Show simple item record

dc.contributor.advisorSitumorang, Hamzon
dc.contributor.authorSari, Riama Donna
dc.date.accessioned2020-01-27T04:50:15Z
dc.date.available2020-01-27T04:50:15Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23128
dc.description.abstractPada kehamilan bulan ke 5 dirayakan perayaan yang dikenal dengan Obi Iwai, pada masa itu sang ibu yang mengandung mulai menggunakan iwata Obi (Iwata sash). Ini merupakan ritus pertama yang dilaksanakan dalam lingkaran hidup orang Jepang. Ritus ini merupakan kebiasaan yang dilakukan orang Jepang untuk menyambut kedatangan bayi sebelum ia lahir ke dunia. Janin yang berusia 5 bulan sudah berbentuk manusia dengan anggota tubuh yang lengkap. Dengan demikian janin tersebut sudah mulai dapat diterima sebagai anggota yang akan hadir dalam kelompok suatu masyarakat. Untuk itu, dilakukan penyambutan karena ada rasa suka cita terhadap anggota baru yang akan lahir. Dalam beberapa kasus, perayaan obi iwai merupakan tradisi yang dilaksanakan berbeda- beda menurut daerahnya, Misalnya, ada beberapa daerah yang melakukan kebiasaan ini pada kehamilan bulan ke-6 dan ke-9. Namun, umumnya dilakukan pada “hari Anjing” (inu no hi) bulan ke 5 kehamilan. Inu (anjing) adalah salah satu dari dua belas tanda zodiak , dan merupakan zodiak kesebelas. Dan, sekali dalam 12 hari, "hari Anjing " akan ada. Jadi berdasarkan hal itu , dalam satu bulan paling banyak ada tiga kali “hari Anjing”. Maka pada saat itu para pasangan suami istri datang ke kuil untuk melakukan doa. Masyarakat Jepang percaya bahwa pada masa kehamilan memasuki periode stabil sekitar bulan kelima kehamilan. Pada saat kehamilan 5 bulan diadakan obi iwai (acara memakai stagen), Selain tradisi Iwata obi ini juga berfungsi untuk menghangatkan perut, mencegah garis diperut (strechmarch). Iwata obi yang digunakan adalah kain jenis korset yang berwarna putih. Iwata obi ini biasanya ada di department store atau di kuil. Untuk menggulung iwata obi dilakukan oleh suami atau ibu dari calon ibu hamil. Namun terlebih dulu bertanya kepada dokter untuk cara memakai atau menggulung iwata obi. Orang tua dari kedua belah pihak juga bergabung untuk merayakan perayaan ini. Dalam perayaan obi iwai ada perwakilan yaitu pasangan yang sudah menikah atau disebut “peran obi” atau obi yaku untuk mengundang kedua orang tua dari kedua belah pihak dan para sahabat untuk hadir. Doa kecemasan adalah berdoa kepada Tuhan agar tidak hanya kecemasan tetapi ibu dan anak dapat tetap sehat setelah melahirkan. Pada zaman Edo kami dihormati sebagai dewa kelahiran Tokugawa, “Saijo untuk kelahiran Nishijo, perusahaan Sanoh dengan lima puluh keping perak.” Setelah iwata obi ada Kodakara no Ishi yang adalah batu untuk calon ibu atau ibu yang sedang hamil yang digunakan untuk berdoa setiap hari di rumah. Setelah itu ada Omamori yang berasal dari kata mamori, yang artinya “melindungi” atau “memberikan perlindungan”. Omamori ini banyak jenisnya, ada untuk ibu hamil, yang fungsinya untuk keselamatan calon ibu, dan jabang bayi. Pada perayaan obi iwai, Sekihan menjadi menu yang disediakan, tergantung pada rumah tangga. Sekihan baru-baru ini menjadi populer sebagai alternatif yang lebih sehat daripada nasi putih biasa. Ada banyak mitos dan tradisi tentang kehamilan. Di daerah berbeda, mereka mempunyai tradisi yang berbeda pula. Orang Jepang percaya bahwa ibu hamil tidak boleh makan-makanan asin atau pedas. Dalam perayaan obi iwai tidak harus menggunakan pakaian gaun atau jas namun memakai pakaian formal namun nyaman untuk dipakai.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectTradisi Obi Iwaien_US
dc.subjectMasyarakat Jepangen_US
dc.titleTradisi Obi Iwai pada Masyarakat Jepangen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM160722010
dc.description.pages59 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record