Pengaruh Latihan Persiapan Khusus dan Sport Massage Terhadap Kemampuan Komponen Fisik Dasar, Glutathione Peroxidase, Asam Laktat, Gas Darah, Intensitas Nyeri dan Waktu Tempuh Pelari 200 Meter

Abstract

Background: Movement of explosive power at 200 meter runner potential to generate free radicals. Energy source in the 200-meter runner on the pattern of motion derived from predominantly anaerobic metabolism that could potentially generate a high lactic acid. Increased lactic acid causes the pH to decrease tend acidosis resulting in the formation of ATP disrupted and cause pain in muscles. This may affect the basic components of physical fitness athlete reflected in the travel time Objectives: The aim of this study was to determine the effect of exercise and sports massage special preparation of the elimination of lactic acid and changes on basic components of physical fitness, glutathione peroxidase, blood gas, pain intensity, and the travel time 200-meter runner. Methods: This research is true experiment design with Randomized Experimental Pre and Post test group design. The subjects were 40 students of the Faculty of Sport Sciences UNIMED who were untrained as 200 meters running athletes. The subjects were randomly divided into 4 groups, namely (i) the Specific Preparation Training and Sports Massage (SPT+SM), (ii) the Specific Preparation Training (SPT), (iii) the Conventional Training and Sports Massage (CT+SM), and (iv) the Conventional Training (CT). All groups received exercise treatment 3 times per week for 8 weeks. Specific Sport Massage for 200 m runner is partial massage on the lower leg with effleurage technique for 12 minutes (6 minutes of right lower leg and 6 minutes of left lower limb). Results: There is a significantly difference in improvement average basic components of physical fitness (leg muscle strength, abdominal muscles endurance, leg muscle endurance, leg muscle explosive power, flexibility, speed, reaction speed) 200 m runner for all group. There is no significantly difference in average increase levels of glutathione peroxidase 200 m runner between SPT+SM and SPT (248,57±16,59 vs 232,82±23,38; p=0,155), but there were significantly differences between the groups SPT+SM with CT+SM (248,57±16,59 vs 224,67±14,72; p=0,007) and CT (248,57±16,59 vs 218,21±9,73; p=0,000).There is a significantly difference in the average decrease lactic acid levels 200 m runner between SPT+SM and SPT (6,34±0,31 vs 7,82±0,21; mmol/L, p=0,000), CT+SM (6,34±0,31 vs 7,67±0,21 mmol/L, p=0,000) and CT (6,34±0,31 vs 8,37±0,22 mmol/L, p=0,000). There is a significantly difference in the average increase pH 200 m runner between SPT+SM and SPT (7,238±0,053 vs 7,162±0,042; p=0,002), CT+SM (7,238±0,053 vs 7,156±0,037; p=0,001) and CT (7,238±0,053 vs 7,148±0,039; p=0,000). There is no significantly difference in the average increase in PaO2 200 m runner (p=0,856) for all group and there is no significantly difference average decrease in PaCO2 200 m runner (p=0,783) for all group. There is no significantly difference in the average increase SaO2 200 m runner between SPT+SM and SPT (97,80±0,42 vs 97,10±0,99 %; p=0,224), however, there were significantly differences between SPT+SM with CT+SM (97,80±0,42 vs 96,70±0,48 %; p=0,000) and CT (97,80±0,42 vs 96,90±0,56 %; p=0,005). There is a significantly difference in the average decrease pain intensity 200 m runner between SPT+SM and SPT (0,4±0,52 vs 2,5±0,53; p=0,000), CT+SM (0,4±0,52 vs 1,9±0,32; p=0,000), and CT (0,4±0,52 vs 2,9±0,32; p=0,000). There is no significantly difference in the average decrease travel time 200 m runner between SPT+SM with SPT (28,49±1,20 vs 29,68±1,33 second; p=0,329), however, there were significantly differences between SPT+SM with CT+SM (28,49±1,20 vs 30,25±1,21 second; p=0,036) and CT (28,49±1,20 vs 30,41±1,59 second; p=0,017). Conclusions: The Specific Preparation Training and Sport Massage generally caused better improvement in the basic components of physical fitness, increased GPx, decreased the level of lactic acid, improvement pH and SaO2, decreased the intensity of pain, and speed up the travel time of 200 m runner more than other treatments.

Latar Belakang: Gerakan explosive power pada pelari 200 meter berpotensi menghasilkan radikal bebas. Sumber energi pada pelari 200 meter berdasarkan pola geraknya berasal dari metabolisme predominan anaerobik yang berpotensi menghasilkan asam laktat yang tinggi. Peningkatan asam laktat menyebabkan pH menurun cenderung asidosis sehingga pembentukan ATP terganggu dan menimbulkan rasa nyeri di otot. Keadaan ini dapat mempengaruhi kemampuan komponen fisik dasar atlet yang tercermin dari waktu tempuh. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh latihan persiapan khusus dan sport massage terhadap eliminasi asam laktat dan perubahan kemampuan komponen fisik dasar, glutathione peroxidase, gas darah, intensitas nyeri, dan waktu tempuh pelari 200 meter. Metode: Penelitian true experiment design dengan rancangan experimental randomized pre and post test group design. Subjek penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNIMED yang belum terlatih sebagai atlet lari 200 meter dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dipilih secara random, sebanyak 40 orang dibagi 4 kelompok. Kelompok (i), yaitu kelompok latihan persiapan khusus dan sport massage (LPK+SM), (ii) kelompok latihan persiapan khusus (LPK), (iii) kelompok latihan konvensional dan sport massage (LKV+SM) serta (iv) kelompok latihan konvensional (LKV), perlakuan selama 8 minggu, frekuensi latihan 3x seminggu. Sport Massage spesifik untuk pelari 200 m yaitu massase parsial pada tungkai bawah dengan tehnik effleurage (gosokan) selama 12 menit (6 menit tungkai bawah kanan dan 6 menit tungkai bawah kiri). Hasil penelitian: menunjukkan ada perbedaan peningkatan yang bermakna (p<0,05) rata-rata kemampuan komponen fisik dasar (kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan perut, daya ledak otot tungkai, kelentukan, kecepatan dan kecepatan reaksi) pelari 200 m pada LPK+SM, LPK, LKV+SM dan LKV. Tidak ada perbedaan peningkatan rata-rata kadar glutathione peroxidase pelari 200 m yang bermakna setelah latihan antara LPK+SM dengan LPK (248,57±16,59 vs 232,82±23,38; p=0,155), akan tetapi ada perbedaan yang bermakna antara LPK+SM dengan LKV+SM (248,57±16,59 vs 224,67±14,72; p=0,007) dan LKV (248,57±16,59 vs 218,21±9,73; p=0,000). Ada perbedaan yang bermakna penurunan rata-rata kadar asam laktat pelari 200 m setelah latihan antara LPK+SM dengan LPK (6,34±0,31 vs 7,82±0,21; mmol/L, p=0,000), LKV+SM (6,34±0,31 vs 7,67±0,21 mmol/L, p=0,000) dan LKV (6,34±0,31 vs 8,37±0,22 mmol/L, p=0,000). Ada perbedaan peningkatan rata-rata pH pelari 200 m yang bermakna setelah latihan antara LPK+SM dengan LPK (7,238±0,053 vs 7,162±0,042; p=0,002), LKV+SM (7,238±0,053 vs 7,156±0,037; p=0,001) dan LKV (7,238±0,053 vs 7,148±0,039; p=0,000). Tidak ada perbedaan peningkatan rata-rata PaO2 pelari 200 m yang bermakna (p=0,856) pada LPK+SM, LPK, LKV+SM dan LKV. Tidak ada perbedaan penurunan rata-rata PaCO2 pelari 200 m yang bermakna (p=0,783) pada LPK+SM, LPK, LKV+SM dan LKV. Tidak ada perbedaan peningkatan rata-rata SaO2 pelari 200 m yang bermakna setelah latihan antara LPK+SM dengan LPK (97,80±0,42 vs 97,10±0,99 %; p=0,224). Akan tetapi ada perbedaan yang bermakna antara LPK+SM dengan LKV+SM (97,80±0,42 vs 96,70±0,48 %; p=0,000) dan LKV (97,80±0,42 vs 96,90±0,56 %; p=0,005). Ada perbedaan penurunan rata-rata intensitas nyeri pelari 200 m yang bermakna setelah latihan antara LPK+SM dengan LPK (0,4±0,52 vs 2,5±0,53; p=0,000), LKV+SM (0,4±0,52 vs 1,9±0,32; p=0,000), dan kelompok LKV (0,4±0,52 vs 2,9±0,32; p=0,000). Tidak ada perbedaan penurunan rata-rata waktu tempuh pelari 200 m yang bermakna setelah latihan antara LPK+SM dengan LPK (28,49±1,20 vs 29,68±1,33 detik; p=0,329), akan tetapi ada perbedaan yang bermakna antara LPK+SM dengan LKV+SM (28,49±1,20 vs 30,25±1,21 detik; p=0,036) dan LKV (28,49±1,20 vs 30,41±1,59 detik; p=0,017). Kesimpulan: LPK+SM lebih baik dalam meningkatkan kemampuan komponen fisik dasar, meningkatkan kadar glutathione peroxidase, menurunkan kadar asam laktat, meningkatkan pH dan SaO2, mengurangi intensitas nyeri serta mempercepat waktu tempuh pelari 200 m dibandingkan kelompok latihan lainnya.