Pengaruh Polimorfisme THR256SER Gen α-2 Heremans Schmid Glycoprotein Terhadap Ketahanan Hidup Pasien Hemodialisis Kronik (Fokus pada Kajian Molekuler Fetuin-A dan Interleukin-6 pada Kalsifikasi Vaskular)
View/ Open
Date
2019Author
Muzasti, Riri Andri
Advisor(s)
Suhardjono
Purwanto, H.M. Bambang
Sembiring, Rosita Juwita
Metadata
Show full item recordAbstract
Background: Vascular calcification is a strong predictor for cardiovascular
disease and all-cause mortality in chronic kidney disease patients on hemodialysis.
The mechanism remains unclear, but recently, it is focused on the potential role of
Fetuin-A serum as one of the vascular calcification inhibitor. The impact of
AHSG Thr256Ser gene polymorphism on a low level of Fetuin-A serum in
dialysis patients remains controversial. Thus, the effect of AHSG Thr256Ser gene
polymorphism on the mortality of chronic dialysis patients remains unclear.
Unfortunately, there has been no data on AHSG gene polymorphisms as a risk
factor for abdominal aortic calcification in Indonesia.
Objective: We performed this study to investigate the impact of AHSG
Thr256Ser gene polymorphism on the Fetuin-A level, abdominal aortic
calcification, and survival rate of chronic hemodialysis patients in Indonesia.
Methods: This is an analytic-longitudinal observational study using survival
analysis, with nine months follow up on 106 stable regular hemodialysis patients,
more than thirty months at Rasyida Renal Hospital Medan. PCR-RFLP is used to
determine AHSG Thr256Ser gene polymorphism and Fetuin-A serum level
measured by using ELISA methods. It is statistically significant if p<0,05
Results: Aortic calcification was detected in 69,8% of patients. The mean of
survival is 8,49±1,53 months. The multivariate analysis showed that Thr256Ser
polymorphism (GG genotype) was associated independently with an increased
risk of mortality (HR=8,87, 95%CI 1,94-40,58, p=0,005). However, Fetuin-A
levels <204 pg/ml (PR=22,0; 95% CI 3.32–145.91; p=0,001) and IL-6 levels
≥53,05 mg/dL (PR=19,50, 95% CI 2,87–132,41, p=0,002) were the major risk
factors that influence the occurrence of aortic calcification.
Conclusion: This study revealed that there is a significant- dominance
independent impact of the AHSG Thr256Ser gene polymorphism on the survival
rate of chronic dialysis patients. Although it was associated with abdominal aortic
calcification in bivariate analysis, Fetuin-A and IL-6 have a dominant role in the
development of abdominal aortic calcification in multivariate analysis. These
results suggest that genotype variation of the AHSG gene could be a potential
marker to identify high mortality risk in Indonesia’s chronic dialysis patients,
especially in Medan. Latar belakang: Kalsifikasi vaskular adalah prediktor yang kuat terhadap
terjadinya penyakit kardiovaskular dan semua penyebab kematian pada pasien
penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis. Mekanismenya masih
belum jelas, namun belakangan ini perhatian difokuskan pada peran Fetuin-A
serum sebagai salah satu inhibitor kalsifikasi vaskular. Pengaruh polimorfisme
Thr256Ser gen AHSG terhadap rendahnya kadar Fetuin-A pada pasien PGK yang
menjalani hemodialisis kronik masih menjadi perdebatan. Sehingga pengaruh
polimorfisme Thr256Ser gen AHSG terhadap mortalitas pasien hemodialisis
kronik masih belum jelas. Sayangnya, belum ada data tentang pengaruh
polimorfisme gen AHSG terhadap kadar Fetuin-A, kalsifikasi aorta abdominalis
dan ketahanan hidup pasien hemodialisis kronik di Indonesia.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh polimorfisme
Thr256Sr gen AHSG terhadap kadar Fetuin-A, kalsifikasi aorta abdominalis dan
ketahanan hidup pasien hemodialisis kronik di Indonesia.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi analitik-observasi longitudinal
yang menggunakan analisis kesintasan (survival analysis), dimana follow up
dilakukan selama 9 bulan pada 106 pasien PGK yang menjalani perawatan
hemodialisis regular stabil lebih dari 30 bulan di Rumah Sakit Ginjal Rasyida
Medan. PCR-RFLP dilakukan untuk mengetahui polimorfisme Thr256Ser gen
AHSG dan kadar Fetuin-A serum ditentukan dengan metode ELISA. Dikatakan
bermakna secara statistik jika p<0.05
Hasil: Kalsifikasi pada aorta abdominalis terdeteksi pada 69,8% pasien. Rerata
ketahanan hidup pasien adalah 8,49±1,53 bulan. Analisis multivariat
menunjukkan bahwa polimorfisme Thr256Ser (genotipe GG) secara dominan dan
independen dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian (HR=8,87, IK 95%
1,94-40,58, p=0,005). Sedangkan kadar Fetuin-A <204 pg/ml (PR=22,0; IK 95%
3,32-145,91; p=0,001) dan kadar IL-6 ≥53,05 mg/dL (PR=19,50, IK 95% 2,87–
132,41, p=0,002) adalah faktor risiko utama terjadinya kalsifikasi aorta
abdominalis.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa polimorfisme Thr256Ser gen
AHSG secara independen memiliki pengaruh dominan terhadap ketahanan hidup
pasien hemodialisis kronik. Meskipun berhubungan dengan kalsifikasi aorta
abdominalis pada analisis bivariat, namun pada analisis multivariat, Fetuin-A dan
IL-6 lebih berperan dominan dalam terjadinya kalsifikasi aorta abdominalis. Hasil
ini memberi kesan bahwa variasi genotipe gen AHSG dapat menjadi petanda
potensial dalam mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi mengalami
kematian pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis kronik di Indonesia,
khususnya di Medan.
Collections
- Doctoral Dissertations [179]