Show simple item record

dc.contributor.advisorHarahap, Erwin Masrul
dc.contributor.advisorHanum, Chairani
dc.contributor.advisorKarim, Abu bakar
dc.contributor.authorSiahaan, Adriani S.A.
dc.date.accessioned2020-02-10T01:57:23Z
dc.date.available2020-02-10T01:57:23Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23733
dc.description.abstractAspek pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, pemangkasan, dan naungan dalam system budidaya kopi Arabika belum dipertimbangkan oleh petani di Kabupaten Humbang Hasundutan, menyebabkan produksi kopi Arabika menjadi kurang optimal. Di Humbang Hasundutan, kopi Arabika dibudidayakan pada ketinggian 1.200 - 1.500 m di atas permukaan laut, kondisi ini menyebabkan sifat cuaca dan iklim lingkungan budidayanya bervariasi. Penelitian ini difokuskan pada studi tentang pertumbuhan kopi Arabika di berbagai ketinggian tempat penanaman dengan perlakuan pemangkasan, pemupukan organic dan naungan sebagai praktik budidaya kopi yang mengarah pada optimalisasi hasil kopi. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Humbang Hasunduntan (Humbahas) pada 3 kelas ketinggian tempat di atas permukaan laut(m dpl). Ketinggian tempat lokasi penelitian mulai dari 1.200 m dpl sampai dengan >1.500 m dpl, yang terbagi dalam 3 kelompok, yaitu 1.200 - 1.300 m dpl, 1.300 - 1.400 m dpl, dan 1400 – 1.500 m dpl. Penelitian dilaksanakan dalam satu musim panen, yaitu pada musim panen tahun 2015 - 2016.Penelitian dilaksanakan melalui dua tahap secara berurutan, dimana keluaran dari penelitian tahap pertama menjadi masukan pada penelitian tahap kedua. Penelitian tahap pertama adalah survey agroeko sistem kopi pada 3 kelas ketinggian tempat. Survei yang dilakukan meliputi karakter agronomi tanaman, seperti; (1) jumlah cabang produktif, (2) jumlah dompolan/cabang, (3) jumlah buah/dompolan, (4) total buah/pohon, (5) diameter kanopi, dan (6) produksi kopi. Selain itu dilaukan analisis terhadap beberapa sifat kimia tanah. . Data produksi tanaman yang diperoleh akan dilakukan uji korelasi dengan sifat kimia tanah dan ketinggian tempat untuk memperoleh informasi hubungan antara karakteristik lingkungan tanaman dengan produksi kopi. Penelitian tahap kedua adalah percobaan di lapangan. Percobaan tanaman dilakukan terhadap kelompok tanaman pada 3 zona ketinggian tempat yang telah ditetapkan pada penelitian tahap pertama. Umur tanaman kopi Arabika yang menjadi objek penelitian berkisar antara 5 - 6 tahun dengan varietas Sigarar Uutang. Penelitian ini didesain dalam bentuk Rancangan Split-split plot. Percobaan tanaman dilakukan selama 1 tahun. Ada tiga faktor yang diuji, yaitu pada petak utamaadalah kondisi naungan tanaman kopi dengan taraf tanpa naungan (N0) dan naungan (N1); anak petak adalahpemangkasan, yaitu pemangkasan dengan sistem petani (P1) dan pemangkasan rekomendasi (P2); sedangkan anak-anak petak adalah pemberian pupuk yang terdiri dari dosis pemupukan petani (O0), pemberian pupuk organik dari ampas kopi dengan dosis 10 kg/pohon (25 ton/ha) (O1), pemberian pupuk organik dari pupuk kandang dengan dosis 10 kg/pohon (25 ton/ha) (O2), dan pemberian pupuk fosfat (SP36) 150 g/pohon (375 kg/ha) (O3). Pengamatan ini dilakukan terhadap 10 tanaman contoh dari setiap petak contoh dan setiap petak contoh diulang sebanyak tiga kali. Parameter pertumbuhan dan produksi tanaman kopi yang diamati adalah : (1) jumlah cabang produktif, (2) jumlah dompolan/cabang, (3) jumlah buah/dompolan, (4) total buah/ pohon, (5) diameter kanopi, (6) produksi kopi (gr/pohon), dan (7) bobot rendeman pada kadar air 14%. Parameter kualitas cita rasa yang diamati adalah kekuatan rasa/aroma atau kewangian rasa (fragnance), keasaman rasa (acidity), kekentalan rasa (body), kenikmatan rasa (flavor), lama terasa di lidah setelah dicicip (after taste), dan keseimbangan rasa (balance). Pengukuran cita rasa (uji kualitas cita rasa) secara organoleptik mengacu kepada Standar Specialty Coffee Association of America (SCAA). Uji organoleftik dilakukan oleh para panelis professional Gayo Cupper Tim, Bener Meriah Provinsi Aceh. Hasil penelitian menghasilkan beberapa temuan, antara lain: 1) Terdapat korelasi yang nyata antara ketinggian tempat dengan beberapa sifat kimia tanah dan produksi kopi di Humbang Hasundutan pada kondisi tidak ternaungi dan ternaungi. Pada kondisi tidak ternaungi, N, C, pH dan K berkorelasi negatif dengan peningkatan ketinggian tempat, sedangkan KTK dan P tersedia dan produksi tanaman kopi berkorelasi positif. Demikian halnya pada kondisi ternaungi, N, C, pH, K dan produksi tanaman kopi berkorelasi negatif dengan peningkatan ketinggian tempat, sedangkan terhadap KTK dan P tersediamempunyai sifat korelasi positif; 2) Pada semua ketinggian tempat, pertumbuhan dan produksi tanaman kopi Arabika dipengaruhi oleh interaksi antara tanaman penaung, pemangkasan dan pemupukan. Pada semua ketinggian tempat, pertumbuhan vegetatif tanaman cenderung lebih baik pada kondisi tidak ternaungi dengan pemangkasan dan pemberian pupuk organik, baik dengan pupuk kandang maupun kompos ampas kopi. Namun pada parameter produksi hasil terbaik cenderung diperoleh pada kondisi ternaungi yang dilakukan pemangkasan rekomendasi; 3) Paket Teknologi yang paling optimal berbeda-beda pada tiap zona ketinggian. Perlakuan yang paling optimal pada zona ketinggian 1200-1300 mdpl adalah pemangkasan petani dan pupuk kompos ampas kopi dosis10 kg/ pohon dengan penggunaan tanaman penaung (N1P1O1). Pada zona ketinggian 1300-1400 mdpl kombinasi perlakuan naungan dengan pemangkasan rekomendasi dan pupuk kandang 10 kg/pohon (N1P2O2) adalah yang terbaik. Sedangkan paket teknologi budidaya yang paling optimal dalam menghasilkan produksi pada zona ketinggian 1400-1500 mdpl adalah N1P1O3 yaitu penggunaan naungan dengan pemangkasan system petani dan pupuk SP36 dosis 150 g/pohon; 4) Naungan mempengaruhi cita rasa kopi Arabika pada semua ketinggian tempat yaitu terhadap kualitas flavor, body, quality after tastedan balance. Dari perbandingan nilai pada keempat parameter tersebut, cita rasa kopi Arabika pada kondisi ternaungi mempunyai skala penilaian yang lebih tinggi, dengan total skor cita rasa sebesar 83,75 berbanding 82,5 pada kopi tidak ternaungi. Nilai skor cita rasa ini menempatkan kopi Arabika dalam kelas kopi spesialti.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKopi Arabikaen_US
dc.subjectKetinggian Tempaten_US
dc.subjectNaunganen_US
dc.subjectPemangkasanen_US
dc.subjectPemupukanen_US
dc.titleOptimalisasi Produksi Kopi Arabika pada Berbagai Ketinggian Tempat di Kabupaten Humbang Hasundutanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM118104001
dc.description.pages173 Halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record