Show simple item record

dc.contributor.advisorHasibuan, Adriana
dc.contributor.authorPangga, Arya Dwi
dc.date.accessioned2020-02-11T02:51:51Z
dc.date.available2020-02-11T02:51:51Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23809
dc.description.abstractSeni merupakan satu hasil kebudayaan yang diciptakan manusia untuk dapat memenuhi keutuhannya akan keindahan. Dalam karya seni terdapat nilai estetika. Pandangan mengenai nilai estetika pada suatu masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor agama, budaya dan lain sebagainya. Di Jepang pandangan mengenai nilai estetika dipengaruhi oleh faktor agama, yaitu Zen Buddhisme. Dalam ajaran Zen ditekankan nilai-nilai kesederhanaan dan juga kealamian adalah hal yang utama. Salah satu seni di Jepang yang mendapat pengaruh Zen Buddhisme adalah seni bonsai. Seni bonsai adalah seni miniaturisasi tanaman atau pohonyang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Berdasarkan bentuk dasarnya, ada 13 macam bentuk bonsai yang biasa dibuat oleh orang Jepang, yaitu : tegak lurus (Chokkan), tegak berkelok-kelok(Moyoubi), miring (Shakan), sarung angin (Fukiganashi),menggantung/setengah menggantung (Kengai/Hankengai), batang bergelung (Bankan), sapu tegak (Houkidachi), menonjolkan akar (Neagari), berbatang banyak (Takan), akar terjalin (Netsuranari), kelompok (Yoseue), pohon sastrawan/bebas (Bunjin/bunjiki), dan pohon tak lazim (Kawariki). Bonsai di latar belakangi dari dua tradisi yaitu filsafat Cina yang disebut Daoisme (Taoisme) dan Zen Buddhisme. Filsafat Taoisme mengajarkan untuk kembali ke kondisi asal secara spontan dengan membuang aturan yang kaku dalam perilaku dan pemikiran. Bentuk bonsai yang dihasilkan dari filsafat taoisme bersifat bebas atau tidak terikat atas suatu apapun. Dalam filsafat Zen Buddhisme bentuk bonsai yang dihasilkan sangatlah sederhana, alami, bahkan asimetris. Hal ini menunjukkan bahwa didalam karya seni bonsai Jepang terdapat nilai-nilai ajaran Zen Buddhisme sehingga menghasilkan nilai estetika yang khas. Berdasarkan Zen Buddhisme, terdapat beberapa nilai estetika. Nilai-nilai tersebut adalah fukinsei, kanso, kouko, shizen, yugen, datsuzoku, shibui, wabi, sabi, dan seijaku. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam bonsai Jepang. Dari kesepuluh nilai estetika tersebut dapat dilihat lima nilai yang terkandung dalam nilai estetika bonsai Jepang. Nilai tersebut adalah nilai kesederhanaan, nilai kealamian, nilai ketidaksimetrisan, nilai kedalaman rasa dan nilai kedewasaan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa terdapat nilai-nilai ajaran Zen Buddhisme dalam estetika bonsai Jepang. Sampai sekarang masyarakat Jepang masih sangat menghargai nilai-nilai tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan bonsai Jepang yang sangat pesat.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPembuatan Bonsaien_US
dc.subjectAjaran Zen Buddhismeen_US
dc.subjectEstetikaen_US
dc.titleEstetika Bonsai Berdasarkan Nilai-Nilai Ajaran Zen Buddhismeen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM140708048
dc.description.pages89 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record