Show simple item record

dc.contributor.advisorRosmayati
dc.contributor.advisorTistama, Radite
dc.contributor.advisorRevandy
dc.contributor.authorLubis, Ade Fipriani
dc.date.accessioned2020-02-10T02:04:12Z
dc.date.available2020-02-10T02:04:12Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23739
dc.description.abstractKering alur sadap (KAS) merupakan kejadian kulit tanaman karet yang tidak menghasilkan atau mengalirkan lateks. Gejala KAS ditunjukkan dengan adanya spot-spot aliran lateks dari bagian kulit sebelah luar pada saaat kulit disadap, gumpalan lateks dibeberapa titik pada alur dan pada stadium lanjut, jaringan kulit mulai berubah warnanya dari coklat terang menjadi kemerahan. KAS disebabkan oleh ganguan fisiologis pada tanaman akibat adanya over eksploitasi yaang menyebabkan gangguan metabolisme pada tanaman karet. KAS memberikan kontribusi 15% - 20% hilangnya produksi karet dan diperkirakan kerugian yang diakibatkan KAS di perkebunan karet di Indonesia lebih dari 1,7 trilyun/tahun. Tekhnik penanggulangan KAS yang masih diterapkan adalah dengan hanya mengistirahatkan penyadapan pada pohon yang terserang. Ternyata cara ini tidak memberikan manfaat yang nyata, bahkan tanaman yang telah diistirahatkan tetap tidak menghasilkan lateks. Penelitian tahap pertama dilakukan dengan identifikasi fisiologis tanaman karet (Hevea brassiliensis Muell Arg) yang mengalami kejadian KAS pada klon PB 260 dan IRR 42 sehingga dapat ditentukan parameter fisiologis yang berkorelasi kuat dengan tingkatan KAS. Dilakukan pengamatan dilapangan untuk mengambil sampel tanaman karet yang digolongkan ke 4 tingkatan yaitu S = Sehat, KI = (>25%-50%), KII = (>50%-<75%), KIII = (>75%). Kemudian diamati parameter fisiologis seperti Tiol, Posfat anorganik (Pi), Sukrosa, TSC dan aktivitas peroksidase dan SOD secara khusus di setiap klon dan jenis jaringan (kulit kayu atau lateks). Hasil penelitian menemukan pola fisiologis IRR 42 berbeda dengan PB 260 untuk peningkatan tahap KAS. Kandungan anorganik fosfat dalam lateks dan kulit kayu menurun pada pohon yang terkena KAS. Penurunan aktivitas Pi dan peroksidase dapat digunakan untuk mengidentifikasi insiden KAS pada tanaman karet. Penelitian tahap kedua bertujuan mengetahui pengaruh pemberian hormon NAA, askorbat acid & nutrisi untuk pemulihan kering alur sadap pada tanaman karet. Penelitian ini dilakukan dengan dibagi menjadi 2 bagian penelitian dan menggunakan rancangan petak terpisah dengan dua faktor perlakuan yaitu petak utama klon tanaman karet (PB 260 dan IRR 42), anak petak pemberian NAA (0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm) pada bagian kedua dengan asam askorbat (0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm) pada penelitian bagian 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian NAA mempengaruhi sangat nyata kandungan Pi (10 ppm) dan Pemberian 50 ppm asam askorbat memperpendek laju aktivitas enzim askorbat peroksidase sehingga mampu mempercepat dalam pengikatan radikal bebas. Penelitian tahap ketiga dilakukan uji lapangan larutan antidepresan yang didapatkan dari mengkombinasikan larutan nutrisi MS dan NAA (10 ppm) dengan asam askorbat (50 ppm) dengan pemberian etherel 2,5% terhadap kesembuhan KAS di Kebun Komersil. Penelitian menggunakan RAK faktorial dengan faktor perlakuan yaitu : Klon (RRIM 921 dan PB 260), kondisi tanaman (sehat dan KAS), dan penggunaan formula (tanpa dan pakai). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lateks interaksi antara klon, kondisi tanaman dan formula, memberikan pengaruh nyata dapat meningkatkan kandungan Pi. Parameter fisiologi berubah sesuai dengan klon, keadaan tanaman dan faktor lingkungan. Formula antidepresan berpengaruh nyata terhadap sukrosa dan Pi pada lateks. Umumnya hampir semua parameter kulit mengalami kenaikan nilai akibat pemakaian formula. Sehingga diduga dapat menjadi alternatif dalam mempercepat pemulihan KAS.en_US
dc.description.abstractTapping Panel Dryness(TPD) is a condition in which rubble plant bark is unable to produce or flow latex. The symptoms of TPD are indicated by spots in the latex flowing from outer skin when it is tapped, wad of latex in some spots along the flow in advanced stage, changes in color of barks from brown to reddish. TPD is caused by physiological disorders resulted from exploitation leading to metabolism problems in rubber plant. It contributes 15% - 20% of latex production loss and is estimated to financially harm more than IDR 1.7 billion/year to the rubber plantation in Indonesia. The prevention technique that is still applied is merely to put the tapping of TPDaffected trees into rest. This way apparently does not have any significant benefit, the rested plants still cannot produce latex. The first stage of this study was to make physiological identification of TPDaffected rubber plants (Hevea brassiliensis Muell Arg) in clones PB 260 and IRR 42 so that it became possible to determine physiological parameters that was significantly correlated with level of TPD. Field observations were conducted to collect samples of rubber plants categorized into level 4 i.e. S = healthy, KI = (>25%-50%), KII = (>50%- 75%). The physiological parameters were then observed such as Tiol, Inorganic phosphate (Pi), Sucrose, TSC and peroxide activities and particularly SOD in every clone and kind of bark (bark atau latex). The results discovered that the physiological patterns in IRR 42 were different from those of in PB 260 to increase TPD stages. The inorganic phosphate contained in latex and bark was found to be declined in TPD-affected trees. The declining Pi and peroxide activities were effective to identify the incidence of TPD in rubber plants. The second stage of this study was aimed at discovering the effects of administration of NAA hormone, ascorbic acid & nutrition to recover TPD in rubber plants. The second stage of this study had 2 steps and employed split plot design with two factors of treatment namely on the main plot of rubber plant clone (PB 260 and IRR 42), subplot with administration of NAA (0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm) and administration of ascorbic acid (0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm) in the second step of the second stage of this study. The results demonstrated that administration of NAA had highly significant effects on Pi content (10 ppm) and administration of 50 ppm of ascorbic acid shortened the enzyme activity rate of ascorbic peroxide so that it was able to accelerate the binding of free radicals. The third stage of this study was to conduct field examination of anti-depressant obtained from the combination of solution of MS nutrition and NAA (10 ppm) with ascorbic acid (50 ppm) and administration of 2.5% of etherel to cure TPD at Commercial Plantation. This study used RAK factorial with treatment factors on: clone (RRIM 921 dan PB 260), tree condition (healthy and TPD-affected), and formula use (without and with). The results demonstrated that the latex interactions among clones, tree condition and formula use had significant effects on the increase in Pi content. The physiological parameters changed in accordance with the clones, tree condition and environmental factor. Anti-depressant formula had significant effects on sucrose and Pi contents in latex. Generally, nearly all bark parameters had increasing scores due to the formula use. Thus, it was expected to become an alternative to accelerate the recovery from TPD.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectKlonen_US
dc.subjectEnzim Antioksidanen_US
dc.subjectAntidepresanen_US
dc.subjectKASen_US
dc.subjectKondisi Fisiologien_US
dc.titleKajian Aktivitas Fisiologis Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Klon Metabolisme Tinggi dan Rendah pada Kejadian Kering Alur Sadapen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM118104009
dc.description.pages180 Halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record