dc.description.abstract | Dalam perkembangan otonomi daerah belakangan ini tidak dapat dipungkiri lagi pesatnya aktivitas pembangunan didaerah dilatarbelakangi oleh semakin majunya tingkat perekonomian didaerah tersebut. Salah satu indikasi dari kemajuan tersebut antara lain dari semakin besarnya perputaran transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu wilayah/daerah. Cara yang paling mendasar dan akurat dapat dilihat melalui aktivitas perbankan daerah.
Kliring sebagai salah satu system pembayaran non tunai memegang peranan penting dalam mengetahui denyut nadi perbankan. Sehinga bila ada tolakan kliring yang terjadi, akan dapat menjadi peringatan dini (Early Warning System) mengenai sehat tidaknya nasabah bank. Di PT bank XYZ setiap hari melayani transaksi kliring, ternyata tolakan kliring yang terjadi cukup besar yaitu sebesar 1,53%, yang bila dibandingkan secara analog dengan data kliring wilayah Medan sebesar 1,23%.
Besarnya tolakan kliring ini menimbulkan ketertarikan dari penulis untuk mengetahui faktor – faktor penyebab terjadinya tolakan kliring.
Berdasarkan analisis diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :1) Tolakan kliring dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor internal (berhubungan dengan sumber daya manusia itu sendiri) dan faktor eksternal (kondisi perekonomian, syarat dan ketentuan).
2) Faktor – faktor yang menyebabkan penolakan kliring lebih didominasi oleh : Saldo rekening giro atau rekening giro khusus tidak cukup (76,30%), Syarat formal cek tidak dipenuhi yaitu tidak terdapat tanda tangan penarik (termasuk jika cek tidak dilengkapi dengan nama jelas dan/atau cap/stempel) (11,23%), Tanda tangan tidak sesuai dengan spesimen (4,52%), Syarat formal cek/bilyet giro tidak dipenuhi yaitu tidak terdapat penyebutan tempat dan tanggal penarikan (2,74%), Cek/bilyet giro ditarik kembali/dibatalkan oleh penarik setelah berakhirnya tenggang waktu pengunjukkan/penawaran berdasarkan surat penarikan kembali (1,44%). 3) Penolakan yang terjadi di PT Bank XYZ tergolong tinggi. Ini dibanding secara analog dengan kondisi perbankan diwilayah Medan lebih tinggi dimana untuk wilayah Medan secara rata – rata perbankan 1,23% sedangkan untuk Bank XYZ cabang Sisingamangaraja sebesar 1,53%.
Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan, 1) Melakukan training product knowledge, communication skill dan selling skill secara kontinu. 2) Pembentukan Auditor Menetap,
3) Pencapaian target juga sebaiknya diselaraskan dengan pengelolaan rekening yang baik, hal ini dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan yang intens dalam kegiatan pembinaan dan monitoring transaksi usaha melalui rekening giro. 4) Pembatasan sistem pemasaran berdasarkan lokasi unit kerja (zoning). | en_US |