Faktor Risiko Kandidiasis Oral pada Anak Sindrom Nefrotik di RSUP.H. Adam Malik Medan

Abstract

Background: Nephrotic syndrome is a common kidney disease in children. The disease is very susceptible to various infections; bacteria, viruses, and fungi. This infection can lead to relapse or steroid resistanc. Objective: To determine the prevalence and risk factors of oral candidiasis in children with nephrotic syndrome in RSUP. H. Adam Malik Medan. Method: The study was conducted by cross-sectional method at RSUP H. Adam Malik, North Sumatera from January to March 2017. The sample was 63 children with nephrotic syndrome who had received corticosteroid therapy for at least 4 weeks. Each child performed anthropometric measurements, oral examinations for lesions and risk factor assessment consisting of longterm antibiotic use, toothbrushing frequency, nutritional status, and relapsed nephrotic syndrome. Each patient was cultured oral swab cultured on Sabouraud Dextrose Agar for 24-72 hours and identification of the type of fungus on a Vi-Tech machine. The diagnosis of oral candidiasis is established when oral cavity lesions and a positive swab oral culture occur. The analysis was chi-square test, the related factors were analyzed further by multivariate analysis. The p value <0.05 was considered significant. Result :. The prevalence of oral candidiasis in children with nephrotic syndrome is found in 14 children from 63 children. The distribution of strains showed C. albicans was the most frequently identified of 12 of 14 children with oral candidiasis, followed by C. glabrata in 2 of 14 children. Children antibiotic users > 5 days in a month who suffered from oral candidiasis of 7 children (p = 0.371). Children who brush their teeth <2 times / day are more at risk of oral candidiasis compared with children who brush their teeth ≥ 2 times / day (p = 0.009). Children with malnutrition are not a risk factor for oral candidiasis (p = 0.699). Patients with relapsed nephrotic syndrome are more at risk of oral candidiasis compared with patients with remission nephrotic syndrome (p = 0.024). From the multivariate analysis, the two variables, ie, tooth brush frequency and relaps nephrotic syndrome were associated with oral candidiasis with p, PR (IK95%) were 0.02, 5.008 (1,286-19,507) and 0.05, 8.67 (1.002-75.03). Conclusion: Toothbrush frequency <2 times / day and relaps nephrotic syndrome is a risk factor for oral candidiasis in children with nephrotic syndrome.

Abstrak: Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal yang sering terjadi pada anak. Penyakit ini sangat rentan terhadap berbagai infeksi; bakteri, virus, maupun jamur. Infeksi ini dapat memicu terjadinya relaps atau resistensi steroid. Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko kandidiasis oral pada anak sindrom nefrotik di RSUP. H. Adam Malik Medan. Metode : Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang di RSUP H. Adam Malik, Sumatera Utara pada bulan Januari hingga Maret 2017. Sampel adalah 63 anak penderita sindrom nefrotik yang telah mendapat terapi kortikosteroid minimal 4 minggu. Setiap anak dilakukan pengukuran antropometri, pemeriksaan rongga mulut untuk mencari lesi dan penilaian faktor risiko yang terdiri dari pemakaian antibiotik jangka panjang, frekuensi sikat gigi, status gizi, dan sindrom nefrotik relaps. Setiap pasien dilakukan kultur oral swab yang dibiakan pada Sabouraud Dextrose Agar selama 24-72 jam dan identifikasi jenis jamur pada mesin Vi-Tech. Diagnosis kandidiasis oral ditegakkan jika dijumpai lesi rongga mulut dan hassil kultur oral swab positif. Analisa dilakukan uji chi-square, faktor-faktor yang berhubungan dianalisa lebih lanjut dengan analisa multivariat. Nilai p <0,05 dianggap signifikan. Hasil: Prevalensi kandidiasis oral pada anak sindrom nefrotik dijumpai 14 anak dari 63 anak. Distribusi strain menunjukkan C. albicans adalah yang paling sering teridentifikasi sebesar 12 dari 14 anak dengan kandidiasis oral, diikuti oleh C. glabrata sebesar 2 dari 14 anak. Anak pengguna antibiotik > 5 hari dalam sebulan yang menderita kandidiasis oral sebanyak 7 anak (p= 0,371). Anak yang menyikat gigi < 2 kali/ hari lebih berisiko mengalami kandidiasis oral dibandingkan dengan anak yang menyikat gigi ≥ 2 kali/hari (p= 0,009). Anak dengan gizi buruk bukan merupakan faktor risiko terjadinya kandidiasis oral (p= 0,699). Penderita sindrom nefrotik relaps lebih berisiko mengalami kandidiasis oral dibandingkan dengan penderita sindrom nefrotik remisi (p= 0,024). Dari analisis multivariat didapatkan kedua variabel, yaitu frekuensi sikat gigi dan sindrom nefrotik relaps berhubungan dengan kejadian kandidiasis oral dengan nilai p, PR (IK95%) berturut-turut adalah 0.02, 5.008(1,286-19,507) dan 0.05, 8.67 (1,002-75,03). Kesimpulan: Frekuensi sikat gigi < 2 kali/hari dan sindrm nefrotik relaps merupakan faktor risiko kandidiasis oral pada anak sindrom nefrotik.