Penggunaan Vascular Endothelial Growth Factor dan Asam Folat Sebagai Prediktor Apendisitis Komplikata pada Hewan Coba Oryctolagus Cuniculus

Abstract

Appendicitis is the most common abdominal disease that requires surgery in children. The mortality rate in appendicitis is greatly affected by rupture or leakage of the appendix. In establishing the diagnosis of appendicitis, several modalities are needed, namely with a pediatric appendicitis score (PAS) and ultrasound. In addition to operative measures, non-operative therapeutic research is also developing, especially for cases of appendicitis without complications. Pathologically, the occurrence of complications in appendicitis is influenced by mucosal resistance where folic acid plays a role in this process and good vascularization for tissue healing through the process of angiogenesis by VEGF (vascular endothelial growth factor). This research method is observational with laboratory experimental design. The sample used was male rabbits weighing 2,500-3,000 grams that met the inclusion and exclusion criteria, which were 32 samples. The samples were examined for VEGF and folic acid levels, then the appendix lumen was obstructed with Silk No.-O thread. 13 hours later blood samples are taken back to check VEGF and folic acid levels and an appendectomy is performed for histopathological examination. There is a decrease of basal VEGF levels regarding histopathological results. In complicated appendicitis, the basal VEGF level was lower than acute appendicitis, and normal; 8.61 (±4.87), 7.66 (±3.47), and 5.75 (±4.88) pg/mL respectively. Similar trend was found in basal folic acid levels. In complicated appendicitis, it has a lower level than both acute appendicitis and normal; 2.00 (±2.08), 1.14 (±1.00), and 0.44 (±0.22) ng/mL in order. However, there is no statistical significance in both trends (p=0.775 and p=0.058). There was a trend showing low value of VEGF and FA were a predictor of appendicitis and complicated appendicitis. Unfortunately, no statistical significance was shown in this study.

Apendisitis merupakan penyakit abdomen tersering yang membutuhkan pembedahan pada anak. Angka mortalitas pada apendisitis, sangat dipengaruhi oleh pecah atau bocornya apendiks. Dalam menegakkan diagnosis dari apendisitis, diperlukan beberapa modalitas, yaitu dengan pediatric appendicitis score (PAS) dan USG. Selain tindakan operatif, berkembang juga penelitian terapi non-operatif, terutama untuk kasus apendisitis tanpa komplikasi. Secara patologi, terjadinya komplikasi pada apendisitis dipengaruhi oleh daya tahan mukosa dimana asam folat berperan dalam proses ini dan vaskularisasi yang baik untuk penyembuhan jaringan melalui proses angiogenesis oleh VEGF (vascular endothelial growth factor). Metode penelitian ini bersifat analitik dengan laboratory experimental design. Sampel yang digunakan adalah kelinci jantan dengan berat 2.500-3000 gram yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu sebanyak 32 sampel. Kemudian sampel diperiksa kadar VEGF dan asam folat, lalu dilakukan obstruksi lumen apendiks dengan benang Silk No.-O. Pada 13 jam kemudian diambil kembali sampel darah untuk diperiksa kadar VEGF dan asam folat serta dilakukan apendiktomi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi. Hasil analisis menunjukkan terdapat penurunan kadar VEGF basal berdasarkan hasil histopatologi. Pada apendisitis komplikata, kadar VEGF basal lebih rendah daripada apendisitis akut dan normal; 8,61 (±4,87), 7,66 (±3,47), dan 5,75 (±4,88) pg/mL. Tren yang serupa juga ditemukan pada kadar asam folat basal. Pada apendisitis komplikata, asam folat lebih rendah daripada apendisitis akut dan normal; 2,00 (±2,08), 1,14 (±1,00), dan 0,44 (±0,22) ng/mL. Akan tetapi, tidak terdapat hasil yang bermakna secara statistik dari kedua tren ini (p=0,775 dan p=0,058) Walaupun terlihat tren bahwa penurunan kadar VEGF dan asam folat berpengaruh terhadap komplikasi dari apendisitis, tidak terdapat hasil yang bermakna secara statistik pada studi ini.