dc.description.abstract | Zaman Edo (1603 – 1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu berpusat di kota Edo (sekarang Tokyo). Lembaga keshogunan ini disebut juga bakufu. Pada zaman ini keadaan Jepang damai dan stabil karena tidak ada serangan dari para daimyo terhadap bakufu atau tidak ada keributan yang disebabkan perang antar daimyo.
Pembukaan zaman Edo diawali dengan diangkatnya Tokugawa leyasu oleh Kaisar. Tokugawa leyasu diangkat setelah ia mengalahkan keluarga Mitsunari pada peperangan Sekigahara. leyasu mendirikan pemerintahan bakufu di Edo tahun 1603. Selama lebih dari dua ratus tahun pada masa Edo, Jepang secara berturut-turut berada di bawah kepemimpinan keluarga Tokugawa. Pada periode ini juga Jepang menjalankan politik sakoku atau politik isolasi. Politik isolasi adalah suatu kebijakan politik yang menutup diri dari intervensi asing dalam segala bidang. Hasilnya Jepang mejadi negeri yang damai dan stabil selama lebih dari 250 tahun.
Keshogunan Tokugawa resmi berakir pada November 1867 ketika Shogun Tokugawa ke-15 yaitu Tokugawa Yoshinobu. Menjelang runtuhnya rezim Tokugawa aibat krisis politik, krisis ekonomi dan krisis kepemimpinan yang diakibatkan ketidakberdayaan pemerintah mempertahankan dan menjaga keamanan nasional dari tekanan Amerika Serikat di bawah pimpinan Komodor Perry yang ingin memaksa Jepang membuka diri dari ketertutupannya terhadap dunia luar menimbulkan ketidakpuasaan pada sebagian besar rakyat khususnya kaum militer yang membela dan menjunjung tinggi kaisar (Sonno). Para penentang bakufu meneriakkan yel – yel anti bakufu dengan slogan Sonno joi “hormati kaisar dan usir kaum bar – bar”.
Pertempuran antara pasukan pro Tokugawa dan pro kekaisaran menandai dimulainya perang Boshin (saudara). Pasukan pro Tokugawa mengalami kekalahan karena pasukan pro kekaisaran dilengkapi dengan senjata termutakhir pada saat itu. Dengan kekalahan pasukan Tokugawa dan mundurnya Tokugawa Yoshinobu sebagai Shogun terakhir, menandai berakhirnya kekuasan Tokugawa selama 264 tahun lamanya. Kendati demikian Restorasi Meiji sudah tidak dapat terbendung lagi.
Status samurai sebagai elit yang dihormati dan menyandang peran penting dalam kehidupan masyarakat, mengembangkan etika bushido yang sarat dengan nilai-nilai moral yang tinggi. Bushido tidak sekedar berupa aturan dan tata cara berperang serta mengalahkan musuh, tetapi memiliki makna yang mendalam tentang perilaku yang dihayati untuk kesempurnaan dan kehormatan seorang samurai (prajurit). Dalam etika bushido terkandung ajaran-ajaran moral yang tinggi terkait dengan tanggung jawab, kesetiaan, sopan santun, tata krama, disiplin, rela berkorban, pengabdian, kerja keras, kebersihan, hemat, kesabaran, ketajaman berpikir, kesederhanaan, kesehatan jasmani dan rohani, kejujuran dan pengendalian diri. Susunan masyarakat Edo pada saat itu terdiri dari empat kelas yaitu kelas Militer (bushi), Petani (noomin), pengrajin (kosakunin) dan kaum pedagang (shoonin). Secara teori kelas, pengrajin dan pedagang berada pada urutan di bawah para petani dan golongan militer. Pada kenyataannya, kedudukan mereka dilihat dari segi perekonomian jauh lebih makmur daripada kaum petani dan kaum militer, terlebih setelah pemerintah bakufu mengeluarkan kebijaksanaan tentang Sankinkotai, yaitu kewajiban bagi daimyo untuk tinggal selama kurang lebih satu tahun di kota Edo dan daerahnya sendiri. Sementara itu, keluarga, anak-anak dan istrinya harus tetap tinggal di Edo sebagai jaminan. Karena keberadaan para daimyo dan para prajuritnya di kota Edo, para pedagang dan pengrajin sibuk melayani kebutuhan para daimyo dan para prajuritnya. Mereka mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil perdagangan dan hasil usahanya, sehingga kehidupan para pengrajin dan kaum pedagang mengalami peningkatan dan kedudukannya dari hari ke hari semakin penting. Sementara itu, kaum samurai sebagai prajurit semakin terpuruk dengan lilitan hutang kepada kaum pedagang.
Hal yang sama digambarkan dalam film Tasogare Seibei. Dalam film ini, Iguchi Seibei digambarkan sebagai seorang samurai kelas rendah yang hidup miskin dan memiliki hutang yang menumpuk. Menjelang akir zaman Edo, samurai tidak lagi turun ke medan perang, mereka lebih banyak bekerja di bagian administrasi bakufu atau kedaimyoan. Seperti halnya Seibei yang juga bekerja di bagian admnistrasi kedaimyoan klan Unasaka. Dengan upah hanya 50 koku, Seibei harus menafkahi dua orang anak perempuan yang masih kecil dan seorang ibu yang tua dan pikun. Samurai selalu digambarkan sebagai sosok yang elit dan kaku namun, dalam film ini Iguchi Seibei berpenampilan kumal, bajunya robek – robek dan lebih sibuk mengurus keluarganya. Bahkan Seibei sempat berpikir ia akan menghasbiskan masa tuanya dengan bertani. Dengan keadaan seperti ini Seibei diberi tugas oleh tuannya untuk membunuh seorang samurai pembelot namun Seibei sempat menolak dengan alasan ia sudah lama tidak menggunakan pedang dan insting membunuhnya sudah hilang. Tapi tugas yang diberikan oleh majikan tidak bisa dibantah, dengan berat hati Seibei menerima tugas ini. | en_US |