the past and the present. Changes that occur due to internal factors are called innovation, and changes due to external factors are called acculturation. This research is analytical descriptive which systematically and objectively describes the facts, properties, characteristics and relationships among the elements that exist. Data collection is done by reading several sources of literature, manuscripts, observing videos, photographs and oral sources obtained from interviews. This study also uses an ethnochoreological approach by Soedarsono, with a multidisciplinary approach. The results of the study found that the continuity of the presentation of Tortor was carried out in various activities both as a medium for ceremonies, entertainment and performances, which until now are still being served. As part of the Batak community life, Tortor is also presented at a traditional wedding ceremony. Presentation of the Tortor is carried out on the submission of ulos hela and ulos sinamot which are danced by the participants of the ceremony in a be danced position. The presentation of tortor changes with the inclusion in the initial procession of the event as a welcome to parents and family, including special dancers (professional) in the dance. Changes have emerged since the early 1980s and are now reviewed from three periods. Without any change in the presentation of tortor which is examined from the form of motion, floor patterns, actors, place, arrangement of events, clothing, music, and changes in the function of tortor examined from the function of cultural, economic, communication, entertainment, and aesthetic sustainability. Changes can also be seen from the series of events that are influenced by internal side (Batak Toba tribe), and external.en_US
dc.description.abstractTortor bagi suku Batak Toba disajikan untuk mengungkapkan perasaan dalam situasi apapun, termasuk dalam kegiatan upacara perkawinan. Dalam pelaksanaannya diperlukan tata aturan yang mengikat sesuai dengan sistem adat yang mereka sepakati. Saat ini penyajian tortor sudah mengalami perubahan dalam berbagai aspek dalam tortor. Untuk itu dilakukan penelitian dalam menjawab terjadinya perubahan. Penelitian ini menggunakan teori Kontinuitas dan Perubahan Menurut Herskovitz yang melihat perubahan dari dua titik pandang, yaitu bagaimana yang terjadi di masa lampau dan masa sekarang. Perubahan yang terjadi karena faktor internal disebut inovasi, dan perubahan karena faktor eksternal disebut akulturasi. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang secara sistematik dan objektif menggambarkan fakta-fakta, sifat, ciri-ciri serta hubungan di antara unsur-unsur yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca beberapa sumber pustaka, naskah, mengamati video, foto, serta sumber lisan yang didapat dari hasil wawancara. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan etnokoreologi oleh Soedarsono, dengan pendekatan multidisipliner. Hasil penelitian menemukan, kontinuitas penyajian Tortor dilakukan dalam berbagai aktifitas baik sebagai media upacara, hiburan, maupun pertunjukan, yang sampai saaat ini masih di sajikaan. Sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Batak, Tortor juga disajikan dalam acara adat perkawinan. Penyajian Tortor dilakukan pada penyerahan ulos hela dan ulos sinamot yang ditarikan oleh peserta upacara dalam posisi dalihan na tolu. Penyajian tortor mengalami perubahan dengan disertakannya pada prosesi awal acara sebagai penyambutan pada orang tua dan keluarga, menyertakan penari khusus (professional) dalam menarikannya. Perubahan muncul sejak awal tahun 1980 s.d sekarang yang di kaji dari 3 periode. Perubahan tanpak pada penyajian tortor yang dikaji dari bentuk gerak, pola lantai, pelaku, tempat, susunan acara, busana, musik, dan perubahan dari fungsi tortor yang di kaji dari fungsi kesinambungan budaya, ekonomi, komunikasi, hiburan, dan estetik,. Perubahan juga dilihat dari prosesi rangkaian acara yang dipengaruhi sisi internal (suku Batak Toba), dan eksternal.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectTortoren_US
dc.subjectUpacara Adat Perkawinanen_US
dc.subjectKontiniu dan Perubahanen_US
dc.titleTortor dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Kota Medan : Kontinuitas dan Perubahanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM177037011
dc.description.pages258 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record