dc.description.abstract | Skripsi ini berjudul: “ InkulturasiBudaya Karo Dalam Ordinarium Pada Perayaan Misa Gereja Katolik Yohannes Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo”. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan upaya-upaya gereja Katolik dalam proses inkulturasi budaya Karo dan menganalisis struktur musik ensambel gendang lima sendalanen dalam mengiringi teks nyanyian ordinarium (Tuhan Kelengi-IV No.102, Kemulian-III No.99, Badia-IV No.103, Anak Biri-biri-III No.101) yang bergaya Karo. Dari kedua tujuan penulisan tersebut, kesenian budaya Karo seperti ensambel gendang lima sendalanen diadopsi sebagai pengiring ibadah/ misa dan berperan dalam mengiringi nyanyian ordinarium yang dimaksud dalam ibadah, sehingga terjadilah proses inkulturasi budaya Karo di dalam gereja, karena ensambel gendang lima sendalanen dan teks nyanyian ordinarium yang memasukkan elemen musikal Karo sudah masuk ke dalam pelaksanaan ibadah/ misa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang hasil data diperoleh dari rekonstruksi wawancara, rekaman, mengamati peristiwa maupun perilaku yang terjadi di lapangan serta analisis deskriptif yang diperoleh dari studi kepustakaan dan pengalaman penulis di lapangan. Teori yang digunakan untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan gereja untuk inkulturasi budaya Karoadalah teori Inkulturasi Musik Liturgi yang dikemukakan oleh K. Edmund Prier (2014:8-9) dan teori untuk menganalisis struktur melodi teks ordinarium bergaya Karo adalah teori analisis musik yang dikemukakan oleh W.P Malm (1977:9) dengan pendekatan metode weighted scale (bobot tangga nada).
Hasil penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya-upaya gereja untuk mewujudkan inkulturasi budaya Karo dalam ordinarium lewat lembaga Pusat Musik Liturgi (PML), Keuskupan Agung Medan (KAM) dan gereja Katolik di Tanah Karo, serta analisis struktur musikal dari keempat teks nyanyian ordinarium yang berbahasa Karo dalam ibadah. | en_US |