Peranan Jinja dalam Kehidupan Masyarakat Jepang
View/ Open
Date
2019Author
Perangin-Angin, Cindy Monica Br
Advisor(s)
Zulnaidi
Metadata
Show full item recordAbstract
Jepang dikenal sebagai negara sejuta kuil dan sebagai salah satu negara yang majemuk, masyarakat jepang memiliki banyak kepercayaan, seperti Shinto, Buddha, Kristen, Hindu dan tak juga Islam. Namun Agama yang umum di jepang yaitu Shinto dan Budha. Banyaknya agama Shinto dan Budha, membuat jepang memiliki banyak kuil atau Jinja sebagai sarana Ibadah Masyarakatnya.
Jinja adalah bangunan tempat ibadah, pemikiran, tata cara atau ajaran yang berkaitan dengan pelayanan dan pemujaan terhadap jinja bagi masyarakat asli jepang. Jinja merupakan tempat untuk melaksanakan ritual dan festival. Ritual dan festival adalah cara komunikasi antara Kami dengan umatnya.
Mayoritas orang Jepang pergi ke Jinja pada saat melangsungkan pernikahan, perayaan kelahiran bayi, merayakan kelulusan ujian masuk universitas. Festival diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan di Jinja dan dipimpin oleh pendeta Shinto, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan Gereja dan Festival yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Pada umumnya, kuil di Jepang dibangun dari kayu oleh miyadaiku (tukang kayu spesialis kuil). Bangunan kuil dibangun dengan arsitektur tradisional Jepang. Walaupun dari luar terlihat seperti bangunan tradisional Jepang, Jinja zaman sekarang dibangun dengan teknologi konstruksi modern berdasarkan standar bangunan antigempa dan antikebakaran, termasuk penggunaan beton bertulang untuk sebagian bangunan kuil. Kuil berbentuk bangunan seperti dikenal sekarang, diperkirakan berasal dari bangunan pemujaan yang dibuat permanen setelah didiami para Kami yang pindah dari goshintai (objek pemujaan). Jinja bukan tempat untuk mendengarkan ceramah atau menyebarluaskan agama. Pada zaman sekarang, Jinja dipakai untuk upacara pernikahan tradisional Jepang. Kebanyakan tempat ibadah di Negara ini, baik Jinja maupun Otera berfungsi sebagai tempat wisata. Kebanyakan pengunjung menjadikan saat berwisata sekaligus sebagai kesempatan untuk berdoa, karena Jinja menganut konsep kebebasan yaitu bebas dari simbol agama dan doktrin agama. Beberapa bagian dalam Jinja bisa dimasuki dan difoto tanpa ada larangan atau pertanyaan apapun apalagi pertanyaan yang menjurus pada hal agama. Dari sebagian besar Kuil yang ada di Jepang tidak ada yang lebih bebas dibandingkan dengan Kuil Shinto (Jinja). Kemudian dari segi kunjungan wisatawan yang berlibur ke negara Jepang tidak hanya didominasi oleh wisatawan dari negara Korea, Taiwan, dan Cina ataupun dari negara-negara barat saja, tetapi wisatawan dari Asia Tenggara juga turut menyumbang pemasukan devisa ke negara Jepang dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari kawasan tersebut.
Collections
- Diploma Papers [164]