Show simple item record

dc.contributor.advisorAfrianty, Rani
dc.contributor.authorSetiawan, Arif
dc.date.accessioned2020-02-07T02:43:35Z
dc.date.available2020-02-07T02:43:35Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23665
dc.description.abstractBahasa adalah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Kemudian dalam setiap bahasa memiliki variasi tersendiri dalam penggunaannya. Variasi yang terdapat dalam bahasa ini biasanya disebut ragam bahasa. Berdasarkan status sosial, ragam bahasa terbagi menjadi: ragam bahasa biasa dan ragam bahasa hormat. Ragam bahasa hormat adalah ragam bahasa yang digunakan untuk menghormati lawan bicara, biasanya kepada atasan atau orang yang lebih tua. Di dalam bahasa Jepang, ragam bahasa hormat dikenal dengan istilah keigo. Keigo terbagi menjadi tiga, yaitu sonkeigo, kenjougo, dan teineigo. Sonkeigo merupakancara bertutur kata yang secara langsung menunjukkan penghormatan dengan cara meninggikan lawan bicara dan orang yang dibicarakan. Lalu kenjougo adalah cara bertutur kata yang secara tidak langsung meninggikan lawan bicara dan orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan diri sendiri. Sementara teineigo adalah cara bertutur kata dengan menunjukkan rasa hormat kepada petutur dengan cara berbicara dengan sopan. Keigo memiliki tingkat kesulitan yang tinggi bagi orang asing yang mempelajari bahasa Jepang. Ini dikarenakan tata bahasa yang berbeda. Tetapi, dikarenakan keigo mempunyai keunikan dan khasnya sendiri, sudah semestinya dikuasai oleh pembelajar asing yang mempelajari dan ingin menguasai bahasa Jepang. Hal ini disebabkan penggunaan keigo dalam bahasa Jepang tidak bisa lepas dari kebudayaan bermasyarakat di Jepang. Situasi ini dapat terlihat dalam drama “Nihonjin no Shiranai Nihongo” yang menjadi sumber data penulis. Drama “Nihonjin no Shiranai Nihongo” bercerita tentang seorang wanita bernama Kanou Haruko yang bercita-cita ingin menjadi guru SMA karena terinspirasi dari Akimoto Kuniko, gurunya saat SMA. Dia mendapat tawaran dari guru SMA-nya itu untuk menjadi guru pengganti di Koubun Gakuin selama tiga bulan. Sebagai gantinya Haruko akan mendapat rekomendasi untuk menjadi guru SMA. Awalnya, Haruko menganggap remeh pekerjaannya karena dia hanya harus menjadi guru bahasa Jepang bagi warga asing. Namun, ternyata pekerjaannya lebih sulit dari yang dia duga karena murid-muridnya sering memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jarang diketahui oleh orang Jepang pada umumnya. Untuk membuktikan dirinya layak menjadi guru, Haruko mulai mempelajari bahasa Jepang lebih dalam lagi dan akhirnya menjadi guru yang disenangi murid-muridnya. Penggunaan keigo dalam drama “Nihonjin no Shiranai Nihongo” juga memperlihatkan hubungan antar tokoh yang berperan. Mulai dari guru dan murid, atasan dengan pegawai, pegawai dengan tamu, sesama teman, dengan orang tua, dengan anak-anak dan lain-lain. Hubungan ini pula yang membuat keigo tidak bisa sembarang digunakan. Penggunaan keigo mestilah mengikuti tata aturan bahasa Jepang dan hubungan sosial masyarakat Jepang. Penelitian ini berjudul “Analisis Penggunaan Keigo dalam Drama “Nihonjin no Shiranai Nihongo” Karya Yoshihiro Izumi”. Alasan pemilihan judul ini karena penulis tertarik dengan penggunaan keigo, kesulitan dalam penggunaannya, serta ingin mempelajari lebih dalam tentang keigo ini. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bentuk-bentuk keigo apa saja yang ada dalam drama “Nihonjin no Shiranai Nihongo” dan (2) untuk mengetahui bagaimana penggunaan keigo dalam drama “Nihonjin no Shiranai Nihongo”. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teori kesantunan berbahasa dan teori sosiopragmatik. Untuk meraih hasil penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif, dengan teknik simak catat. Penulis menyimak dengan baik percakapan yang dilakukan dalam drama dan kemudian mencatat semua yang berhubungan dengan penelitian. Berdasarkan metode di atas, hasil penelitian yang ditemukan adalah 132 bentuk keigo dengan rincian 23 bentuk sonkeigo, 24 bentuk kenjougo, dan 85 bentuk teineigo. Sementara penggunaan keigo dalam drama “Nihonjin no Shiranai Nihongo” dapat ditentukan karena faktor situasi, usia, status sosial, keakraban dan pendidikan. Dan selain untuk melakukan penghormatan, keigo juga digunakan untuk melakukan sindiran dan menjaga martabat. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat ditemukan bentuk-bentuk lain yang tak terdapat dalam penelitian ini, terutama teineigo karena penelitian ini hanya terfokus dalam kata benda saja. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan sumber data yang berbeda dan metode penelitian yang berbeda.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectSosiopragmatiken_US
dc.subjectKeigoen_US
dc.subjectNihonjin no Shiranai Nihongoen_US
dc.titleAnalisis Penggunaan Keigo dalam Drama Nihonjin No Shiranai Nihongo Karya Yoshihiro Izumien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM140708105
dc.description.pages98 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record