Hubungan Nilai Platelet Distribution Width dan Mean Platelet Volume dengan Resolusi Segmen ST Setelah Fibrinolitik pada Pasien Infark Miokard Akut Elevasi Segmen ST di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan

Abstract

Background: Platelet activation has an important role in occurrence and progression of myocardial infarction. The activated platelets are the stages of the acute coronary syndrome (ACS) and will cause changes in surface, shape and size of the platelets. Large platelets have stronger adhesion and aggregation. Increased platelet aggregation is associated with acute myocardial infarction (AMI). The value of Platelet Distribution Width (PDW) indicates platelet form heterogeneity, this examination may be a sign of platelet reactivation. Larger platelet size is more active than smaller size. Mean Platelet Volume (MPV) is the average platelet size in peripheral blood circulation. Increased PDW and MPV values increase the incidence of coronary thrombus and fibrinolytic failure in ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI) patients. Methods: This study was a cross-sectional study, with one observation (measurement) to assess the relationship of PDW and MPV to ST-segment resolution (STR) in STEMI patients with fibrinolytic therapy at Haji Adam Malik General Hospital, from January 2015 to December 2016. The sample is divided into two groups, namely ST segment resolution (STR) ≥ 50% and STR <50%. STR was assessed by looking at the elevation of ST segment elevation before and after fibrinolytics. Results: A total of 53 patients had fibrinolytic therapy with Streptokinase, 33 patients with STR ≥ 50% and 20 patients with STR <50%. The mean age of all subjects was 52 ± 8 years, 51 samples (96.2%) were male, with risk factors affecting STR was diabetes mellitus (DM) (p = 0.030). Bivariate analysis showed that DM (p = 0.030; OR 0.269; CI 95% 0.080-0.903), onset of chest pain ≤ 3 hour (p = 0.013; OR 2.80; CI 95% 0.863-9.080), MPV value < 10 fL (p = 0.007; OR 4.95; CI 95% 1.49-16.38), PDW value <11% (p = 0.031; OR 3.59; CI 95% 1.098-11.73) and Troponin T ≤ 0.03μg / mL (p = 0.008; OR 6.02; CI 95% 1.47-24.5) had a significant relationship to STR. Then all variables were performed multivariate analysis obtained MPV <10 fL (p = 0.012; OR 5.08; CI 95% 1.42-18.13) and Onset Chest Pain ≤ 3 h (p = 0.044; OR 4.08; CI 95% 1.03-16,13) have a stronger relationship with STR. Conclusion: The results of this study that there is a strong relationship between the initial value of MPV with ST segment resolution after fibrinolytic in IMA-EST patients.

Latar Belakang: Aktivasi platelet memiliki peranan penting dalam terjadinya SKA dan progresivitas timbulnya infark miokard. Platelet yang teraktivasi merupakan tahapan terjadinya SKA dan akan menimbulkan perubahan pada bentuk permukaan platelet serta ukuran dari platelet tersebut. Platelet dalam ukuran besar mempunyai daya adhesi dan agregasi yang lebih kuat. Agregasi platelet yang meningkat berhubungan dengan infark miokard akut. Nilai Platelet Distribution Width (PDW) menunjukkan heterogenositas bentuk platelet, pemeriksaan ini dapat menjadi tanda reaktivasi platelet. Ukuran platelet yang lebih besar lebih aktif dibandingkan ukuran yang lebih kecil. Mean Platelet Volume (MPV) adalah rerata ukuran platelet di sirkulasi darah tepi. Peningkatan nilai PDW dan MPV meningkatkan insidensi terjadinya trombus di koroner dan kegagalan fibrinolitik pada pasien IMA-EST. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross sectional), dengan satu kali pengamatan (pengukuran) untuk menilai hubungan PDW dan MPV terhadap resolusi segmen ST pada pasien-pasien IMA-EST dengan onset ≤ 12 jam yang dilakukan terapi fibrinolitik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan, mulai dari Januari 2015 sampai dengan Desember 2016. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu resolusi segmen ST (RSST) ≥ 50% dan RSST < 50%. RSST dinilai dengan melihat tingginya elevasi segmen ST sebelum dan sesudah dilakukan fibrinolitik. Hasil: Sebanyak 53 pasien yang telah dilakukan tindakan fibrinolitik dengan Streptokinase, 33 pasien dengan RSST ≥ 50% dan 20 pasien dengan RSST < 50%. Rerata usia seluruh subyek penelitian adalah 52±8 tahun, 51 sampel (96,2%) adalah laki-laki, dengan faktor resiko yang berpengaruh terhadap RSST adalah diabetes melitus (p=0,030). Pada analisis bivariat terlihat bahwa diabetes melitus (p=0,030; OR 0,269; IK 95% 0,080-0,903), onset nyeri dada ≤ 3 jam (p=0,013; OR 2,80; IK 95% 0,863-9,080), Nilai MPV < 10 fL (p=0,007; OR 4,95; IK 95% 1,49-16,38), Nilai PDW < 11% (p=0,031; OR 3,59; IK 95% 1,098-11,73) dan Troponin T ≤ 0,03μg/mL (p=0,008; OR 6,02; IK 95% 1,47-24,5) memiliki hubungan yang signifikan terhadap RSST. Kemudian seluruh variabel dilakukan analisi multivariat didapatkan MPV < 10 fL (p=0,012; OR 5,08; IK 95% 1,42-18,13) dan Onset Nyeri Dada ≤ 3 jam (p=0,044; OR 4,08; IK 95% 1,03-16,13) memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap resolusi segmen ST. Kesimpulan: Hasil analisis data yang diperoleh pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara nilai awal MPV dengan resolusi segmen ST setelah fibrinolitik pada pasien IMA-EST.